JAKARTA- Persekutuan Gereja-gereja Indonesia mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia demi pemerintahan yang bersih dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sidang mendukung KPK untuk bekerja secara adil, profesional, dan tidak tebang pilih dalam penanganan kasus korupsi. Hal ini ditegaskan kembali dalam Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPL PGI) 2016 di Parapat, Sumatera Utara pada 22-26 Januari 2016 lalu. Demikian Kepala Humas PGI, Jeirry Sumampow, S.Th kepada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (5/2)
“Karena itu peserta sidang menolak upaya-upaya pelemahan KPK yang akan berakibat pada penyalahgunaan dana publik yang memiskinkan rakyat. Sidang MPL mengajak seluruh rakyat untuk secara bersama-sama menolak budaya koruptif yang telah menciptakan ketidakadilan dan menghalangi bangsa kita untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat,”
Gereja juga menurut Jeirry Sumampow perlu menghidupi spiritualitas keugaharian di tengah kemiskinan dan penderitaan umat serta masyarakat Indonesia. Gereja dan pemimpinnya mestinya berbela rasa dan tidak menjadi nyaman dalam kemiskinan umat.
“Gedung-gedung gereja yang megah, dalam konteks kemiskinan umat dan masyarakat, menunjukkan belum diwujudkannya spiritualitas keugaharian di kalangan gereja-gereja di Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, gereja-gereja perlu mendayagunakan seluruh kapasitas yang dimilikinya untuk menjadi tanda rahmat bagi masyarakat, bangsa, dan alam Indonesia.
“Hal ini dapat dilakukan dengan menjauhkan diri dari etos hidup yang konsumtif, mewah, pamer kemewahan dan kekuasaan, boros, eksploitatif, instan, dan tidak ramah lingkungan,” ujarnya.
Sebaliknya menurutnya gereja-gereja perlu hidup sederhana sesuai doa Yesus, “berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11). Spiritualitas keugaharian juga dapat terwujud melalui upaya gereja-gereja menahan diri untuk tidak mengumbar simbol-simbol gerejawi di ruang publik,” ujarnya.
Pada 22-26 Januari 2016 lalu, PGI melaksanakan Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPL PGI) 2016 di Parapat, Sumatera Utara. Tuan dan nyonya rumah kali ini adalah Gereja Methodist Indonesia (GMI). Utusan-utusan dari 89 gereja anggota PGI, 28 Utusan PGI Wilayah/SAG, dan mitra-mitra PGI dari dalam dan luar negeri menyatu dalam agenda sidang tahunan. Sidang ini diarahkan oleh Tema Sidang Raya PGI di Nias tahun 2014, yaitu “Tuhan Mengangkat Kita Dari Samudera Raya” (Mazmur 71: 20), dan Subtema “Dalam Solidaritas Dengan Sesama Anak Bangsa Kita Tetap Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila, Menanggulangi Kemiskinan, Ketidakadilan, Radikalisme, dan Kerusakan Lingkungan”.
Pikiran Pokok yang dikaji dalam persidangan ini adalah: “Spiritualitas Keugaharian: Tumbuh Bersama Memelihara Keragaman”. Spiritualitas keugaharian, yaitu sebuah kebijaksanaan hidup bahwa rahmat Tuhan cukup untuk semua ciptaan-Nya. Kita didorong mengendalikan diri dan hidup sederhana, dalam semangat kecukupan, dan bersedia berbagi dengan orang lain agar semua mengalami kehidupan yang baik.
“Spiritualitas keugaharian ini mendorong kita untuk terus mengembangkan kehandalan kualitas hidup dan pelayanan gereja dalam masyarakat Indonesia, sambil memelihara semangat berbagi dan solidaritas, terutama dengan mereka yang paling lemah dalam hidup bersama, yaitu kaum marjinal dan tertindas,” jelasnya (ZKA Warouw)