
Ia pun mengingatkan agar jangan sampai mahasiswa terprovokasi oleh gerakan yang dibangun atas dasar kepentingan politik demi melanjutkan misinya untuk menumbangkan Presiden Jokowi.
“Sebab saya menduga ada aktor intelektualnya yang menggerakkan gerakan tersebut. Disayangkan, jika gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa yang bertujuan menyuarakan kepentingan rakyat malah dipolitisasi dengan gerakan-gerakan tambahan yang bernuansa politis,” jelasnya.
Kepada Bergelora.com.dilaporkan, upaya menjatuhkan rezim menurut dia bukan menjadi solusi mengatasi krisis ekonomi dan masalah bangsa yang dialami Indonesia hari ini. Justru kata dia sebaliknya, sangat memperparah keadaan.
“Bahwa sangat jelas dalam rapat kabinet Presiden Jokowi dengan tegas menegur para menterinya yang menyuarakan penundaan Pemilu dan juga wacana perpanjangan masa jabatan Presiden tiga periode. Hal ini menandakan bahwa wacana perpanjangan masa jabatan Presiden tiga periode dan isu penundaan Pemilu ini secara jelas bukan Keinginan Presiden,” kata dia.
Kelompok Salawi
“Mereka (Salawi-red) ini suka banget membuat berita bohong soal wacana penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan presiden kepada para mahasiwa,” jelasnya.
Oleh karena itu, Rudi menekankan kepada semua pihak agar tidak terprovokasi aksi kelompok Salawi.
Dia menilai, kelompok Salawi tidak lebih dari gerombolan orang-orang pengecut.
“Jadi, Salawi itu jelas pengecut tidak mau mengakui siasatnya memainkan hoaks kepada para mahasiswa ini,” imbuhnya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dikaporkan, kendati demikian, BEM SI sebelumnya mengaku tidak ada dalang dari siapa pun terkait aksi yang akan berlangsung pada 11 April 2022.
Demo itu diketahui untuk menuntut Presiden Jokowi agar menyelesaikan permasalahan kenaikan bahan pokok hingga wacana penundaan Pemilu 2024, dan menuntut Presiden Jokowi mundur dari jabatan (Web Warouw)