JAKARTA – Menteri Kesehatan RI 2004-2009, Siti Fadilah memaparkan pengalaman dirinya menghadapi wabah Flu Burung dan Flu Babi di zamannya.
Adapun upaya yang dilakukan saat ini menghentikan Covid-19 dengan vaksinasi adalah percobaan pertama di dunia.
“Pada saat pandemi berlangsung sampai saat ini, belum ada ceritanya atau sejarahnya bahwa vaksinasi itu akan menghentikan pandemi,” kata Siti Fadilah dalam sebuah wawancara di TVOne.
Jelas dia yang harus menjadi fokus aladah bagaiamana meningkatkan daya kekebalan tubuh.
“Suatu pengalaman yang didapat pada waktu Spanish flu dulu. Di mana 70 persen populasi di Spanyol ternyata sudah mempunyai kekebalan,” katanya.
Langkah yang bisa ditiru atas kasus tersebut, bagaimana memberlakukan kesadaran atas kekebalan tubuh pada populasi di Indonesia.
“Yang bisa ditiru bagaimana mengkebalkan populasi kita,” katanya.
Namun, Siti Fadilah belum berani berspekulasi atas hal itu.
“Karena sebelumnya, belum pernah ada di dunia soal vaksinasi menghentikan pandemi,” jelasnya.
Lanjut dia, hal ini adalah percobaan pertama di dunia. “Bagaimana kalau ada pandemi kemudian divaksinasi,” kata Siti Fadilah.
“Menurut teori yang ada, pademi seharusnya difokuskan pada terapi atau pengobatan untuk menurunkan Risk Fatality Rate,” jelasnya.
“Misalkan risk fatality rate bisa nol, walaupun menular tapi tidak menimbulkan kematian maka itu sangat berbeda,” katanya.
“Tapi sekarang, itu program nasional. Harus dilanjutkan tapi fokus ke terapi juga harus ditekankan,” katanya.
“Dan kemudian juga, ahli-ahli statistik itu menghitung pengaruh vaksinasi ini terhadap banyaknya yang sakit, ataupun mobility maupun mortality yang ada saat ini dibandingkan sebelum vaksinasi. Itu para ahli statistik yang bisa melihat,” katanya.
“Jangan-jangan setelah divaksin mereka kemudian abai tidak mau memakai Prokes (Protokol kesehatan). Itu juga kan bisa juga menjadi pengaruh,” katanya.
Vaksinasi Kurang Efektif
Kepada Bergelora.com dilaporkan sebelumnya, Siti Fadilah Supari angkat bicara soal fenomena pandemi Covid-19 yang kian menyebar di berbagai wilayah Indonesia.
Berbicara dengan ahli virologi Prof. Nidom, mereka membicarakan persoalan pandemi Covid-19 yang sudah bermutasi.
Dari 4.000 mutasi yang dikabarkan oleh India dan Inggris, sudah 200 mutasi Covid-19 yang terdeteksi di Indonesia.
Soroti rencana pemerintah melakukan vaksinasi kepada masyarakat dinilai Siti Fadilah Supari masih kurang efektif.
Menurutnya, upaya pemerintah dengan memberikan vaksin Covid-19 tidak akan merubah risiko penyebaran virus karena efektivitas yang tidak maksimal.
“Harapan pemerintah dengan 70 persen dia vaksin, 70 persen juga terjadi imunitas, padahal itu tidak mungkin karena efeksi nya tidak ada yang 100 persen,” ujar eks menteri kesehatan itu.
Siti Fadilah Supari menyayangkan tak ada komunikasi yang baik dalam pengupayaan pemerintah dalam menanggulangi pandemi.
“Ini hal-hal yang kaya ginikah scientific banget gitu, kenapa tidak ada yang bersuara ke Menteri Kesehatan?” tuturnya lagi, dikutip dari YouTube Siti Fadilah Supari Channel, yang tayang 19 Juni 2021.
Dengan mengusahakan Herd Immunity dengan penggunaan vaksin, tetapi efektivitas yang diberikan tidak berjalan dengan baik, menurut Siti Fadilah hal yang dilakukan berjalan dengan sia-sia.
“Jadi jangan ‘yuk kejar 183 juta rakyat itu, nanti anda mengejar sesuatu yang tidak akan anda dapet’ uang banyak keluar, tapi korban akan cukup banyak,” katanya.
Menanggapi hal itu Prof. Nidom mengungkapkan jika dengan mutasi yang ada saat ini 350 tenaga kesehatan telah terpapar Covid-19, bahkan 15 orang lainnya telah meninggal dunia.
Prof. Nidom mengatakan jika para tenaga kesehatan itu sebelumnya juga telah mendapatkan vaksinasi.
Melihat hal itu Siti Fadilah Supari menyayangkan ketidaktahuan masyarakat yang telah divaksin memiliki risiko yang sama besarnya terhadap paparan virus corona.
“Kenapa tidak di ekspose sehingga masyarakat tahu bahwa divaksin atau tidak divaksin risikonya untuk kena covid itu sama, dan kematiannya sama,” ujarnya. (Web Warouw)