Sabtu, 5 Juli 2025

TUH KAAAN….! Gubernur Edy Rahmayadi: Agama Tidak Pernah Mengajarkan Saling Mencelakai

Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi. (Ist)

MEDAN- Tidak ada agama di dunia yang mengajarkan umatnya untuk saling  mencelakai dan berbuat kejahatan. Untuk itu masing-masing pemeluk agama harus hidup saling menghargai dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi dalam Dialog Nasional Memperkokoh Ikatan Persaudaraan Kebangsaan yang dihadiri ratusan tokoh dari lintas agama, para pejabat pemerintahan, TNI dan Polri, di Hotel JW Marriot, Medan, Senin (23/9).

“Setiap orang di Indonesia ini harus bisa saling menghargai dan bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.

Oleh karenanya Edy Rahmayadi sangat mengapresiasi dan mendukung penuh digelarnya dialog nasional sekaligus peluncuran buku berjudul Dakwah Kerukunan dan Kebangsaan yang ditulis TGB Syekh Dr Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk MA.

“Sebab, buku itu mengupas tentang kerukunan hidup beragama dan kebangsaan sehingga dapat diteladani. Tuhan menciptakan keberagaman karena ada maksudnya yang tidak kita ketahui sama sekali,” kata Gubsu.

Dialog Nasional di Medan ini dirangkai dengan peluncuran buku Tuan Guru Batak (TGB) Syekh DR H Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk MA, meluncurkan buku berjudul ‘Dakwah Kerukunan dan Kebangsaan’ diikuti dengan pelantikan Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK) .

Kegiatan dibuka langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi turut dihadiri Wagubsu Musa Rajekshah, Sekda Provsu Sabrina,  Wakapoldasu Brigjen Pol Mardiaz Kusin, anggota DPR RI Dolly Tanjung, Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi MH diwakili Asisten Pemerintahan Setdako Medan Musadad Nasution, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Ketua Rumah Komunikasi Lintas Agama Pusat Hj Bunda Indah, Kakanwil Kemenag Sumut Iwan Zulhami, Ketua MUI Sumut H Abdullah Syah MA, Rektor UIN Sumut Prof. Dr. Saidurrahman MA, para alim ulama serta tokoh lintas agama.

Sementara itu, dalam dialog nasional yang menghadirkan sejumlah narasumber dari tokoh lintas agama, dicapai beberapa poin kesepakatan, Pertama: Kasih sayang (kesatuan) adalah sebuah fitrah yang dianugerahkan Allah Swt kepada manusia. Kasih sayang ini telah menjadi inti dari ajaran  setiap agama. Sementara itu, keragaman sendiri termasuk keragaman agama, juga merupakan anugerah. Karenanya, keragaman agama mestinya menguatkan kasih sayang di antara pemeluknya.

Kedua, bahwa kerukunan atau hidup rukun itu adalah budaya unggulan kita yang disebut “kearifan lokal” sehingga tidak boleh hilang serta harus dipertahankan dan ditingkatkan.

Ketiga, hidup rukun harus dilandaskan kepada pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang mendalam dan paripurna. Karena setiap agama pada sisinya yang terdalam mengajarkan kasih sayang sebagai landasan penting dalam membangun kerukunan.

*Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan*

Kepada Bergelora.com dilaporkan, di akhir acara, TGB melantik kepengurusan Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK) yang diketuai Dr. Salahuddin Harahap, S. Fil.I, MA, sekretaris Muhammad Ikhyar Harahap SH. Sedangkan Tuan Guru Batak (TGB) Syeikh Dr. H. Ahmad Sabban El-Rahmany Rajagukguk, MA bertindak selaku Ketua Dewan Pembina, dengan wakil Hj Bunda Indah dan Ketua Dewan Penasehat Ir Bobby Arif Nasution,  M. Si.

Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan Indonesia ini juga menempatkan sejumlah guru besar, ulama dan pakar dalam tim pakar yang diketuai oleh TGS Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M. Ag yang juga Rektor UIN Sumatera Utara.

Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan menempatkan ada empat syarat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang terjun sebagai Da’i Kerukunan dan Kebangsaan yakni: (1) Memahami agamanya secara baik dan paripurna; (2) Memahami Budaya dan Kearifan Lokal (Local Wisdom); (3) Memahami dan memiliki komitmen untuk membangun kerukunan; dan (4) Memiliki pemahaman dan wawasan kebangsaan. (MI Velayati Harahap)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru