JAKARTA – Mengacu kepada operasi militer khusus Federasi Rusia ke Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022, maka Pemerintah Indonesia, harus waspada terhadap peta kekuatan aliansi militer negara tetangga. Hal ini dikatakan ahli pertahanan dan intelejen Connie Rahakundini Bakrie dikutip dari Harris Turino Channel, Sabtu (19/3).
“Karena dilihat dari kenyataan yang terjadi, Indonesia sudah dikelilingi kekuatan pakta pertahanan sejumlah negara yang beraliansi dengan Amerika Serikat. Beberapa aliansi militer tersebut yaitu QUAD, AUKUS, dan FPDA,” ujarnya dikutip Bergelora.com di Jakarta.
Video lengkap wawancara Dr. Connie Rahakundini Bakri:
Five Power Defence Arrangements (FPDA) adalah serangkaian hubungan pertahanan bilateral yang dibentuk oleh serangkaian perjanjian multi-lateral antara Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura (semua anggota Persemakmuran).
FPDA ditandatangani pada tahun 1971, di mana lima kekuatan harus berkonsultasi satu sama lain “segera ” dalam hal atau ancaman serangan bersenjata di Malaysia atau Singapura untuk tujuan memutuskan tindakan apa yang harus diambil secara bersama-sama atau secara terpisah sebagai tanggapan.
FPDA mengacu pada Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan penegakan hak ZEE suatu negara adalah urusan negara itu; suatu negara dapat meminta bantuan negara lain untuk melakukannya.
Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) merupakan aliansi militer Amerika Serikat, Jepang, India dan Australia yang didirikan pada tahun 2017.AUKUS adalah sebuah pakta keamanan trilateral antara Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat, didirikan pada 15 September 2021.
“Kalau tidak segera dicermati dan diantisipasi, maka gerakan separatis di Papua, akan kembali bergerak kencang, memisahkan diri dari Indonesia. Karena semua orang tahu, banyak kepentingan asing agar Papua memisahkan diri dari Indonesia,” ujar Connie Rahakundini.
Menurutnya, Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina timur, Kamis, 24 Februari 2022.
Operasi militer khusus dilakukan, karena protes Rusia atas ekspansi North Atlantic Treaty Organization (NATO) dimotori Amerika Serikat ke Eropa timur, terutama membujuk 15 negara pecahan Union of Soviet Socialist Republic (USSR) sejak 25 Desember 1991, tidak dipedulikan NATO.
Bagi Rusia, Ukraina yang di sebelah timur berbatasan langsung dengan Rusia, merupakan ancaman keadaulatan sehingga harus diselesaikan secara militer, setelah beberapa kali upaya diplomasi tidak membuahkan hasil.
Imperialis Barat
Connie Rahakundini menjelaskan, dalam konteks sekarang, tindakan Presiden Federasi Rusia, berjuang membangun keseimbangan regional dan global. Karena pasca USSR bubar tahun 1991, sekarang telah terjadi dominasi Amerika Serikat dan NATO yang harus diimbangi demi terciptanya stabilitas keamanan regional dan internasional.
Dalam Studium General (Kuliah Umum) di Universitas Gorontalo, Gorontalo, Jumat (18/3) Connie menjelaskan konsep Berdikari Presiden Soekarno, yaitu berdiri diatas kaki sendiri, menegaskan, imperialismelah yang membutuhkan Indonesia, bukan sebaliknya.
Diam-diam justru menurut Connie yang menjalankan strategi dan visi Berdikari itu malah Putin . Buktinya mau apapun bentuk tekanan barat dan AS lewat beragam sanksi ekonomi dan diplomatik, Rusia bisa bertahan bahkan melawan.
“Swift dihapus dia bisa. Internet dunia diputuskan dia hidupkan Rusnett. Semua asset kuar negeri pemerintah rakyat Rusia di banned secara barbaric, dia juga survived, bersama negara timur tengah dan China segera mengaktifkan Petro Yuan, menggantikan Petro Dollar.
“Jangan tanya yang lain dibanned termasuk fashions, cars, Mc donnald dan lainnya dia malah bilang terimakasih. Rakyat Rusia malah akan semakin BERDIKARI seperti yang dicita-citakan Soekarno dan kita belum mampu hingga detik ini,” tegasnya
Connie Rahakundini Bakrie mengingatkan, Soekarno melalui pidatonya To Build The World A New tahun 1960 menyatakan negara besarlah yang sering kali bertindak menciptakan instabilitas dunia melalui perang.
“Untuk itu Indonesia juga seharusnya bisa seperti Rusia yang mampu tampil tegas secara diplomatik juga secara militer dalam menjalankan upaya mewujudkan perdamaian dunia,” tegas Connie Rahakundini Bakrie.
“Kaum imperialis terlalu banyak cingcong dan bertingkah, oleh karenanya aku serukan Go To Hell With Your Aid!,” demikian Connie Rahakundini Bakrie, mengutip Bung Karno.
Connie Rahakundinie Bakrie, mengingatkan, yang ditolak oleh konsep Berdikari Presiden Soekarno adalah ketergantungan kepada imperialisme dan menuntut kerjasama yang sama sederajat dan saling menguntungkan.
“Intinya, kepemimpinan Presiden Soekarno dulu dan Putin saat ini, adalah berani berpikir besar dan bertindak melawan arus untuk kemajuan nasional bangsanya dan kepentingan dunia internasional,” tegas Connie Rahakundini Bakrie.
Pakta Pertahanan Aliansi NATO
Dr. Connie Rahakundini Bakrie, menjelaskan tentang materi kepemimpinan bervisi World Balance Of Pawer. Menurut Warren Bennis dan Burt Nanus, kepemimpinan adalah kekuatan yang sangat berpengaruh dibalik kekuasaan suatu organisasi baik negara maupun non negara melalui dua konsep dasar yakni ilmu dan seni.
“Balance of power mengacu pada keseimbangan antara negara-negara atau aliansi untuk mencegah satu entitas menjadi kuat dengan keseimbangan negara tersebut tidak dapat memaksakan kehendaknya atau mengganggu kepentingan Negara Lain,” jelas Connie
Rahakundini Bakrie, penulis buku ‘Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal’. (Web Warouw)