Dunia tidak habis mengerti, bagaimana Republik Rakyat Tiongkok (RRT) bisa mengalami lompatan kemajuan yang sangat cepat mendominasi ekonomi global. Dibalik kemajuan itu, Partai Komunis Tiongkok (PKT) adalah subjek yang dinamis, berkuasa mutlak, mengarahkan negara dan pemerintahannya dari masa ke masa sejak berdirinya RRT pada tahun 1949. Zhen Yong Nian, seorang ahli politik masalah Tiongkok dan Asia Tenggara yang mengajar sebagai Guru Besar di Universitas Qinghua, China dan Universitas Nanyang Singapore. Ia menetap di Singapura. Tulisannya banyak dimuat di Morning Pos Singapore. Tulisannya ini dimuat dalam Harian Morning Pos Singapore, 17 Oktober 2017 dengan judul ‘Bagaimana Memahami Moderinitas PKT Era Kini’,–beberapa hari sebelum Kongges ke 19 PKT,–kemudian diterjemahkan oleh Setro untuk Bergelora.com (Redaksi)
Oleh: Zheng Yong Nian
SELAMA lima tahun sejak Kongres Nasional PKT ke-18, telah terjadi banyak perubahan besar dalam ranah politik Tiongkok. Perubahan dalam “Ranah Politik” yang disebutkan di sini adalah perubahan yang telah terjadi pada internal PKT. Karena PKT adalah subjek utama dalam politik di China, tidak sulit untuk memahami bahwa perubahan politik di Tiongkok terutama berkisar pada perubahan PKT sendiri. Lagi pula, perubahan internal PKT juga menyebabkan “Luapan Keluar”, yang berakibat perubahan eksternal diberbagai bidang dalam kaitan dengan perubahan tersebut.
Tidak sulit untuk memantau,– jika dibandingkan dengan era sebelum Konggres ke-18,– PKT lebih menitikberatkan penyesuaian pada yang terjadi dengan perubahan hubungan external,– yaitu PKT yang berkuasa selalu berusaha melakukan penyesuaian. PKT dimasa itu selalu mengupayakan adaptasi “Sesuai Kemajuan Jaman” terhadap perubahan sosial ekonomi. Berbagai macam penyesuaian kadang-kadang tercermin responsif dan reaktif, bahkan pada saat tertentu lebih tercermin sebagai “Keterpaksaan” atau dengan kata yang lazim disebut sebagai “Pemadam Kebakaran”.
Namun kondisi sejak Konggres ke-18 PKT menjadi sangat berbeda. Perubahan utama terjadi pada diri internal Partai, bahkan perubahan yang terjadi sudah jauh melampaui penyesuaian hubungan internal, melainkan me-“restruktur” berbagai Hubungan Penting, yang mencakup Mekanisme Operasional pada Top Level Kekuasaan, hingga level bawah termasuk Acuan Kehidupan Politik Internal Partai di semua tataran.
Singkat kata, perubahan ini tercermin pada 2 sisi yaitu “Membongkar” dan “Menegakkan”. Bisa dicontohkan dalam Gerakan Anti Korupsi. Gerakan anti-korupsi diawali dengan “Rambu Delapan Pasal” yang diketok-palu oleh Politbiro PKT pada akhir tahun 2012, dengan isi cakupan panyederhanaan penggunaan kendaraan, pengendalian ketat terhadap personil rombongan dalam melakukan kunjungan, pelaksanaan yang ketat dalam distribusi perumahan, kendaraan, serta layanan lain secara komperhensif. Hingga saat ini, gerakan antikorupsi pada umumnya dianggap sebagai gerakan paling berkesinambungan dan mendalam sejak tahun 1949, ketika berdirinya Republik Rakyat Tiongkok.
Menurut situs jaringan Komisi Disiplin Partai Pusat, selama lima tahun ini, PKT total telah menjatuhkan hukuman pada dua juta anggota partai, hampir 2% dari jumlah seluruh anggota Partai. Di antaranya yang telah diadukan dan diadili,–lebih dari 280 orang adalah kader PKT tingkat Wakil Menteri, lebih dari 8.600 kader tingkat Biro dan 66.000 kader tingkat Kabupaten.
