Selasa, 21 Oktober 2025

TUGAS DANANTARA BAYAR HUTANG..! China Bela Whoosh, Sebut Jangan Cuma Lihat Angka

JAKARTA – Pemerintah China akhirnya menyampaikan pernyataan resmi setelah mencuatnya polemik soal Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh di Indonesia.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun menyebut, bahwa keberadaan KCJB jangan hanya dilihat dari laporan keuangan di atas kertas, melainkan juga harus dilihat dari aspek manfaatnya.

“Perlu ditegaskan bahwa, ketika menilai proyek kereta api cepat, selain angka-angka keuangan dan indikator ekonomi, manfaat publik dan imbal hasil komprehensifnya juga harus dipertimbangkan,” kata Guo Jiakun dikutip Bergelora.com.di Jakarta, Selasa (21/10/2025).

Guo Jiakun menegaskan, Kereta Cepat Jakarta Bandung itu sudah dua tahun resmi beroperasi. Dalam periode tersebut, moda transportasi itu dinilai telah beroperasi dengan aman dan lancar.

“Kereta cepat ini telah melayani lebih dari 11,71 juta penumpang, dengan arus penumpang yang terus meningkat,” ucap dia.

Menurut Guo Jiakun, KCJB yang pembangunannya banyak melibatkan perusahaan dari negaranya ini juga banyak menciptakan manfaat ekonomi, membuka lapangan kerja, hingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi sepanjang kawasan yang dilalui.

“Dan manfaat ekonomi serta sosialnya terus dirasakan, menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat setempat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalur kereta api. Hal ini telah diakui dan disambut baik oleh berbagai pihak di Indonesia,” beber dia.

Polemik Kereta Cepat Jakarta Bandung

Untuk diketahui, proyek KCJB belakangan jadi perdebatan panas di Indonesia setelah PT kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menanggung kerugian triliunan rupiah karena terbebani utang dan bunga.

Beban itu ikut ditanggung empat BUMN Indonesia yang tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, di mana PT PSBI menjadi pemegang saham mayoritas PT KCIC.

Di sisi lain, Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa menolak usulan bila APBN digunakan untuk membantu penyelesaian utang ke kreditur China.

Purbaya menegaskan, penyelesaian utang Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah ranah Danantara. Sementara itu, CEO Danantara Rosan P. Roeslani menyatakan, pihaknya akan menyelesaikan kajian rencana penyelesaian utang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung pada akhir tahun ini.

Menurut Rosan yang juga Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), saat ini proses kajian untuk penyelesaian utang kereta cepat masih berjalan.

Untuk itu dirinya meminta publik menunggu, dan jika proses telah selesai, akan memaparkannya terlebih dahulu ke Kementerian/Lembaga (K/L) terkait.

“Jadi kami akan presentasikan agar penyelesaiannya komprehensif, bukan yang sifatnya bisa potensi masalah lagi. Enggak. Kami mau komprehensif,” kata Rosan Roeslani dalam konferensi pers di Jakarta.

Lebih lanjut, kementerian atau lembaga yang dimaksud itu seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, dan Dewan Ekonomi Nasional yang dipimpin Luhut Binsar Pandjaitan. Kata Rosan, kajian ini tidak hanya berfokus pada aspek finansial. Dia menilai, hal ini masih perlu mempertimbangkan langkah agar ke depan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI tidak terbebani lebih berat.

Menurutnya, jika beban KAI semakin besar, hal itu bisa berdampak pada kualitas layanan kereta api ke depannya.

Total utang Kereta Cepat Jakarta Bandung Sebagai informasi, jumlah investasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung menembus sekitar 7,27 miliar dollar AS atau Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500).

Dari total investasi tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB), dengan bunga sebesar 2 persen per tahun.

Utang pembangunan Whoosh dilakukan dengan skema bunga tetap (fixed) selama 40 tahun pertama. Bunga utang KCJB ini jauh lebih tinggi dari proposal Jepang yang menawarkan 0,1 persen per tahun.

Selain itu, total biaya investasi tersebut sudah menghitung tambahan penarikan pinjaman baru oleh KCIC karena adanya pembengkakan biaya (cost overrun) yang mencapai 1,2 miliar dollar AS.Bunga utang tambahan ini juga lebih tinggi, yakni di atas 3 persen per tahun.

Sebagian besar pembiayaan proyek Whoosh memang ditopang dari pinjaman CDB, ditambah penyertaan modal pemerintah lewat APBN, serta kontribusi ekuitas konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan China sesuai porsi sahamnya masing-masing di KCIC. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru