JAKARTA – Mayoritas angka pasien meninggal dunia selama satu tahun pandemi COVID-19 terdapat pada kelompok usia di atas 47 tahun.
Mereka juga mempunyai komorbid atau penyakit penyerta. Sebanyak 85 persen yang wafat ini yang meninggal adalah kelompok usia di atas 47 tahun, dengan komorbid.
“Dan risiko yang lebih tinggi lagi adalah mereka yang memiliki lebih dari satu komorbid,” kata Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Doni Monardo dalam 1 Tahun Pandemi COVID-19: Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih Pasca Pandemi, Selasa (2/3).
Bahkan, kata Doni, khusus untuk Jawa Timur sebanyak 92 persen angka kematian COVID-19 adalah mereka dengan penderita komorbid yaitu diabetes.
“Khusus untuk Jawa Timur angka kematian itu mencapai 92 persen adalah penderita komorbid yaitu diabetes,” katanya.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Doni menerangkan, persentase rata-rata angka kematian di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan kasus global. Ternyata angka kematian kita ini masih relatif tinggi yaitu 36.325 orang.
“Dibandingkan dengan persentase angka kematian Global yang 2,2 persen maka selisihnya dengan nasional adalah 0,5 persen,” imbuhnya.
Di sisi lain, kasus sembuh dari COVID-19 secara nasional mencapai 85,88 persen. Angka ini, lanjut dia, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhan di dunia.
Saat ini kasus aktif nasional telah mencapai 153.074 orang, yang sembuh telah mencapai 1.121.141 orang atau 85,88 persen.
“Angka yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhan Global saat ini,” tutur Doni.
Doni menyinggung, adanya satu negara dengan angka kematian mencapai 527.000 jiwa. Padahal, negara tersebut dikenal memiliki semua semua kemampuan mulai dari anggaran hingga sistem manajemen rumah sakit yang sangat baik.
“Dokter-dokter terbaik yang ada di dunia ada di situ semua, tetapi nyatanya faktanya angka kematiannya mencapai sekitar 2.520 sampai 20% dari angka kematian global,” kata Doni.
Menurut dia, teknologi kesehatan tidak menjadi salah satu cara terbaik dalam mengatasi pandemi. (Calvin G. Eben-Haezer)

