JAKARTA- Detasemen Khusus 88 Anti Teror menyandang nama besar, tapi fasilitas mereka sangat memperihatinkan. Untuk itu Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan meminta DPR untuk mendukung peningkatan fasilitas Densus 88, bersamaan dengan Sat-81 dan Detasemen Jala Mangkara sebagai back-up POLRI.
“Saya berkata demikian sebagai Menko Polhukam pertama di Republik ini yang meninjau langsung ke markas mereka. Saya paham betul mengenai itu karena saya sendiri adalah pendiri Sat-81/Gultor (Satuan Penanggulangan Teror yang menjadi bagian di dalam Kopassus),” ujarnya dalam akun facebooknya, di Jakarta, Kamis (17/2).
Hal ini ia sampaikan juga dalam Rapat Kerja Gabungan antara Komisi I, Komisi III dengan pemerintah di DPR beberapa waktu lalu yang dihadirinya bersama Kementerian/Lembaga di bawah koordinasi saya seperti Kemenhan, Kemenkumham, KemenPAN-RB, Kemenlu, POLRI, TNI, Kejaksaan Agung, BIN, PPATK, BNPT, dan Bakamla.
“Karena ancaman teroris itu masih ada, maka saya meminta dukungan DPR untuk meningkatkan fasilitas Densus 88, bersamaan dengan Sat-81 dan Detasemen Jala Mangkara sebagai back-up POLRI,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa Densus 88 merupakan ujung tombak perlawanan terhadap teroris yang kinerjanya patut diapresiasi.
“Kita melihat aksi teror di Sarinah diselesaikan dalam waktu 12 menit saja, yang tercepat yang saya ketahui. Pasca aksi tersebut, Densus 88 sudah menangkap 33 orang tersangka dan menembak mati seorang teroris di NTB beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Selain penanganan terorisme, dalam rapat yang berlangsung dalam 1 sesi terbuka dan 1 sesi tertutup dari pagi hingga sore hari itu, juga dibicarakan mengenai kebijakan bebas visa dan rencana pemberian amnesti kepada Din Minimi.
“Di akhir rapat terbuka, saya menyampaikan harapan saya agar Indonesia tidak mengalami kondisi seperti di Siria yang tidak pernah damai. Kekacauan akan terjadi di Indonesia kalau kita tidak berhati-hati dalam menata stabilitas keamanan di dalam negeri,” ujarnya.
Luhut Panjaitan mengingatkan kepada seluruh pemimpin dan masyarakat, bahwa saat ini sangat dibutuhkan kearifan untuk menahan diri dan tidak membuat gaduh.
“Marilah kita kesampingkan perbedaan-perbedaan di antara kita, demi kepentingan Nasional,” ujarnya. (Enrico N. Abdielli)