JAKARTA – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menanggapi Indonesia dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB 2025, Kamis (26/9/2025).
Hal ini disampaikannya setelah Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan sikap soal Solusi Dua Negara.
Dalam pidatonya, Netanyahu menyebut bahwa pidato Prabowo yang menyebut Indonesia bisa mengakui Israel jika mengakui Palestina bisa terjadi di masa depan.
“Saya ingin mengingatkan kembali pidato Presiden Indonesia, negara Muslim terbesar di dunia. Saya rasa ini yang akan terjadi di masa depan,” ujarnya.
Diketahui, Netanyahu menyampaikan pidatonya pada urutan pertama di hari keempat atau hari terakhir sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum ke-80 PBB. Ia mengatakan bahwa dirinya serta negara-negara lain mencatat kata-kata yang penuh semangat yang disampaikan oleh Presiden Indonesia.
“Dan saya mencatat, seperti halnya Anda juga pasti mencatat, kata-kata yang penuh semangat yang disampaikan di sini oleh Presiden Indonesia. Ini adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Dan ini juga merupakan pertanda tentang apa yang bisa terjadi di masa depan,” ucap Netanyahu.
Netanyahu mengungkapkan bahwa para pemimpin Arab dan Muslim yang berpikiran maju mengetahui bahwa jika bekerja sama dengan Israel akan memberi mereka akses pada teknologi-teknologi mutakhir dari Israel, termasuk di bidang kedokteran, sains, pertanian, air, pertahanan, kecerdasan buatan, dan banyak bidang lainnya.
“Saya percaya bahwa dalam beberapa tahun ke depan, Timur Tengah akan terlihat sangat berbeda. Banyak dari mereka yang hari ini memerangi Israel, akan lenyap besok. Para pembawa damai yang berani akan menggantikan mereka,” ucapnya
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Prabowo menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara di Palestina. Hal ini juga perlu dilakukan meski Indonesia pada akhirnya harus mengakui kedaulatan Israel.
“Dunia harus memiliki Palestina yang merdeka, namun kita juga harus mengakui, kita juga harus menghormati, dan kita juga harus menjamin keselamatan dan keamanan Israel. Hanya dengan demikianlah kita dapat memiliki perdamaian sejati, kedamaian sejati, dan tidak ada lagi kebencian, dan tidak ada lagi kecurigaan,” tegasnya.
“Satu-satunya solusi adalah solusi dua negara ini. Dua keturunan Abraham harus hidup dalam rekonsiliasi, kedamaian, dan harmoni. Arab, Yahudi, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, semua agama, kita harus hidup sebagai satu keluarga manusia,” tuturnya.
Prabowo kemudian menegaskan juga komitmen untuk menjadi bagian dari mewujudkan visi ini. Ia juga mengajak dunia untuk mewujudkan hal ini bersama.
“Mari kita lanjutkan perjalanan harapan umat manusia, sebuah perjalanan yang dimulai oleh para leluhur kita, sebuah perjalanan yang harus kita selesaikan,” paparnya.
Peta Kutukan Poros Teror
Pada saat yang sama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menunjukkan peta berjudul “Kutukan” dalam pidatonya.
Peta tersebut, menurut Netanyahu, menggambarkan “kutukan poros teror Iran” yang dinilai mengancam perdamaian dunia, stabilitas kawasan, dan eksistensi negara Israel.
Dalam pidatonya, Netanyahu mengeklaim bahwa dalam setahun terakhir, Israel telah berhasil menggempur kelompok Houthi, menghancurkan sebagian besar Hamas, dan melumpuhkan Hizbullah.
Ia juga menekankan bahwa Israel berhasil menghancurkan program senjata nuklir dan rudal balistik Iran.
Dari situlah ia kemudian memberi tanda centang pada negara yang ada di peta Timur Tengah tersebut.
Seperti kelompok Houthi di Yaman, kelompok Hamas di Gaza, kelompok Hizbullah Lebanon, negara Suriah, Irak dan Iran sendiri.
Netanyahu menunjukkan peta tersebut sambil menyebutkan pemimpin-pemimpin terkait, termasuk Yahya Sinwar dari Hamas, Hassan Nasrallah dari Hizbullah, serta ilmuwan atom terkenal Iran.
“Semuanya hilang,” tegasnya.
Pernyataan ini merujuk pada serangan kelompok bersenjata Palestina pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkan lebih dari seribu korban tewas di Israel.
Netanyahu menambahkan, “Kami ingat,” sembari menunjuk pada kode QR di jasnya yang diklaimnya berisi alasan “mengapa kami berjuang, dan mengapa kami harus menang”.
Netanyahu kemudian menjelaskan beberapa peristiwa 7 Oktober 2023, dengan mengatakan bahwa beberapa dari mereka yang disandera adalah penyintas Holocaust, serta kakek-nenek dan cucu-cucu mereka. (Web Warouw)