Selain Pemberantasan korupsi pada kader Tingkat Tinggi, PKT mendorong secara menyeluruh penertiban Partai menjalar hingga ketingkat paling bawah. Selama lima tahun, PKT telah menjatuhkan hukuman pada kader dan anggota partai ditingkat kabupaten ke bawah sampai tingkat di atas desa sebanyak 1.343.000 orang. PKT juga menjatuhkan hukuman pada kader dan anggota partai tingkat Desa 648.000 orang.
Ada “Membongkar” berarti ada “Menegakkan”. “Menegakkan” tercermin dalam bentuk membangun mekanisme sistem “Menata Partai dengan disiplin (ketat dan serius)”,– sebagai partai berkuasa. “Menata Partai dengan Disiplin (ketat dan serius)” senantiasa menjadi penekanan paling khusus atau prioritas utama dari pimpinan tinggi PKT sejak Kongres ke-13 PKT pada tahun 1987. Tiap kali Laporan Konggres Partai senantiasa menekankan secara khusus “Menata Partai dengan Disiplin (ketat dan serius)”.
Namun, setelah Kongres ke-18, selangkah maju ke depan. PKT mengusulkan “Menata Partai Secara Komperhensif (menyeluruh) dengan Disiplin Tinggi”. Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Xi Jinping pada tahun 2014 di tengah Konferensi “Penegasan Garis Massa PKT tentang Kegiatan Praktek Pendidikan”,–yang kemudian menjadi “Komprehensif”,– dan terakhir dalam “Empat Komprehensif”.
Tiga “Komprehensif” lainnya adalah “Mewujudkan Masyarakat Berkecukupan Secara Komperhensif”, “Memperdalam Reformasi secara Komperhensif”, dan “Menata Negara Berlandas Hukum Secara Komperhensif” namun, “Komperhensif” terakhir ini sebenarnya yang paling penting. Alasannya sederhana, PKT adalah Subjek Politik China, satu-satunya partai yang berkuasa, tanpa “Komprehensif” yang terakhir ini, tiga “Komprehensif” lainnya tidak mungkin dibahas.
Terhadap masalah Cara Partai dan Disiplin Partai,– pada tahun 2015 PKT telah menerbitkan revisi “Regulasi Hukuman Disiplin Partai Komunis Tionkok”. Kemudian, pada Konferensi Paripurna ke-6 Konggres ke-18, PKT telah mengetok palu terhadap dua Dokumen Politik Penting,– yaitu, “Tentang Beberapa Pedoman Kehidupan Politik Internal Partai dalam Situasi Baru” dan “Regulasi Pengawasan Internal PKT”.
Di Balik Disiplin Anti Korupsi
Terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada PKT, baik di internal maupun external partai, banyak orang tidak paham, bahkan sangat tidak paham. Misalnya, terhadap masalah disiplin anti korupsi,– terdapat pandangan dan pendapat yang sangat berbeda. Sebagian orang menganggap disiplin anti-korupsi sudah sangat kelewat batas,– sudah kebablasan.
Sebagian lain berpendapat bahwa anti korupsi terkesan “tebang pilih”, atau manifestasi penyingkiran lawan-lawan Politik. Sebagian orang beranggapan secara sederhana. Gencarnya tindakan anti korupsi, hanyalah karena generasi pemimpin saat ini ingin membangun citra “Prestasi Hebat” untuk dirinya. Tentu saja, lebih banyak orang tetap berpandangan secara tradisional, yaitu berpendapat bahwa anti korupsi yang dilakukan PKT bertujuan menjaga eksistensi dan perkembangan PKT itu sendiri.
Namun, semua pandangan ini mengabaikan tujuan sebenarnya di balik disiplin anti-korupsi PKT. Sebagai Partai Berkuasa,–PKT harus mampu mengejar cita-cita menjadi partai modern yang mampu menciptakan Tiongkok modern yang diyakini,– walaupun dengan sangat keras dan melelahkan. Masalah modernitas masa kini bukan sekedar masalah eksistensi dan perkembangan PKT, tapi lebih dari itu adalah masalah karakteristik PKT. Pengejaran modernitas telah mengharuskan PKT mampu menjawab serangkaian pertanyaan tentang era baru,– termasuk partai macam apa PKT itu? Apa landasannya dalam memerintah? Bagaimana mendapatkan legitimasi? Bagaimana memerintah dan lain sebagainya.
