“Bencana kemanusiaan yang mengerikan akan menjadi nyata jika tidak,” katanya.
Kolonel Jenderal Mikhail juga menambahkan bahwa semua yang meletakkan senjata mereka dijamin perjalanan yang aman dari Mariupol.
Selain itu, militer Rusia juga mengatakan nasionalis Ukraina menyabotase kegiatan kemanusiaan dan bertanggung jawab atas situasi yang memburuk dengan cepat di beberapa kota Ukraina.
Namun, Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk menolak ultimatum tersebut.
“Tidak ada pembicaraan tentang penyerahan diri, peletakan senjata. Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang ini,” katanya kepada outlet berita Pravda Ukraina.
Rusia mengatakan serangan oleh pasukan Ukraina di Donetsk menewaskan 23 orang, dengan militer menuduh Kiev melakukan “kejahatan perang.”
Hal ini setelah tentara Ukraina menembakkan rudal Tochka-U ke daerah pemukiman padat penduduk di Donetsk, dalam salah satu serangan paling serius di kota itu sejak dimulainya operasi Rusia.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan pihak berwenang Ukraina membantah tuduhan Rusia tersebut.
Sementara itu Pemerintah Uni Eropa mengatakan mereka berencana untuk membahas apakah akan memberlakukan embargo minyak di Rusia saat mereka berkumpul minggu ini dengan Presiden AS Joe Biden untuk serangkaian pertemuan puncak.
Biden telah memberikan sanksi impor minyak Rusia ke AS atas operasi militer tersebut.
“Kami sedang mengerjakan sanksi putaran kelima dan banyak nama baru sedang diusulkan,” kata seorang diplomat senior Uni Eropa kepada Reuters.(Web Warouw)