JAKARTA- Politik khilafah dalam kancah pemilihan presiden 2019 hanya impian kosong yang sudah tidak mungkin bisa direalisasikan lagi. Khilafah politik dalam Islam itu termasuk budaya, bukan agama murni. Oleh karena itu sejarah khilafah Islam berubah-ubah mengikuti dinamika sejarah. Hal ini ditegaskan oleh Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Dr. H. Achmad Mubarok M.A kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (7/4).
“Khilafah sebagai politik itu mimpi. Orang mimpi tidak dilarang. Jualan mimpi pasti menimbulkan pro kontra,” ujarnya.
Ia menjelaskan setelah Khilafah Usmaniyah di Turki bubar, maka tidak ada lagi khilafah.
“Sistem khilafah gak mungkin didirikan oleh suatu negara, karena sifat khilafah universal, bukan nasional,” tegasnya.
Menurut Mubarok, yang bisa membicarakan khilafah sebagai sistem politik hanya lembaga international semacam OKI, maka itu mustahil.
“Isu khilafah di Pilpres hanya isue politik pilpres untuk menyerang lawan. Isu yang tidak realistis,” tegasnya.
Memang menurutnya, banyak karya besar bermula dari mimpi, bahkan disebut mimpi gila. Menganalisa mimpi itu dengan diskusi dan seminar kecil, bukan di depan massa rakyat.
“Mimpi yang dikampanyekan berpeluang membuat orang sesat pikir, karena terlalu semangat,” katanya.
Ia mengingatkan malahan ekperimen yang mungkin dilakukan di sebuah negara malah konsep wilayatul faqih di Iran yang mayoritas menganut ‘mazhab’ Syi’ah, dimana kekuasaan politik dipegang oleh ulama. Di Iran Majelis Tinggi Ulama, Ayatulloh merupakan lembaga tertinggi negara yang bisa menveto pemerintah.
“Oleh karena itu di Iran gonta-ganti presiden tenang-tenang saja, seperti di Indonesia ketika MPR masih sebagai lembaga tertinggi negara. Namun setelah Amandemen UUD’ 45 2002 yang mengubah UUD 45 menjadi UUD 2002 membuat sistem politik kita hari ini menjadi gaduh terus. Oleh karena itu gagasan kembali ke UUD 45 asli menjafi relevan. Tapi gimana caranya? Itu yang ruwet sekarang,” tegasnya.
Mubarok mengingatkan juga pada semua pendukung politik Khilafah dan ISIS di Indonesia bahwa Amerika Serikat memang dibelakang Khilafah dan ISIS.
“ISIS di Timur Tengah juga gak pernah nyerang israel. Yang dihancurkan malah situs-situs sejarah Islam. Kenapa? Karena dibelakang ISIS memang Amerika Serikat!” (Web Warouw)