Minggu, 13 Juli 2025

Surat Dari Lapangan Merah: Victory Day! *

Oleh: Joaquim Rohi **

С днём победы, 9 мая 2022

KAKAK AMES,

“За Россию, за победу. Ура!” Tutup Putin dalam pidatonya di Lapangan Merah, Kremlin, Moscow, hari ini.

9 Mei di Russia punya arti mirip dengan 17 Agustus-an bagi Indonesia. Bedanya, jika Indonesia proklamasikan kemerdekaan karena berakhirnya Perang Dunia II (PD II), maka Russia menandai berakhirnya PD II ini dengan menundukkan Nazi Jerman di Berlin. Jika Indonesia mengusir penjajah, maka Russia menundukkan penjajahnya hingga di pusat kekuasaan mereka di Jerman. Sedikit beda, tapi sama gegap gempitanya.

Video Peringatan Victory Day 2022, Moscow, Russia:

Russia, saat itu masih sebagai negara besar dalam Uni Soviet, sendirian mengusir mundur Nazi Jerman dari arah Timur. Sementara, dari Barat, segerombolan negara yang disebut sekutu, secara beramai-ramai mengeroyok Jerman. Sekutu dipimpin Amerika Serikat (AS), bersama Kanada, Australia, Selandia Baru, Inggris, dan negara-negara Eropa Barat lainnya. Ini adalah beda kedua. Uni Soviet sendirian, Sekutu terdiri dari belasan negara.

Namun, Uni Soviet-lah yang pertama menduduki Berlin, dengan menancapkan bendera yang kini disebut sebagai Victory Banner (Знамя Победы – Znamya Pobedy). Bendera ini dipasang Tentara Merah di Gedung Reichstag di Berlin pada 1 Mei 1945, sehari setelah Adolf Hitler bunuh diri. Bendera itu dipasang oleh Alexei Berest, Mikhail Yegorov, dan Meliton Kantaria.

Joaquim Valentino Lede Rohi. (Ist)

Bendera itu berwarna merah dengan simbol palu arit putih, bertuliskan “150th Rifle, Order of Kutuzov 2nd class, Idritsa Division, 79th Rifle Corps, 3rd Shock Army, 1st Belorussian Front” dalam terjemahan Inggris. Tiap tahun Moscow memasang 3 bendera, yakni bendera Russia, Victory Banner, dan bendera Region Moscow.

Apa kaitannya dengan Indonesia?

Dengan Uni Soviet mengalahkan Nazi Jerman, maka PD II berakhir, lalu lahir lebih dari 100 negara baru yang sebelumnya tak pernah ada. Salah satunya Republik Indonesia. Itu kaitan pertama.

Kedua, Negara Eropa yang berwatak kolonialis tak sepenuhnya rela meninggalkan tanah jajahannya, seperti Belanda terhadap Indonesia.

Ketika Belanda diduduki Jerman, pemerintahan Belanda mengungsi ke Inggris, sebab Inggris adalah Eropa kepulauan, terpisah dari Eropa daratan. Pasca Jerman dikalahkan, Inggris sebagai pemenang perang bertugas melucuti sekutu Jerman, yakni Jepang di Asia, termasuk di Indonesia. Namun, Belanda (juga Inggris) punya maksud lain, selain melucuti, mereka masih ingin menduduki Nusantara yang kaya raya.

Kamu harus paham, bahwa hanya negara kaya raya yang dijajah bangsa Eropa. Lalu, jika bangsa Asia, Afrika, Latin America kaya raya, mengapa kemudian mereka miskin? Kekayaan mereka habis dijarah, penduduknya diadu domba, dan tak dididik sebagai orang merdeka. Tapi ini bahasan lain lagi.

Karena Belanda masih ingin menduduki Indonesia, maka, terjadilah peristiwa 10 November 1945, juga agresi militer selanjutnya. Pun, ketika akhirnya Belanda kalah, mereka tetap tak mau melepaskan Papua yang kaya emasnya. Yos Sudarso gugur di Laut Aru. Uni Soviet datang membantu.

12 Kapal Selam jenis Whiskey didatangkan dari Russia ke Indonesia beserta kendaraan tempur, senjata, hingga instrukturnya. Dengan Kapal Selam itulah Indonesia berhasil mengalahkan Belanda, keluar sepenuhnya dari Papua, dari Indonesia.

Dari 12 Kapal Selam tersebut, kini salah satunya dipajang di Surabaya, dengan nama Monkasel: Monumen Kapal Selam. Sudahkah kamu melihatnya, atau masuk ke Kapal Selam itu?

Pertama, Uni Soviet yang pertama menguasai Berlin. Kedua, Uni Soviet pula yang membantu Indonesia mengusir Belanda dari Papua. Namun, Amerika Serikat yang tergiur melihat kekayaan Indonesia, tak tinggal diam. Percobaan kudeta terhadap Soekarno dilakukan sejak 1958, baru berhasil pada 1965.

Tak lama setelah itu, kontrak pertama ditandatangani, emas Papua jadi milik Amerika Serikat, PT Freeport mendapat banyak sekali kekayaan. Padahal mereka tak berperan apa-apa dalam mempertahankan kedaulatan RI di Papua.

Sejak itulah, AS bergerak mensponsori kudeta berdarah, untuk bisa menguasai kekayaan negeri lainnya.

Aku percaya kamu tak dididik sebagai pem-bully yang gemar merampas milik orang lain. Aku percaya kamu tak diajar untuk suka mengadu domba satu pihak dengan lainnya. Karena kita punya mimpi yang sama: semua orang, semua bangsa, setara.

Peluk cium untuk adik-adikmu.

* Artikel  dan foto diambil dari akun FB penulis.

** Penulis Joaquim Valentino Lede Rohi, pengamat politik global dan sedang mengambil doktor ilmu politik si Moscow

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru