Kamis, 3 Juli 2025

MALING DOOONG…! Kremlin Ungkap G7 Menggunakan Aset Cadangan Rusia untuk Membantu Ukraina: Itu Pencurian!

JAKARTA – Operasi militer dan invasi yang dimulai oleh Rusia di Ukraina telah membawa banyak kekhawatiran bagi dunia.

Sebab operasi militer yang dimulai sejak 24 Februari 2022 itu hingga kini masih belum berakhir.

Bahkan sampai saat ini militer Rusia masih terus dikerahkan ke Ukraina untuk melakukan operasi militer khusus yang disebutnya.

Dalam konflik ini, tentara Rusia telah melakukan banyak serangan terhadap wilayah-wilayah di Ukraina, hingga membuat penduduk negara itu ketakutan.

Seperti diketahui bahwa dalam perang ini, Ukraina telah mendapatkan banyak bantuan dari banyak negara, khususnya dari negara Barat.

Bahkan dalam hal memberikan dukungan terhadap Ukraina, G7 juga turut memberikan bantuan untuk melawan Rusia.

Diketahui bahwa G7 ini merupakan salah satu grup yang memiliki anggota dari 7 negara di dunia, yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat.

Dalam memberikan bantuan ke Ukraina, belum lama ini, Kremlin menuduh G7 dan Uni Eropa (UE) menggunakan aset cadangan milik Rusia yang dibekukan untuk memasok bantuan ke Kyiv.

Dilansir dari Zing News, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada 17 Mei mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia belum menerima pemberitahuan tentang proposal Barat untuk menggunakan aset cadangannya untuk membiayai Ukraina.

Dmitry Peskov menekankan bahwa langkah itu “ilegal, terang-terangan dan tentu saja harus ada respon yang tepat. Bahkan, itu adalah pencurian”.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan kepada empat surat kabar Eropa bahwa dia terbuka terhadap gagasan untuk menyita aset negara Rusia untuk membiayai rekonstruksi Ukraina.

Proposal tersebut telah dibahas bersama dengan G7 dan juga Uni Eropa.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dari kabar yang beredar, setelah Rusia memulai operasi militer di Ukraina, Tujuh kekuatan Barat Besar melarang transaksi dengan bank sentral Rusia dan membekukan aset Mosow di yurisdiksi mereka, yang diperkirakan bernilai sekitar 300 miliar USD .

Sementara, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sebelumnya juga telah mengkritik usulan Barat untuk menyita cadangan devisa Rusia.

“Tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa ini adalah tindakan pencurian yang bahkan tidak berusaha disembunyikan oleh negara-negara Barat,” kata Menteri Luar Negeri Lavrov.

“Tindakan seperti itu telah menjadi kebiasaan bagi Barat,” tambahnya.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru