WASHINGTON DC – Amerika Serikat (AS) melaporkan kematian manusia pertama akibat flu burung. Hal itu diumumkan oleh Otoritas Kesehatan di Louisiana pada Senin (6/1/2025).
Menurut otoritas tersebut, pasien yang meninggal itu memiliki kondisi medis yang sesuai akibat virus H5N1. Pasien yang berusia lebih dari 65 tahun, telah dirawat di rumah sakit karena penyakit pernapasan, dan merupakan kasus infeksi serius pertama pada manusia akibat virus H5N1 yang terdeteksi di AS.
Pengumuman pada pertengahan Desember, pasien tersebut berada dalam kondisi kritis memicu kekhawatiran Amerika Serikat dapat mengalami wabah pandemi flu burung, dengan kasus serupa dilaporkan di seluruh dunia.
“Pasien tertular H5N1 setelah terpapar kombinasi kawanan unggas nonkomersial dan burung liar,” kata Departemen Kesehatan Louisiana dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Meskipun terjadi kematian, risiko kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh flu burung tetap “rendah,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan, tidak terdeteksi adanya penularan dari manusia ke manusia.
“Meskipun risiko kesehatan masyarakat umum saat ini tetap rendah, orang-orang yang bekerja dengan burung, unggas, atau sapi, atau memiliki paparan rekreasional terhadap mereka, berada pada risiko yang lebih tinggi,” demikian peringatannya.
Pengurutan genetik telah menunjukkan bahwa virus H5N1 yang menginfeksi pasien di Louisiana berbeda dari versi virus yang terdeteksi di banyak peternakan sapi perah dan unggas di seluruh negeri.
Diketahui, H5N1 pertama kali terdeteksi pada 1996, tetapi sejak 2020, jumlah wabah di antara kawanan burung telah meledak, sementara semakin banyak spesies mamalia yang terkena dampaknya.
Para ahli khawatir bahwa sirkulasi virus yang tinggi pada mamalia dapat menyebabkan mutasi yang membuatnya lebih mudah menyebar di antara manusia.
“Kami memiliki banyak data yang menunjukkan bahwa virus ini dapat mematikan, lebih mematikan daripada banyak virus yang kita khawatirkan,” Jennifer Nuzzo, seorang profesor epidemiologi di Universitas Brown, mengatakan kepada AFP.
“Karena alasan itu, orang-orang menjadi sangat khawatir tentang wabah yang telah terjadi di peternakan dan tempat-tempat lain di AS dan benar-benar berteriak agar pemerintah AS berbuat lebih banyak,” imbuh dia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan pada Desember, urutan genetik virus H5N1 dari pasien Louisiana berbeda dari versi yang terdeteksi di banyak peternakan sapi perah di seluruh negeri.
Dan sebagian kecil virus pada pasien tersebut mengalami modifikasi genetik yang menunjukkan bahwa virus tersebut dapat bermutasi di dalam tubuh untuk beradaptasi dengan saluran pernapasan manusia. Namun, mutasi tersebut bukanlah satu-satunya hal yang dapat membuat virus lebih menular atau menular antarmanusia, menurut para peneliti yang diwawancarai oleh AFP.
WHO: Risiko Flu Burung Masih Rendah
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan hampir 70 orang di Amerika Serikat telah tertular flu burung sejak April, kebanyakan dari mereka adalah pekerja pertanian.
Risiko flu burung H5N1 bagi masyarakat umum masih tetap rendah, kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (7/1), menyusul kematian pertama seorang pasien di Amerika Serikat.
Pasien itu, yang berusia lebih dari 65 tahun dan sudah memiliki penyakit lain sebelumnya, dirawat di rumah sakit karena virus itu pada bulan Desember setelah terpapar pada ayam peliharaan dan unggas liar di halaman belakang tempat tinggalnya, kata pejabat kesehatan Louisiana.
Hampir 70 orang di Amerika Serikat telah tertular flu burung sejak April, kebanyakan dari mereka adalah pekerja pertanian, karena virus tersebut telah beredar di antara kawanan unggas dan kawanan sapi perah, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.
Seperti WHO, pejabat federal dan negara bagian Amerika Serikat mengatakan risiko bagi masyarakat umum masih tetap rendah.
Kasus Flu Burung Pertama Tanpa Kontak dengan Hewan
Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi temuan kasus flu burung pertama tanpa kontak dengan hewan. Pasien dewasa tersebut berasal dari Negara Bagian Missouri. Ia menjadi orang pertama di AS yang dites positif mengidap flu burung tanpa diketahui terpapar hewan yang terinfeksi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dan Department of Health and Senior Services Missouri pada Jumat (6/9/2024) melaporkan, pasien itu telah dirawat di RS sejak 22 Agustus. Ia kemudian diberi obat antivirus untuk melawan influenza, sembuh, dan dipulangkan.
Karena jenis flu pasien tampak mencurigakan pada tes awal, pasien dikirim untuk pengujian tambahan di laboratorium Negara Bagian Missouri dan federal, yang mengungkapkan bahwa itu adalah H5 atau flu burung.
CDC mengaku belum mengidentifikasi adanya penularan ke kontak dekat pasien atau orang lain. Para ilmuwan setidaknya telah menyuarakan keprihatinan mereka mengenai meningkatnya jumlah mamalia yang terinfeksi flu burung, meskipun kasus pada manusia masih jarang terjadi. Mereka khawatir tingkat penularan yang tinggi dapat memfasilitasi mutasi virus, yang memungkinkannya untuk ditularkan dari satu manusia ke manusia lainnya.
Dihubungi oleh AFP, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu (7/9/2024) mengaku, justru merasa gembira dengan temuan kasus flu burung di AS kali ini.
“Ini sangat menggembirakan bahwa sistem pengawasan penyakit nasional telah mengidentifikasi kasus ini, bahwa pasien telah menerima pengobatan antivirus, dan tidak ada kasus lebih lanjut yang terdeteksi di antara kontak-kontak yang dekat,” jelas WHO.
Meski begitu, WHO tetap menekankan pada kebutuhan akan penelitian lebih lanjut.
“Sangat penting bahwa penyelidikan terhadap paparan pasien dilanjutkan, seperti yang ditunjukkan oleh otoritas nasional dan negara bagian, untuk menginformasikan kegiatan pencegahan dan tanggapan lebih lanjut,” kata Dr Maria Van Kerkhove, Direktur Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO.
Ia menegaskan, WHO sangat mendukung upaya AS untuk melakukan pengawasan terhadap influenza zoonosis di seluruh sektor manusia, lingkungan, dan hewan.
“Sangat penting untuk memahami peredaran flu burung pada unggas, burung liar, dan hewan lainnya di negara bagian ini,” ujarnya tentang Missouri.
“Pengawasan penyakit yang lebih kuat pada hewan sangat penting untuk melindungi kesehatan hewan dan manusia,” jelas Van Kerkhove.
Tidak ada Kontak dengan Hewan
Orang yang dites positif mengidap flu burung ini adalah orang ke-14 yang mengidap flu burung di AS tahun ini, dan orang pertama yang tidak memiliki kontak dengan hewan.
“Memang tidak ada infeksi H5 pada sapi perah yang dilaporkan di Missouri. Tetapi, beberapa kasus H5 pada kawanan ternak komersial atau di pekarangan rumah dan burung-burung liar telah dilaporkan,” kata Departemen Kesehatan Missouri.
Semua kasus flu burung sebelumnya di Amerika Serikat terjadi pada pekerja peternakan, termasuk kasus pertama pada 2022.
Flu burung paling sering ditemukan pada burung liar dan unggas, tetapi baru-baru ini terdeteksi pada mamalia, dengan wabah pada sapi yang terlihat di seluruh negeri tahun ini.
Flu burung kadang-kadang dapat menginfeksi manusia melalui kontak dekat atau lingkungan yang terkontaminasi.
“Meskipun CDC terus menilai risiko terhadap masyarakat sebagai rendah, keadaan dapat berubah dengan cepat seiring dengan semakin banyaknya informasi yang diperoleh,” kata CDC.
Dalam beberapa dekade sejak H5 ditemukan pada manusia, ada beberapa kasus yang jarang terjadi di mana sumber hewan tidak dapat diidentifikasi. Namun sejauh ini belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan, yang secara signifikan akan meningkatkan tingkat ancaman.
Flu Burung Pada Manusia Kanada
Sebelumnya kepada Bergelora.com dilaporkan Kanada mendeteksi kasus pertama flu burung pada manusia. Orang pertama yang dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut yakni seorang remaja di Provinsi British Columbia.
“Ia sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit anak karena flu burung H5,” kata Departemen Kesehatan British Columbia pada Sabtu (9/11/2024), dikutip dari AFP.
Para pejabat mengatakan, infeksi tersebut kemungkinan berasal dari burung atau hewan.
“Ini adalah kejadian yang jarang terjadi. Kami sedang melakukan penyelidikan menyeluruh untuk memahami sepenuhnya sumber paparan di sini di British Columbia,” kata Petugas Kesehatan British Columbia Bonnie Henry.
Pandemi dalam International Health Regulation 2005
WHO telah menerbitkan International Health Regulation 2005 yang mengatur hak dan kewajiban seluruh negara dalam menghadapi Pandemi Global.
Pandemi sendiri merupakan sebuah epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara, umumnya menyerang banyak orang. Sementara epidemi sendiri adalah sebuah istilah yang telah digunakan untuk mengetahui peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi area tertentu.
Flu Burung (H5N1) sebelumnya pernah menyerang Indonesia yang menyebabkan ratusan kematian pada manusia pada 2007-2009. Saat itu tidak terbukti ada penularan dari hewan ke manusia. Juga tidak terbukti penularan antar manusia. Oleh karenanya wabah flu burung disebut tidak natural dan dicurigai sebagai rekayasa senjata biologi (bioweapon). (Web Warouw)

