Senin, 25 Agustus 2025

Papua Punya Peradaban Sendiri!

Kesalahan antropologis dalam melihat Papua oleh sebagian besar orang Indonesia menjadi akar penyebab kegagalan penyelesaian berbagai persoalan di Papua. Sebuah tulisan pendek dari Joaquim Rohi yang saat ini sedang studi Ilmu Politik, di RUDN University Moscow, Russia untuk pembaca Bergelora.com semoga membuka mata hati pengambil kebijakan. (Redaksi)

Oleh: Joaquim Rohi

DI PAPUA, Anthropolog Russia, Miklukha Maklay, mengemukakan definisi baru tentang peradaban, bahwa setiap masyarakat mempunyai tingkat peradabannya sendiri, sesuai dengan perkembangan dan lingkungan mereka tinggal. Ketika ia tiba, Papua sudah memiliki struktur sosial yang kompleks.

Karena itu, pelajaran resmi di kampus di Russia, tak mengenal konsep civilized and uncivilized, sebagaimana yang digunakan oleh Indonesia.

“Teori supremasi ras itu salah, …tak ada ras yang superior,” katanya.

Bagi biologist ini, teori yang rasis sifatnya tak hanya salah, tapi juga digunakan sebagai pembenaran kolonisasi, dengan alasan untuk memperadabkan bangsa yang belum beradab.

Dalam konteks puritan agama, mereka yang tak berpakaian menurut kaidah agama mereka, apalagi yang telanjang, tak hanya berdosa, tapi belum mengenal adab. Karena itu perlu dipertobatkan dengan perkenalan akan agama.

Pandangan keagamaan dan sosio-politik yang rasis itu terbukti menghasilkan diskriminasi, kolonisasi, juga perbudakan pada masa lalu. Apa sumbangsih orang-orang yang berpandangan seperti ini? Sebaliknya, berkat Miklukho, Belanda menghentikan aliran perbudakan dari Papua dan Indonesia Timur lainnya.

Jared Diamond yang memulai Buku Guns, Germs, and Steel di Papua, masih gunakan konsep Papua yang belum mengenal peradaban, hanya karena tak mempunyai alat-alat yang ia bawa dari dunia barat saat itu. Buku itu kontroversial, sebagian memuji buku yang konon dikerjakan selama 35 tahun tersebut, sebagian lagi mencibir buku yang sarat nada rasisme itu. Bagaimanapun buku ini layak dibaca, tersedia juga bentuk DVD berseri-nya.

Foto ini, Luis, mahasiswi kedokteran RUDN University, Moscow, asal Merauke. Di perhelatan tahunan bertajuk Planet Yugo-Zapad, yang diikuti perwakilan dari 50 negara, ia menjadi ikon, banyak sekali orang meminta untuk berfoto dengan dirinya.

Hari itu, di Moskow, seolah ia menjadi ikon, dari pagi hingga sore hari.

Sementara di Indonesia, hari-hari ini, Nagita Slavina ditahbiskan jadi ikon PON XX Papua. Dia bukan atlet, juga bukan orang Papua. Media memujinya sangat cantik menggunakan pakaian adat Papua. Apakah media yang sama, pernah memuji Mama-mama Papua dengan baju adat mereka?

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru