JAKARTA- Kerusuhan yang dilakukan oleh para pendukung Prabowo-Sandi yang menolak hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang berujung pada korban jiwa dan harta benda telah merusak proses demokrasi yang sedang berlangsung. Kerusuhan yang didalangi oleh cendana dan sisa-sisa Orde Baru itu menolak kemenangan rakyat atas terpilihnya Joko Widodo dan KH Ma’aruf Amin.
“Kemenangan Jokowi itu merupakan tanda-tanda Kelompok Cendana dan sisa-sisa Orde Baru sedang menghadapi sakratul maut,” demikian Tutut Herlina, Pemimpin Redaksi SHNet, mengutip Aristides Katoppo, pimpinan media Sinar Harapan kepada Bergelora.com di Jakarta Kamis (23/5).
Oleh karena itu menurut Tutut Herlina, sudah tidak ada alasan bagi generasi saat ini untuk melindungi atau berharap pada generasi Orde Baru yang telah 32 tahun merusak Indonesia. Hanya bersama Presiden Joko Widodo yang telah dipilih oleh mayoritas rakyat, Indonesia memiliki masa depan.
“Tides menegaskan, dimanapun generasi yang pernah dibesarkan oleh Soeharto akan mengalami The Last Gasp kemudian sedang fade away,” ujarnya.
Sebelumnya, kehadiran Titiek Soeharto sebagai Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi sekaligus politisi Partai Berkarya Titiek Soeharto di tengah kerumunan massa demonstran di depan kantor Badan Pengawas Pemilu pada Selasa (21/5), menunjukkan dukungan Cendana kepada aksi yang berujung kerusuhan.
Sebelumnya, beberapa mantan perwira TNI dimasa Orde Baru juga dikabarkan diperiksa dalam keterlibatan penyelundupan senjata yang akan digunakan dalam aksi yang berujung kerusuhan itu. Mereka terlibat menyelundupkan senjata serbu M4 Carrabine 14.5 inci dan peluru kaliber 5.56 mm buatan Amerika Serikat.
Kerusuhan Didukung ISIS
Pihak kepolisian juga sudah menangkap dua tersangka yang diduga merusuh dalam unjuk rasa yang berlangsung pada 21 dan 22 Mei, seperti disebutkan Kadiv Humas Mabes Polri M. Iqbal, dalam konferensi pers pada Kamis (23/05).
“Kami menemukan dua tersangka dari luar Jakarta yang terafiliasi dengan kelompok Garis. Kelompok Garis ini juga berafiliasi dengan kelompok-kelompok tertentu,” kata M. Iqbal.
“Dari keterangan dua tersangka tersebut, yang kita tangkap, mereka memang berniat untuk berjihad pada aksi unras tanggal 21 dan 22,” tambahnya.
Iqbal juga memaparkan bahwa “kelompok Garis ini pernah menyatakan sebagai pendukung ISIS Indonesia. Dan mereka sudah mengirimkan kadernya ke Suriah.”
Namun jaringan kelompok ini belum dapat diumumkan oleh Iqbal karena “ada satu, dua tokoh yang masih dikejar.”
Selain kelompok Garis, Iqbal juga mengatakan ada sekelompok orang yang berbeda yang sudah ditangkap karena memiliki senjata api dan peredam.
“Sudah juga diamankan 3 tersangka, membawa dua senjata api: laras panjang dan pendek,” ungkap Iqbal.
M. Iqbal juga menjelaskan bahwa ada dua kelompok massa pada unjuk rasa 21 dan 22 Mei: massa spontan yang melakukan unjuk rasa dengan damai, dan massa perusuh yang dengan sengaja memicu kerusuhan.
Sebanyak 185 orang dari kelompok yang terakhir ini sudah diamankan oleh polisi, pada Rabu (22/5) malam. Sebelumnya polisi juga telah mengamankan 257 perusuh dalam demo pada 21 Mei.
Iqbal juga kembali menegaskan pernyataan Kapolri Tito Karnavian pada Rabu (22/5) bahwa “ada settingan untuk menciptakan martir dan kerusuhan” dalam demo 21 dan 22 Mei. (Web Warouw)