Bagaimana menjelaskan modernitas yang diyakini oleh PKT? Persoalan ini harus memposisikan atau menempatkan PKT pada sepanjang Sejarah Modern yang menginspirasi Pergerakan Politik di China. Sebagai suatu organisasi politik modern, organisasi semacam PKT selamanya belum pernah lahir dalam sejarah Tiongkok, Dia adalah Produk dari Inspirasi Gerakan Politik Tiongkok modern.
Ada konsensus di antara para ilmuwan Tiongkok dan mancanegara, bahwa perbedaan terbesar antara sistem politik tradisional dan sistem politik modern di Tiongkok adalah, bahwa tujuan sistem politik tradisional adalah untuk Mempertahankan Status Quo. Sedangkan tujuan sistem politik modern adalah untuk Kemajuan. Sistem tradisional juga bukan tanpa perubahan, namun sasaran perubahannya adalah untuk Mempertahankan Status Quo, yaitu mencegah terjadinya perubahan revolusioner.
Filsuf Jerman Hegel menganggap bahwa Tiongkok tidak memiliki sejarah. Memang, selama ribuan tahun dari Kaisar Qin Shi Huangti sampai pada masa akhir dinasti Qing (Mancuria), Di Tiongkok hanya ada Pergantian Dinasti, tidak ada Perubahan Sistem yang Mendasar. Orang bisa mengatakan bahwa inilah Vitalitas Sistem Politik Tradisional, namun juga bisa dikatakan sebagai Langkanya Perubahan Struktural selama ribuan tahun.
Sistem politik saat ini sudah jauh berbeda, terutama disebabkan dalam proses pergerakan, telah ditegakkan dengan kokoh,– konsep tentang Pandangan Progresif. Dari revolusi Sun Yat Sen ke Kuomintangnya Chiang Kai Sek hingga revolusi dibawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok,– beberapa generasi orang Tiongkok senantiasa mencari perubahan,– semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mengubah Tiongkok.
Dalam Pergerakan Modern, orang-orang melakukan serangan dan kritik yang paling tajam dan radikal terhadap ajaran etika pribadi Konfusianisme, yang mempertahankan sistem lama. Namun, walau ajaran masa lalu sudah tidak relevan lagi, tapi kekuatan politik dari berbagai aliran tidak pernah mencapai kesepakatan tentang bagaimana ujud masa depan? Perubahan apa yang dibutuhkan Tiongkok? Bagaimana mengejar perubahan?–setiap kelompok memiliki pandangan yang berbeda.
PKT saat itu memilih mengejar perubahan yang paling radikal dan mendalam. Revolusi sosialis adalah yang dikejar oleh PKT sejak pendiriannya. Dengan revolusi, PKT dan rakyat Tiongkok menumbangkan rezim kekuasaan lama Chiang Kaisek, secara tuntas mengubah masyarakat lama kemudian membangun sebuah sistem masyarakat baru.
Setelah pertengahan tahun sembilan puluhan abad yang lalu,– seiring dengan berlalunya generasi tua para tokoh politik pelaku revolusi,– PKT memulai sebuah transformasi besar, yaitu transformasi dari semula sebagai “Partai Revolusioner” menjadi “Partai Berkuasa”. Arah transformasi ini sangat jelas, tetapi terhadap “Apakah itu Partai Berkuasa?”, semua orang tidaklah begitu jelas.
Dapat dikatakan bahwa sejak awal transformasi, baik pada tataran teori maupun tataran praktek, petinggi PKT senantiasa berada dalam posisi proses pencarian, penjelajahan, mengeksplorasi terhadap masalah tersebut.
Tetapi ada suatu hal yang sangat jelas, — apabila suatu partai hanya demi berkuasa asal berkuasa,– niscaya partai berkuasa tersebut akan menuju kemerosotan. Ini sangat jelas tercermin pada sejarah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai-Partai Komunis Eropa Timur. Juga tercermin pada sejarah Partai-Partai Politik di dunia Barat yang mendapat justifikasi kekuasaan berdasar perolehan suara dalam pemilihan umum.
Tantangan yang dihadapi PKT saat ini adalah bagaimana proses transformasi menjadi atau menuju Partai Berkuasa yang Modern tanpa kehilangan sifat “Revolusioner”. Setelah menjadi Partai Berkuasa, dalam arti tradisional melanjutkan pencerahan dan revolusi jelas,– tidak bisa diadopsi lagi. Bagaimanapun, revolusi adalah untuk menggulingkan sistem lama. Sebaliknya, berkuasa adalah mempertahankan sistem birokrasi yang dibangun sendiri dan sedang berlangsung saat ini.
Setelah tahun 1949, Mao Zedong, yang dipengaruhi oleh Pemikiran Radikal, yaitu masih ingin “Melanjutkan Revolusi”. Itu berarti akan menggulingkan sistem birokrasi yang dibangunnya sendiri, paling tidak untuk menghindari birokrasi kembali pada karakter sistem lama. Pemikiran ini menjadi berseberangan dengan sifat partai yang berkuasa, dan ini telah menimbulkan konsekwensi terjadinya malapetaka dalam tubuh partai, juga menciptakan “Pemerataan Kemiskinan”. Padahal justru itu adalah target yang harus dimusnahkan oleh revolusi yang dipimpin oleh Mao Zedong.
Setelah Mao Zedong, PKT yang dipimpin oleh Deng Xiaoping, meredefinisikan Modernitas PKT, yaitu menyelesaikan masalah “Pemerataan Kemiskinan” yang menjadi sasaran awal revolusi. Namun, di era Deng Xiaoping, sementara me-redefinisikan Modernitas PKT, disisi lain juga berusaha dengan keras mempertahankan atau melestarikan “Sifat Revolusioner” Partai Berkuasa.
“Empat Cetak Kader” yang dipromosikan oleh Deng Xiaoping adalah contoh yang bagus, yaitu “Cetak Kader Revolusioner”, “Cetak Kader Muda”, “Cetak Kader Intelektual”, dan “Cetak Kader Profesional”. “Revolusionerisasi” adalah hal terpenting, hanya dengan “Revolusionerisasi” dapat mendorong Partai Berkuasa mencapai misi baru yang dirancang, sekaligus mewujudkan Modernitas Partai.
Karena modernitas di era Deng Xiaoping terutama ditentukan oleh Modernitas Ekonomi Negara, maka Modernitas Partai Berkuasa tidak dapat terhindar dari Pengaruh Modernitas Ekonomi Negara.
Di ranah ekonomi, doktrin PDB ikut membentuk RRT dengan cepat. Dalam hal pembangunan ekonomi, jasa doktrin PDB tidak dapat dipungkiri,– dalam beberapa dekade Tiongkok telah secara tuntas mengubah wajah “Sosialisme yang Miskin”.
Komersialisasi Dalam Tubuh Partai
Hingga sebelum Konggres ke-18 PKT, yaitu pada tahun 2013, Tiongkok telah menjadi entitas ekonomi terbesar kedua di dunia. Negara perdagangan terbesar di dunia. Bahkan pendapatan nasional per kapita dari tahun 1980-an masih di bawah 300 US$ melonjak menjadi 8.000 US$ pada tahun 2013. Lebih penting lagi, Tiongkok telah membuat ratusan juta orang keluar dari kemiskinan absolut. Prestasi ini oleh masyarakat internasional dipandang sebagai “Keajaiban Tiongkok” dalam sejarah ekonomi dunia.
Namun doktrin PDB juga membawa pengaruh mendalam pada PKT yang berkuasa sebagai organisasi itu sendiri, mempengaruhi perilaku anggota, kader-kader partai. Singkat kata, PKT sendiri telah terkomersialisasi secara serius dan kehilangan tradisi sifat “Kerevolusioneran”nya.
Sepenggal ucapan Xi JinPing di depan Konferensi Paripurna ke-6 Konggres ke-18 PKT, memberikan diskripsi yang sangat intuitif tentang kondisi Partai Berkuasa yang sangat suram. Xi Jinping berkata :
“Sebagian anggota dan kader-kader partai, termasuk di antaranya kader teras, tidak memiliki cukup idealisme keyakinan yang kokoh, tidak setia dan tidak jujur pada partai, disiplin kendor, meninggalkan massa, semena-mena, penuh kepalsuan dan penipuan, tidak kenal malu, tidak berkarya, individualis, liberalis, cari aman, sektaris, preman, mamonisme (pemuja uang). Ditemukan di tingkat tertentu, formalis, birokratis, Hedonis dan perilaku mewah, penghamburan sangat menonjol, nepotisme, mengejar jabatan, jual beli Jabatan, Fenomena suap pemilih demi dukungan suara meski berulangkali dilarang namun tidak pernah berhenti. Menyalah gunakan kekuasaan, korup dan terima suap, dekaden. Fenomena pelanggaran disiplin tumbuh subur dan menjalar.
Khusus sebagian kecil diantara kader teras terjadi pembengkakan ambisi politik, mabok dalam nafsu jabatan, konspiratif, bermuka dua, memanfaatkan partai untuk kepentingan pribadi, koncoisme, geng & rebutan kekuasaan dan jabatan antar kelompok dan lain-lain.”
Yang dikatakan di sini bukan saja bentuk perilaku pribadi anggota Partai Berkuasa, juga ada perilaku secara kolektif, baik ditingkat daerah maupun ditingkat pusat. Di sini melibatkan faksi, oligarki politik, dekadensi kolektif dan lain sebagainya. Itu semuanya sudah bukan lagi dapat diartikan dalam ruang lingkup pengertian “korupsi”.
Lagi pula, komersialisasi yang lebih menonjol terjadi pada organisasi lingkar luar PKT. Terutama perubahan yang terjadi pada Liga Pemuda Komunis. Xi Jinping melakukan kritik yang pedas dan serius terhadap Liga Pemuda Komunis, bahwa Liga Pemuda sudah menjadi organisasi bersifat “administrasi, birokratis, aristokrasi, entertainis”. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada Liga Pemuda Komunis, tapi juda terjadi pada hampir di semua organisasi yang berafiliasi pada PKT.
Fenomena yang muncul dalam tubuh PKT, atau pada Liga Pemuda Komunis, barangkali ini adalah fenomena umum masyarakat bisnis modern atau katakanlah fenomena ini merupakan sifat modernitas secara umum. Suka atau tidak suka, bagaimanapun juga modernitas semacam inilah yang harus berusaha sekuat tenaga dihindari oleh PKT sebagai Partai Berkuasa. Jika PKT mengakomodasi moderniitas semacam ini, kemunduran dan kemerosotan PKT tidak akan terelakan.
Oleh karena itu, PKT perlu melakukan redifinisi misinya sendiri, membangkitkan ulang Modernitas Diri Sendiri. Seperti tersebut di atas, Visi Mao Zedong adalah melalui “Melanjutkan Revolusi” mempertahankan Modernitas Partai Berkuasa, namun experimennya tidak berhasil. Modenisasi Ekonomi Negara yang dicanangkan Deng Xioping telah berhasil, namun akibatnya dalam tubah Partai Berkuasa juga muncul masalah besar.
Sejak Kongres Nasional ke-18, melalui gerakan anti korupsi skala besar-besaran Partai Berkuasa “mendobrak” sifat komersialisasi partai, dan melakukan redifinisi modernitas PKT melalui pembentukan sistem dan mekanisme kelembagaan baru untuk mengatur perilaku organisasi, anggota dan kader partai.
Sejak zaman modern, konsep “Partai Politik” diperkenalkan dari dunia barat ke Tiongkok. Tetapi kemudian maknanya telah mengalami perubahan sangat besar sejak diperkenalan. Partai politik adalah batang tubuh aksi politik. Tindakannya bukan sekedar untuk mempertahankan eksistensi dan berkembangnya partai, namun juga untuk memimpin perkembangan negara disegala aspek.
Artinya, modernitas Partai Politik tidak didefinisikan dan ditentukan secara pasif oleh perubahan lingkungan. Sebaliknya, Partai Berkuasa harus melalui tindakan proaktif menentukan modernitas diri sendiri dan mengejarnya. Dengan melalui memperbaharui dan menentukan modernitasnya secara terus menerus, Partai Berkuasa baru dapat memperbarui diri, sekaligus tetap mempertahankan kepemimpinan dalam misi pembangunan masyarakat.