JAKARTA – Setelah perang Israel kontra Hamas (Palestina) mereda, perang baru tercipta. Seperti diketahui, Sabtu (13/4/2024) malam waktu Timur Tengah, Iran menggempur Israel.
Ratusan rudal balistik dan drone yang memikul bom ditebar menyerang Israel. Apakah sukses penyerangan Iran itu? Berapa banyak korban jiwa dan kerusakan yang dialami Israel? Tentu ini adalah pertanyaan umum yang muncul.
Ternyata penyerangan itu dianggap gagal untuk sebuah peperangan. Dianggap gagal karena tak mencapai target, yakni membunuh sesama manusia dan kerusakan dashyat infrastruktur.
Ratusan rudal balistik dan drone yang memikul bom, yang diluncurkan Iran pada malam hari itu gagal mencapai sasarannya.
Tentu ini membuat petinggi Iran kecewa berat, mengingat serangan ini adalah buntut serangan Israel terhadap kedutaan besar (Kedubes) atau Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, 1 April 2024.
Para pejabat militer Israel dan Amerika Serikat (AS) mengemukakan kegagalan serangan itu, Minggu (14/4/2024) atau Senin (15/4/2024) pagi WIB.
Seperti diketahui, Israel memiliki kekuatan perang yang luar biasa. Tentara Israel mampu bertempur di berbagai medan perang; darat, laut dan Udara.
Tentara Israel yang biasa disebut IDF (The Israel Defence Forces) ini makin top, dengan dukungan peralatan canggih.
Untuk sistem pertahanan udara, IDF memiliki beberapa lapis. Maka, sebagian besar dari 300 lebih rudal balistik dan drone Iran itu, yang terbang selama lima jam tersebut, dicegat sebelum mencapai Israel. Jarak kedua negara itu sekitar 1.770 kilometer.
Militer Israel mengatakan, “99 persen” proyektil yang ditembakkan Iran dicegat Israel dan mitra-mitranya, dan hanya “sejumlah kecil” rudal balistik yang mencapai Israel.
Menurut pihak militer Israel dan AS, secara total, sekitar 170 drone, lebih dari 30 rudal jelajah dan lebih dari 120 rudal balistik diluncurkan ke Israel oleh Iran, Sabtu malam itu.
Bantuan AS, Inggris, dan Prancis
Menurut sejumlah pejabat AS, lebih dari 70 drone dan tiga rudal balistik dicegat kapal Angkatan Laut dan pesawat militer AS. Namun, mereka tidak memberi rincian sistem pertahanan apa yang digunakan untuk menjatuhkan drone dan rudal-rudal tersebut.
Sejumlah pejabat mengatakan, Oren Liebermann di Pentagon bahwa Angkatan Laut AS menembak jatuh setidaknya tiga rudal balistik dengan menggunakan sistem pertahanan rudal Aegis dari dua kapal perusak berpeluru kendali di Laut Tengah bagian timur. Sejumlah pesawat tempur AS juga menembak jatuh rudal-rudal Iran, lapor Liebermann dari CNN.
Namun, tidak diketahui dari mana jet-jet tempur AS tersebut beroperasi. Ada sejumlah kapal induk Angkatan Laut AS dan pesawat yang berbasis di darat yang markasnya berada di sekitar wilayah tersebut.
Presiden AS Joe Biden, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS siap membantu dalam membela Israel dari serangan Iran.
“Untuk mendukung pertahanan Israel, militer AS memindahkan pesawat dan kapal perusak yang dilengkapi rudal balistik ke wilayah tersebut seminggu terakhir,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
“Berkat pengerahan ini dan keterampilan luar biasa anggota militer kami, kami membantu Israel menghancurkan hampir semua drone dan rudal yang masuk,” kata Biden.
Inggris mengatakan, pihaknya juga siap melakukan intervensi dengan menggunakan pesawat Royal Air Force (RAF) yang dimilikinya di Timur Tengah.
“Jet-jet Inggris ini akan mencegat setiap serangan udara dalam jangkauan misi kami yang ada, sesuai kebutuhan,” kata pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.
Juru bicara militer Israel juga mengatakan, Prancis terlibat dalam memblokir serangan Iran.
“Kami bekerja sama dengan AS, Inggris, dan Prancis yang bertindak malam ini. Kemitraan ini selalu erat, namun malam ini hal itu terwujud dengan cara yang tidak biasa,” kata juru bicara tersebut.
Pertahanan Udara Berlapis Israel
Israel sendiri mengoperasikan berbagai sistem pertahanan untuk memblokir serangan apa pun, mulai dari rudal balistik dengan lintasan di atas atmosfer hingga rudal jelajah dan roket yang terbang rendah.
Sistem pertahanan udara Iron Dome (Kubah Besi) Israel sudah sering menjadi berita utama sejak negara itu memulai serangan militernya di Gaza, sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu peperangan saat ini di wilayah tersebut.
Menurut Organisasi Pertahanan Rudal Israel (Israel’s Missile Defense Organization/IMDO), Iron Dome merupakan lapisan dasar pertahanan rudal Israel.
Setidaknya ada 10 baterai Iron Dome di Israel, masing-masing dilengkapi radar yang mendeteksi roket dan menggunakan sistem komando dan kontrol yang dengan cepat menghitung apakah proyektil yang masuk akan menimbulkan ancaman atau kemungkinan besar akan mengenai wilayah yang tidak berpenghuni.
Jika roket tersebut menimbulkan ancaman, Iron Dome akan menembakkan rudal dari darat untuk menghancurkannya di udara.
Menurut IMDO, anak tangga pertahanan rudal berikutnya adalah David’s Sling, yang melindungi negara itu dari ancaman rudal jarak pendek dan menengah.
David’s Sling, sebuah proyek gabungan dari Rafael Advanced Defense System Israel dan raksasa pertahanan AS, Raytheon, menggunakan pencegat kinetik hit to kill Stunner dan SkyCeptor untuk menghancurkan target hingga sejauh 300 km.
Di atas David’s Sling ada sistem Arrow 2 dan Arrow 3, yang dikembangkan bersama AS. Arrow 2 menggunakan hulu ledak fragmentasi untuk menghancurkan rudal balistik yang masuk dalam fase terminal (saat rudal menukik menuju target) di lapisan atas atmosfer.
Arrow 2 memiliki jangkauan 90 km dan ketinggian maksimum 51 km.
Arrow 2 itu merupakan peningkatan dari pertahanan rudal Patriot AS yang pernah digunakan Israel.
Sementara itu, Arrow 3 menggunakan teknologi hit-to-kill untuk mencegat rudal balistik di luar angkasa, sebelum memasuki kembali atmosfer dalam perjalanan menuju sasaran.
Israel juga memiliki pesawat tempur canggih, termasuk jet siluman F-35I yang telah digunakan untuk menembak jatuh drone dan rudal jelajah sebelumnya.
Rudal-rudal balistik Iran yang mencapai Israel jatuh di Pangkalan Udara Netavim di Israel selatan.
Juru bicara militer Israel mengatakan, rudal-rudal itu hanya menyebabkan kerusakan struktural ringan. Pangkalan itu tetap berfungsi dan masih dioperasikan setelah serangan Iran tersebut. Pesawat-pesawat Israel masih tetap menggunakan pangkalan itu.
Kepada Bergelora.com di Jakarra dilaporkan, foto-foto yang dirilis Angkatan Udara Israel pada Minggu pagi menunjukkan sejumlah jet tempur F-35 dan F-15 kembali ke pangkalan-pangkalannya di Israel setelah menjalani apa yang disebut sebagai “intersepsi” dan “misi pertahanan udara” yang berhasil.
Menurut militer Israel, beberapa rudal yang diluncurkan Iran ke Israel itu ditembakkan dari Irak dan Yaman. (Web Warouw)