Sabtu, 12 Juli 2025

Tiga WNI Diculik: Imbas Saling Klaim Filipina – Malaysia atas Sabah

PONTIANAK- Tiga Warga Negara Indonesia (WNI) diculik di perairan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu, pukul 23.00 WITA, Sabtu, 9 Juli 2016, adalah imbas dari saling klaim Federasi Malaysia dan Filipina terhadap seluruh wilayah Negara Bagian Sabah.

Kendati penculikan Lorense Koten (34) yang bertindak sebagai juragan kapal, Emanuel (40), dan Teo Dorus Kopong (42) sebagai Anak Buah Kapal (ABK), asal Provinsi Nusa Tenggara Timur, diklaim dilakukan kelompok separatis Abu Sayyaf yang berafiliasi dengan Islamic of State and Syria (ISIS), tapi Lahad Datu sebagai bagian dari wilayah Sabah, sarat dengan kepentingan politik.

Insiden penculikan membuktikan pula kepada dunia internasional, militer Federasi Malaysia, seringkali tidak berkutik menghadapi sikap nekad dan sangat berani kaum separatis lintas negara.

Karena para penculik berjumlah lima orang bersenjata lengkap leluasa merangsek masuk, menangkap dan membawa lari tiga korban WNI yang bekerja di kapal nelayan berbendera Malaysia ke wilayah Mindano, Filipina, di depan mata dan kepala aparat polisi dan tentara negara jiran itu.

Komisaris Polisi Sabah, Datuk Abdul Rashid Harun, mengakui, insiden penculikan dalam konferensi pers di Kota Kinabalu, Ibukota Negara Bagian Sabah, Federasi Malaysia, Minggu (11/7). Sampai sekarang nasib tiga WNI itu tidak jelas.

Saling klaim Filipina dan Malaysia terhadap Sabah, bukan cerita baru. Bukan pula sebagai cerita baru jika Malaysia tidak berkutik menghadapi separatis lintas negara di Lahad Datu.

Tahun 2013, ratusan pejuang Abu Sayyaf merangsek masuk Lahad Datu, dengan dalih ingin merebut kembali Negara Bagian Sabah, karena sejarahnya milik Kesultanan Sulu di Mindano.

Pemerintah Federasi Malaysia naik pitam, membom-bardir kawasan Lahad Datu, sejak tanggal 12 Februari 2013. Tapi hasilnya nihil, tidak satupun korban tewas ditemukan, karena para pejuang Abu Sayyaf keburu kabur ke wilayah Filipina, hanya menggunakan speedboat.

Konflik yang melibatkan para pengikut Kesultanan Sulu yang selama ini berdomisili di Filipina menggemparkan wilayah Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Pasalnya mereka bertekad merebut kembali wilayah Sabah yang menurut mereka merupakan tanah leluhur mereka.

Tidak terima dengan klaim yang akan dilakukan pengikut Kesultanan Sulu yang dipimpin Raja Muda Agbimuddin Kiram, pihak Malaysia meradang.

Paling anyar, Pemerintah Malaysia memanggil Duta Besar Filipina di Kuala Lumpur, Kamis, 3 Maret 2016, terkait wacana elit politik di Filipina untuk merebut Sabah.

Sikap marah Malaysia, ditanggapi santai Filipina. “Kuasa usaha menjelaskan posisi Filipina kepada Malaysia,” kata juru bicara Kementrian Luar Negeri Filipina, Charles Jose. 

Sang kuasa usaha, lanjut Jose, menjelaskan wacana yang muncul bukan merupakan sikap resmi Pemerintah Filipina.

Di masa lalu Sabah memang menjadi bagian dari Kesultanan Sulu yang berada di wilayah selatan Filipina. Namun, pada 1870-an, Sultan Sulu menyewakan Sabah kepada Inggris.

Saat kekuasaan kesultanan memudar, para ahli waris kesultanan terus menerima pembayaran sewa Sabah dari Inggris. Pembayaran ini masih terus dilakukan bahkan hingga Sabah menjadi bagian dari Federasi Malaysia pada 1963.

Alasan masa lalu inilah yang membuat sekitar 200 orang pengikut Sultan Sulu mendarat di Sabah pada Februari 2013. 

Lahad Datu adalah sebuah kota, Negara Bagian Sabah, Divisi Tawau, Federasi Malaysia. Penduduknya sekitar 118.000 pada tahun 1991 dan meningkat 156.059 pada tahun 2000.

Secara ekonomi, Lahad Datu merupakan simpul perdagangan bahan mentah dari daerah di sekelilingnya karena memiliki pelabuhan laut yang melayani ekspor kayu dan minyak kelapa sawit yang penting. Kota ini memiliki sebuah lapangan terbang untuk hubungan penerbangan dalam negeri.

Status Sabah, bagaikan duri dalam daging dalam hubungan diplomatik Filipina dan Malaysia. Di dalam negeri Federasi Malaysia, situasi politik di Sabah, dalam takaran tertentu bisa mengancam stabilitas nasional. Ketua Menteri Sabah, Datuk Josep Pairin Kitingan, pernah mengeluarkan pernyataan sikap keluar dari Barisan Nasional tahun 1990.

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, marah. Josep langsung dikondisikan sebagai tersangka korupsi, sehingga Partai Bersatu Sabah (PBS) ambruk dalam Pemilihan Umum (Pemilu). (Aju)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru