Selasa, 1 Juli 2025

TRUMP KERINGAT DINGIN..! KTT BRICS 2025 Siap Ubah Peta Ekonomi Global, Dolar AS Makin Terancam

JAKARTA – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang diselenggarakan di Brasil menjadi momentum penting yang berpotensi mengubah arah tata kelola perdagangan dan keuangan global.

Sejumlah topik strategis, mulai dari standarisasi perdagangan hingga pengurangan dominasi dolar AS, menjadi sorotan utama dalam forum yang melibatkan lima negara anggota: Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

KTT BRICS tahun ini mengusung tema besar “Transformasi Global Melalui Kemitraan Selatan”, yang membahas isu-isu lintas sektor seperti tata kelola kecerdasan buatan (AI), kerja sama Global South, perubahan iklim, dan diversifikasi sistem pembayaran internasional.

Presiden Asosiasi Standar Teknis Brasil, Mario Esper, menekankan pentingnya penyelarasan standar teknis di antara negara anggota BRICS.

Menurutnya, standarisasi berperan strategis dalam mendorong integrasi perdagangan dan inovasi sambil melindungi konsumen, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.

“Jika kita tidak menyamakan standar, produk kita tidak akan masuk ke pasar negara-negara anggota BRICS. Kita saling membutuhkan satu sama lain untuk mencapai potensi pembangunan bersama,” ujar Mario, seperti dikutip Bergelora.com di Jakarta, Senin (30/6) dariWatcher Guru. 

Salah satu topik paling menonjol dalam KTT kali ini adalah dedolarisasi, yakni upaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam perdagangan antarnegara anggota. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyebut bahwa penggunaan mata uang nasional kini mencapai lebih dari 65% dalam transaksi BRICS.

“Pangsa dolar telah turun menjadi sepertiga. Ini menunjukkan keberhasilan diversifikasi sistem pembayaran dan peningkatan kedaulatan ekonomi,” ujar Lavrov.

Perubahan ini berdampak signifikan pada lebih dari 50 negara mitra BRICS yang kini mulai mengadopsi yuan, rupee, dan rubel dalam perdagangan minyak, pertahanan, dan sektor lainnya.

Sebagai contoh, perdagangan bilateral antara India dan Rusia meningkat drastis dari USD 13 miliar pada 2021–2022 menjadi USD 27 miliar pada 2022.

Selain isu perdagangan, BRICS juga menggagas tata kelola kecerdasan buatan yang inklusif dan etis.

Negara-negara anggota mendorong pembentukan kerangka kerja regulatif yang tidak hanya mendorong inovasi, tetapi juga melindungi kepentingan publik dan mencegah dominasi teknologi oleh negara atau perusahaan tertentu.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menegaskan pentingnya multilateralisme sebagai jawaban terhadap polarisasi global.

“Menggunakan unilateralisme hanya akan merusak tatanan internasional. Multilateralisme harus dipertahankan sebagai jalan ke depan,” katanya.

Kerja sama BRICS dengan negara-negara berkembang lainnya juga diperkuat melalui kerangka Global South, yang membuka jalur alternatif terhadap sistem perdagangan yang didominasi negara-negara Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin turut mengkritik penggunaan dolar AS sebagai alat politik dalam perdagangan global. “Dolar digunakan sebagai senjata.

“Kami benar-benar melihat hal ini. Saya pikir ini adalah kesalahan besar bagi mereka yang melakukannya,” kata Putin dalam pernyataan sebelumnya. KTT BRICS 2025 diyakini akan membawa dampak luas, tidak hanya bagi anggota tetap, tetapi juga bagi lanskap tata kelola global secara keseluruhan. Pergeseran menuju tata kelola yang lebih inklusif dan multipolar dinilai sebagai tantangan terhadap dominasi sistem internasional saat ini. (Web Warouw)

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru