JAKARTA- Presiden Jokowi pada pemerintahan periode kedua ini diharapakan segera mempersiapkan roadmap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). PLTN bukan hanya untuk mengatasi masalah kekurangan energi di dalam negeri saat ini tetapi juga strategis untuk memperluas dan memperkuat industri di dalam negeri. Hal ini ditegaskan oleh Dr. Kurtubi, anggota DPR-RI dari Fraksi Nasdem kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (4/7).
“Kita harap pada periode ke 2 Presiden Jokowi, perencanaan pembangunan PLTN sudah harus dimulai dengan terlebih dahulu pemerintah mengeluarkan Road Map pembangunan PLTN. Percuma kalau Presiden kita Jokowi tapi gak bisa punya PLTN” tegasnya.
Ia menjelaskan dari sisi energi, ditahun 2045 Indonesia harus menjadi negara Industri maju. Maka dibutuhkan total pembangkit listrik sekitar 400.000 MW atau 400 GW. Padahal saat ini jumlah seluruh pembangkit hanya sekitar 62 GW.
“Ini masih sangat kurang. Kalau dibiarkan kita akan sangat tertinggal. Tidak mungkin membangun industri dengan energi sebesar 62 GW dan dengan energi konvensional seperti sekarang dan merusak lingkungan,” tegasnya.
Kurtubi mengajak semua pihak untuk terus dorong pembangkit dari EBT yang bersih terus dibangun, termasuk segera memulai membangun Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
“Saat ini teknologi PLTN sudah sangat aman dan efisien, dengan biaya listrik yang lebih murah. Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah lebih maju. Tidak ada alasan untuk tidak menggunakan nuklir,” tegasnya.
Sehingga menurutnya membangun PLTN untuk mendukung industrialisasi menjadi suatu keharusan untuk segera memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri.
“Tanpa pembangkit nuklir jangan bicara kedaulatan energi dan jangan bicara menjadi negara Industri maju,” tegasnya.
Untuk itu Kurtubi, rekonsiliasi bukan hanya mungkin tapi suatu keharusan. Agar bangsa kita bisa lebih berkonsentrasi untuk mengejar ketertinggalan dibanding bangsa-bangsa lain yang lebih maju dan lebih makmur.
“Target pada tahun 2045, saat 100 tahun Indonesia merdeka, kita semestinya sudah menjadi negara industri maju. Untuk itu membutuhkan persatuan dan kekompakan,” tegasnya. (Web Warouw)

