Rabu, 19 Maret 2025

+62 GIMANA NIH JENDERAL..! Ekspor China Melesat 10,7%, Jauh di Atas Ekspektasi

JAKARTA – Data perdagangan China pada Desember 2024 mengalahkan ekspektasi dengan selisih yang besar. Ini dibuktikan oleh ekspor dan impor yang melesat jauh di atas ramalan pelaku pasar.

Dalam data Bea Cukai China yang dirilis Senin (13/1/2025), Ekspor pada Desember 2024 melonjak 10,7% dalam dolar AS dari periode yang sama tahun sebelumnya, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 7,3% dalam jajak pendapat Reuters. Itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan 6,7% pada November dan lonjakan 12,7% pada Oktober.

Data bea cukai juga menunjukkan impor naik 1,0% bulan lalu dari tahun sebelumnya, berbalik dari kontraksi dalam dua bulan sebelumnya. Adapun analis telah memperkirakan impor turun 1,5% secara tahunan.

Sejumlah analis menilai bahwa kenaikan ini didorong oleh stimulus yang diberikan pemerintah. Sejak akhir September, otoritas China telah meningkatkan dukungan kebijakan untuk menopang ekonomi negara itu yang dilanda krisis, dengan sektor properti terdampak paling parah.

“Dalam jangka pendek, volume impor juga diperkirakan akan pulih lebih lanjut, didorong oleh permintaan yang lebih kuat untuk komoditas industri, dengan percepatan belanja fiskal,” kata peneliti senior terkemuka di National Institution for Finance and Development, Bruce Pang, dikutip CNBC International.

Sejauh ini, China telah memangkas suku bunga kebijakan, melonggarkan pembatasan pembelian properti, menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan, serta meluncurkan program pertukaran utang untuk meringankan tekanan fiskal pemerintah daerah. Namun, diharapkan stimulus yang ada bisa terus ditambah

“Meskipun para pemimpin puncak menyadari perlunya meningkatkan pertumbuhan PDB riil, Presiden Xi Jinping tampaknya masih enggan untuk menerima tingkat stimulus tambahan yang diperlukan untuk memerangi deflasi,” tulis Gabriel Wildau, direktur pelaksana di Teneo, dalam sebuah catatan Jumat lalu.

Ekspor telah menjadi titik terang yang langka dalam ekonomi China yang terpukul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan mitra dagang utamanya, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Tetapi pertumbuhan ini dapat terancam setelah Presiden terpilih AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, telah memicu kekhawatiran tentang tarif yang lebih tinggi pada ekspor China. Ia telah menjanjikan tarif tambahan 10% pada semua barang China yang masuk ke AS.

“Para pembuat kebijakan perlu menyimpan sejumlah dana stimulus untuk memungkinkan respons yang memadai jika dampak tarifnya parah,” tambah Wildau.

Data dari Bea Cukai China yang dikutip dari Bloomberg melaporkan bahwa, ekspor naik 10, persen menjadi 336 miliar dollar AS pada Desember 2024. Hal itu mendorong pengiriman untuk keseluruhan tahun lalu ke rekor tertinggi jadi 3,6 triliun dollar AS, tertinggi selama pandemi..

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, adapun penguatan nilai ekspor terjadi setelah Presiden China Xi Jinping mengumumkan beberapa langkah paling agresifnya untuk mendongkrak perekonomian sejak pandemi COVID-19.

Termasuk memangkas suku bunga kebijakan, memberlakukan pelonggaran pembelian properti, hingga menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan, serta meluncurkan program pertukaran utang untuk meringankan tekanan fiskal pemerintah daerah.

Terbukti lewat strategi ini otoritas China berhasil membuat pengiriman naik hampir setiap bulan, mendorongnya melampaui titik tertinggi tahun 2022 selama pandemi.

Permintaan yang kuat dari luar negeri juga membantu memberikan pertumbuhan bagi ekonomi domestik yang telah berjuang karena krisis perumahan yang berkelanjutan dan konsumsi yang lemah.

Hal itu dapat dilihat di pelabuhan Shanghai, yang tahun lalu menjadi pelabuhan pertama di dunia yang menangani lebih dari 50 juta peti kemas berukuran 20 kaki. Pelabuhan tersebut memproses 51,5 juta kotak tahun lalu, naik 5 persen lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2023 dan 19 persen lebih banyak dari tahun 2019, setahun sebelum pandemi.

Dengan data ini, Zichun Huang, ekonom China di Capital Economics optimis Ekspor China akan tetap kuat dalam beberapa bulan kedepan karena perusahaan meningkatkan pengiriman untuk menghindari tarif yang lebih tinggi menjelang Presiden baru AS memberlakukan kenaikan tarif impor 60 persen untuk barang-barang asal China.

“Pengiriman keluar kemungkinan akan tetap tangguh dalam jangka pendek, didukung oleh peningkatan lebih lanjut dalam pangsa pasar global berkat nilai tukar riil efektif yang lemah,” tulis Huang, dikutip dari Al Jazeera.

Sejalan dengan data ekspor China yang mencatatkan pergerakan positif, bulan lalu Bank Dunia menaikkan estimasi pertumbuhan Tiongkok tahun 2024 menjadi 4,9 persen, naik dari perkiraannya sebesar 4,8 persen pada bulan Juni. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru