JAKARTA- Blackout (mati listrik-red) kali ini, sangat lama dan menjangkau daerah yang sangat luas. Biasanya pemadaman yang sering terjadi paling sekitar 2 jam. Hal ini dikritisi oleh DR Kurtubi, Anggota DPR-RI dari Partai Nasional Demokrat (NasDem) kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (5/8)
“Kita mendapat penjelasan bahwa pemadaman yang terjadi kemarin disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem transmisi SUTET (Saluran udara tegangan ekstra tinggi) antara Ungaran dan Pemalang. Juga adanya gangguan Gas Turbin di PLTU Suralaya dan PLTG Cilegon,” ujarnya.
Dirinya berharap hasil investigasi PLN bisa menjawab pertanyaan publik, mengapa bisa terjadi pemadaman yang begitu luas dan lama yang sangat merugikan konsumen.
“Apakah karena faktor alam semata atau ada kelalaian dalam maintenance dan kontrol lapangan,” ujarnya.
Ini menurut Kurtubi merupakan pelajaran yang sangat penting yang tidak boleh terjadi lagi. Karena listrik sangatlah penting dalam roda perekonomian nasional.
“Untuk bisa mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi agar bisa menjadi negara industri maju, kita butuh tambahan pembangkit listrik setidaknya 4 x dari yang ada sekarang,” jelasnya.
Ia menjelaskan, kalau sektor kelistrikan tdk bisa menghandle kapasitas pembangkit 5 kali dari yang ada sekarang yaitu 65.000 MW x 5 =325.000 MW maka di tahun 2045, sektor kelistrikan Indonesia akan sulit utk mendukung industrialisasi menuju negara industri maju.
“Untuk itu kejadian blackout ini harus segera dievaluasi untuk bisa diambil pelajaran,” ujarnya.
Misalnya menurutnya, mulai dari perencanaan pembangunan pembangkit dan transmisinya harus lebih tepat terkait lokasi, jenis pembangkit, dan kapasitas pembangkit.
“Karena sistem Jamali (Jawa Madura Bali) sudah terintegrasi dalam satu sistem transmisi. Tentu ini membutuhkan transmisi SUTET yang kuat, sehingga aliran listrik dalam sistem Jamali ini bisa terjamin aman,” tegasnya.
Kompensasi PLN
Sementara itu pihak PLN menegaskan akan memberikan kompensasi bagi pelanggan yang terkena pemadaman listrik. Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo, PLN akan terus bekerja maksimal untuk segera menormalkan aliran listrik kepada para pelanggan.
“Kami bekerja semaksimal mungkin penormalan seluruh pembangkit dan transmisi yang mengalami gangguan, saat ini sejumlah pembangkit listrik sudah mulai masuk sistem mencapai 9.194 MW,” ungkap Plt Direktur Utama (Dirut) PLN Sripeni Inten Cahyani kepada pers di Jakarta, Senin (5/8).
Terkait pemadaman yang terjadi di sejumlah wilayah, PLN akan memberikan kompensasi sesuai deklarasi Tingkat Mutu Pelayanan (TMP), dengan Indikator Lama Gangguan.
Kompensasi akan diberikan sebesar 35% dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen golongan tarif adjustment, dan sebesar 20% dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen pada golongan tarif yang tidak dikenakan penyesesuaian tarif tenaga listrik (Non Adjustment). Penerapan ini diberlakukan untuk rekening bulan berikutnya.
Khusus untuk prabayar, pengurangan tagihan disetarakan dengan pengurangan tagihan untuk tarif listrik reguler. Pemberian kompensasi akan diberikan pada saat pelanggan memberi token berikutnya (prabayar).
Saat ini PLN sedang menghitung besaran kompensasi yang akan diberikan kepada konsumen.
“Kami mohon maaf untuk pemadaman yang terjadi, selain proses penormalan sistem, kami juga sedang menghitung kompensasi bagi para konsumen. Besaran kompensasi yang diterima dapat dilihat pada tagihan rekening atau bukti pembelian token untuk konsumen prabayar,” Ungkap Plt Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani.
Khusus untuk pelanggan premium, PLN akan memberikan kompensasi sesuai Service level Agreement (SLA) yang telah ditandatangani bersama.
Untuk perkembangan terkini (12.00) pembangkit yang sudah menyala saat ini yakni PLTU Suralaya 3 dan 8, Pembangkit Priok Blok 1-4, PEmbangkit Cilegon, Pembangkit Muara Karang, PLTP Salak, PLTA Saguling, PLTA Cirata, Pembangkit Muara Tawar, Pembangkit Indramayu, Pembangkit Cikarang, PLTA Jatiluhur, PLTP Jabar, serta total 23 Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) telah beroperasi. (Web Warouw)