Jumat, 4 Juli 2025

TURUT BERDUKA..! Direktur RS Indonesia di Gaza yang Dibunuh Israel Bukan WNI

JAKARTA — Pasukan  Israel secara brutal menggempur Gaza, Palestina, dan menyebabkan Direktur Rumah Sakit Indonesia Marwan Al Sultan di Gaza tewas pada Rabu (2/7).

Salah satu sumber mengatakan Al Sultan dan keluarganya terbunuh dalam serangan Israel yang menargetkan wilayah penduduk.

Al Sultan merupakan sumber informasi utama dari Gaza, yang melaporkan kondisi warga Palestina kepada dunia. Ia juga kerap berbagi situasi terkini ke organisasi relawan Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).

Beberapa relawan MER-C turut membantu staf medis RS Indonesia terutama saat agresi Israel berlangsung.

Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha menegaskan Al Sultan bukan warga negara Indonesia.

“Kami turut berduka cita atas wafatnya dr. Marwan Al Sultan. Almarhum bukan warga negara Indonesia,” kata Judha dalam rilis resmi dikutip Bergelora.com di Jakarta, Jumat (4/7).

Sekretaris MER-C, RIma, juga mengonfirmasi bahwa dokter tersebut merupakan warga negara Palestina.

“Dokter Marwan orang Gaza, bukan WNI,” katanya, Kamis (3/7).

Selama ini, RS Indonesia di Gaza dipimpin tenaga medis dari Palestina.

Al Sultan punya karier panjang sebagai dokter. Dia merupakan konsultan kardiologi intervensional yang banyak bekerja sama dengan tim kemanusiaan internasional di Gaza utara, termasuk dari Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, dan Maroko.

Menurut keterangan MER-C Indonesia, Al Sultan adalah sosok yang tanpa henti memimpin RS Indonesia yang dalam situasi sulit.

Ia tanpa lelah menyediakan layanan medis penting bagi rakyat Palestina meski terus diancam serangan Israel dan menghadapi keterbatasan sumber daya.

Rumah Sakit Indonesia berulang kali dikepung dan diserang pasukan Israel. Setelah pengepungan selesai, Al Sultan kembali ke fasilitas medis itu untuk melanjutkan operasi.

Tewas Bersama Anak dan Istrinya

Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, dr Marwan al-Sultan, meninggal dunia dalam serangan udara Israel yang menghantam kediamannya di sebelah barat Kota Gaza, Rabu (2/7/2025). Serangan itu juga menewaskan sejumlah anggota keluarganya, termasuk istri dan anaknya. Kematian dr Sultan ini dinilai sebagai kerugian besar bagi dunia medis Gaza, terutama di tengah krisis kemanusiaan yang belum menunjukkan tanda mereda sejak 7 Oktober 2023.

“Gaza kehilangan seorang tokoh besar dan dokter yang luar biasa,” ujar Issam Nabhan, kepala departemen keperawatan di RS Indonesia.

“Ia tidak pernah meninggalkan rumah sakit sejak perang dimulai. Ia meminta kami bertahan dan terus memberikan bantuan kemanusiaan. Kami tidak tahu kesalahan apa yang membuat ia dibunuh,” imbuhnya.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, jenazah Dr Sultan dan keluarganya ditemukan dalam kondisi hancur, dan dibawa ke RS al-Shifa.

Sosok Penting Di Tengah Krisis

Dokter Marwan Sultan dikenal luas sebagai salah satu dari sedikit dokter jantung tersisa di Jalur Gaza. Ia merupakan direktur RS Indonesia, fasilitas kesehatan terbesar di bagian utara Gaza, yang telah berhenti beroperasi sejak beberapa pekan lalu akibat kerusakan struktural parah dan pengepungan berulang oleh militer Israel.

“Pembunuhan terhadap dr Marwan Sultan oleh militer Israel adalah kehilangan yang amat besar, bukan hanya bagi Gaza tetapi juga bagi komunitas medis secara keseluruhan,” kata Muath Alser, Direktur Healthcare Workers Watch.

“Ini bukan sekadar tragedi kemanusiaan, tapi juga penghapusan puluhan tahun keahlian dan dedikasi medis di saat warga Palestina menghadapi situasi yang tak terbayangkan,” tambahnya.

Dokter Mohammed Abu Selmia, Direktur RS al-Shifa menambahkan, “Ia adalah salah satu dari dua ahli jantung terakhir di Gaza. Ribuan pasien jantung akan kehilangan harapan. Ia tidak bersalah. Ia hanya seorang dokter.”

Militer Israel (IDF) mengeklaim bahwa serangan tersebut ditujukan pada tokoh penting Hamas dan bahwa dugaan jatuhnya korban sipil masih dalam penyelidikan. Dalam pernyataannya, IDF mengatakan,

“Kami menyesalkan jika ada individu tak bersalah yang terkena dampaknya. Kami beroperasi sebisa mungkin untuk menghindari korban sipil.”

Namun, Kementerian Kesehatan Gaza menuduh IDF secara sistematis menargetkan tenaga medis dan tim kemanusiaan.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tidak ada lagi rumah sakit yang berfungsi di wilayah Gaza utara.

Ratusan Tenaga Medis Tewas 

Dokter Sultan menjadi tenaga medis ke-70 yang tewas hanya dalam 50 hari terakhir menurut Healthcare Workers Watch.

Sementara total tenaga kesehatan yang terbunuh sejak Oktober 2023 telah melampaui 1.400 orang menurut data PBB. Kelompok Insecurity Insight juga mencatat ratusan tenaga medis tewas di berbagai situasi. Kekerasan terus berlanjut di “zona aman”

Sementara itu, serangan udara Israel juga menghantam kawasan al-Mawasi, yang sebelumnya ditetapkan sebagai “zona aman” oleh militer Israel.

Dalam serangan tersebut, sedikitnya lima orang tewas dan beberapa anak terluka.

“Mereka datang ke sini karena mengira tempat ini aman, tapi justru dibunuh… Apa salah mereka?” kata Maha Abu Rizq, warga yang kehilangan kerabat.

Video dari lokasi memperlihatkan anak-anak berdarah dibawa ke rumah sakit oleh kerabat mereka.

Sejumlah perempuan terlihat menangis memeluk jasad anggota keluarganya. Hingga kini, lebih dari 57.000 warga Palestina tewas akibat operasi militer Israel, menurut data dari otoritas kesehatan Gaza. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

Krisis kemanusiaan juga diperparah dengan gelombang panas ekstrem, kurangnya air bersih, serta tidak adanya listrik dan fasilitas sanitasi. (Web Warouw)

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru