JAKARTA- Kebangkitan ekonomi 5 negara Asia akan diperkirakan akan memimpin ekonomi dunia baru pada tahun 2030. Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi nomor empat setelah Jepang dan di atas Korea Selatan. Hal ini disampaikan oleh Anthony Fensom, seorang konsultan keuangan dan industri media di Asia Pasifik berbasis di Brisbane, Australia. Tulisannya dengan judul Asia’s Top 5 Economies In 2030 dikutip Bergelora.com dari sebuah situs yang berbasis di Amerika Serikat, nationalinterest.org, Jumat, 8 Juli 2016.
Anthony Fensom mengingatkan ketika Jepang diperkirakan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi teratas dunia? Perkiraan tersebut telah menjadi sorotan dengan berbagai ketakutan. Hal yang sama menakutkan juga terjadi ketika China terus memiliki tingkat pertumbuhan dua digit yang kemudian diikuti oleh India yang secepatnya menjadi “China baru”
Bagaimanapun juga, kebangkitan Asia di tingkatan global bukanlah khayalan. Kebanyakan orang berargumen, munculnya China dan India baru-baru ini hanya sekedar mencerminkan kembalinya norma-norma ekonomi sejarah setelah pasca perang yang didominasi Amerika Serikat.
Pada pertengahan abad kedua puluh, benua Asia hanya menyumbang 20 persen dari PDB global. Tapi dipelopori oleh Jepang dan “keajaiban ekonomi” Korea Selatan telah membangkitkan macan Asia dalam ledakan ekonomi berikutnya di Asia Tenggara dan China. Asia kini berkontribusi 40 persen dari PDB global. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF) Asia akan berkontribusi hampir dua-pertiga dari pertumbuhan global dalam beberapa tahun ke depan.
Diramalkan, pada tahun 2030 ekonomi terkemuka di Asia diperkirakan terdiri dari China, India, Jepang, Indonesia dan Korea Selatan. Namun sudah tentu penuh banyak, termasuk potensi kejutan geopolitik atau ekonomi, termasuk penyakit, revolusi, terorisme atau perang, yang dapat menyebabkan bangsa atau wilayah itu menyimpang dari ramalan.
Misalnya, bagaimana masa depan pertumbuhan China akan terlihat jika terjasi pemberontakan demokratis mengalahkan pemerintah komunis. Atau jika terjedi perang pecah di Laut Cina Selatan? Bisakah Korea Selatan bersatu dengan Utara? Akan Jepang akhirnya mengurangi hambatan terhadap imigrasi massal? Apa resiko India jika terjadi serangan teror lebih lanjut atau bahkan perang nuklir.
Namun demikian, dakan keseimbangan dari berbagai kemungkinan, lima negara ini diharapkan untuk memimpin di Asia pada akhir dekade berikutnya:
1. Cina
Ketika Deng Xiaoping menjadi “Pemimpin tertinggi” di China pada tahun 1978, perekonomian negara itu sedang goyah di bawah beban dekade kebijakan ekonomi Maois. Reformasi ekonomi secara radikal yang diikuti membuka China komunis bagi investasi asing, dekolektivisasi pertanian dan privatisasi industri milik negara, berhasil mendorong China masuk dalam dekade pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. China akhirnya berhasil menyalip Jepang untuk menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia pada tahun 2010.
Meskipun dalam berbagai pandangan, China akan kehilangan kesempatan menjadi ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030,– namun dengan mulus China akan tetap menjadi kekuatan ekonomi yang dominan di Asia.
India
2. India
Jika beberapa dekade terakhir telah menjadi kisah kebangkitan China yang menonjol dalam ekonomi global, beberapa dekade ke depan adalah milik India.
Ekonomi India menyusul dengan pertumbuhan paling cepat di dunia pada tahun 2014. Pertumbuhan PDB India terjadi sebesar 7,7 persen diperkirakan sampai 2030. India sudah dianggap sebagai raksasa Asia Selatan yang dianggap sebagai pusat kekuatan ekonomi global ke depan.
IMF bahkan telah meramalkan bahwa India akan naik dari ketujuh terbesar untuk menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia pada awal 2019. Hal ini dibantu oleh pemerintah reformis dan kaum mudah yang yang memberikan dividen demografi.
Sementara harga komoditas yang rendah telah memukul ekonomi diluar BRIC (Brazil, Rusia dan China),– sebagai importir komoditas dan konsumen, India telah mengambil posisi terdepan untuk memanfaatkan kondisi pasar global saat ini.
Saat harga minyak rendah, batubara dan biji besi tidak naik, defisit perdagangan India terus menyusut dan belanja konsumen listrik terus meningkat. Sementara kendala utama ekonomi dan inflasi India telah berada pada level terendah dalam satu dekade.
Namun India memenghadapi semua kesulitan ekonomi itu sebagai tantangan untuk mengelola tuntutan rakyatnya yang tidak sabar. Bank Dunia menilai India mampu mempertahankan kekuatan ekonomi yang tumbuh tercepat di dunia dengan investasi sektor publik dengan melakukan reformasi positif berbagai peraturan positif. Sehingga membuat India cukup aman untuk melanjutkan dirinya sebagai rising star di Asia.
3. Jepang
Beberapa waktu lalu, Jepang merupakan simbol kebangkitan ekonomi Asia. Analis Amerika Serikat berbondong-bondong ke Tokyo untuk mempelajari rahasia industri Jepang. Birokrat pemerintah Jepang dipuji karena keberhasilan mereka dalam “membimbing” sektor swasta dan pekerja Jepang bekerja keras terlihat mengemudi kepemimpinan ekonomi baru di dunia.
Ekonomi Jepang tumbuh rata-rata 16 persen per tahun antara tahun 1960 dan 1990 dan menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia. Situasi radikal seperti itu tidak lagi terjadi saat ini. Tapi setelah terjadi bubble economy secara masif yang diikuti kenaikan harga barang secara konyol,–pada saat itu juga, harga tanah dari istana kekasaisaran di Tokyo mencapai harga lebih dari seluruh negara bagian California,–maka pesta berakhir pada awal 1990-an.
Jepang melewati dua “dekade yang hilang” sampai hari ini. dan prakiraan ekonomi menjadi sebuah cerita yang sangat berbeda. Sementara Perdana Menteri Shinzo Abe telah berusaha untuk merangsang pertumbuhan melalui kebijakan “abenomics” nya. Pemerintahannya telah berjuang susah payah, termasuk mengatasi angka populasi lansia yang paling tinggi di dunia, penyusutan tenaga kerja dan produktivitas yang goyah, bersamaan dengan meningkatnya beban utang publik.
Antara sekarang dan 2030, Jepang diperkirakan akan mengalami penurunan terbesar dalam angkatan kerja, dengan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) mendesak kebijakan untuk meningkatkan keuangan pemerintah sementara restrukturisasi ekonomi dan mendorong lebih banyak lagi pekerja perempuan dan lanjut usia.
Apakah Jepang bisa memenuhi tantangan ekonomi dan demografi yang signifikan yang dihadapinya masih harus dilihat. Namun, pemerintah Amerika Serikat memprediksi bahwa sementara India akan mengambil alih posisi Jepang dalam beberapa tahun ke depan, menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030.
4. Indonesia
Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dengan jumlah populasi terbesar di Asia Tenggara, dan menurut peramal, sudah diatur untuk keuntungan lebih lanjut dalam beberapa dekade mendatang.
Menurut McKinsey, sembilan juta orang Indonesia akan bergabung dalam kelas konsumer,–yaitu orang Indonesia yang mampu membeli barang-barang yang dapat memuaskan kebutuhan dasar mereka pada tahun 2030. Ini merupakan peningkatan yang lebih besar di luar China dan India.
JPMorgan percaya ASEAN akan menjadi kawasan ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030, setelah Uni Eropa, Amerika Serikat dan China dan Indonesia diharapkan untuk berperan 40 persen dari pertumbuhan ini.
Namun, sementara kenaikan permintaan konsumen dan konsumsi rumah tangga di Indonesia cukup menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi selama beberapa dekade mendatang, Indonesia menghadapi banyak rintangan, termasuk kebutuhan untuk merevitalisasi infrastruktur, mengatasi korupsi dan mengurangi ketergantungan pada ekspor sumber daya ke China.
Namun demikian, pemerintah Amerika yakin pada kemampuan Indonesia untuk melakukan reformasi, dan memproyeksikan rata-rata pertumbuhan PDB 5,1 persen hingga tahun 2030, dan melihat Indonesia akan melampaui Korea Selatan sebagai ekonomi terbesar keempat di Asia.
5. Korea Selatan
Korea Selatan adalah negara eksportir terbesar di dunia, setidaknya mengikuti, eksportir Jerman. Seperempat dari ekspor Korea Selatan ke China memperlambat ekonomi China. Namun yang agak mengejutkan, pertumbuhan Korea tetap lambat.
Hyundai Research Institute justru melaporkan pergeseran ekspor dan memudarnya permintaan global merusak konsumsi domestik dan investasi. Ditambah dengan berita meluasnya pemutusan hubungan kerja dalam industri manufaktur dan utang rumah tangga yang tinggi, perekonomian Korea menghadapi berbagai masalah, termasuk peningkatan populasi lansia dan menyusut tenaga kerja.
Namun, OECD percaya Seoul akan segera mengambil tindakan yang tepat dalam meningkatkan belanja, menandatangani berbagai perjanjian perdagangan bebas dan memberikan insentif pada perempuan yang memasuki dunia kerja. Korea berharap dapat meningkatkan produktivitas yang tertinggal.
Amerika Serikat cukup percaya terhadap kemampuan Korea untuk menyelesaikan persoalan-persoalannya, dan memperkirakan tingkat pertumbuhan PDB yang sederhana tapi terhormat rata-rata 2,8 persen per tahun hingga tahun 2030, menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kelima di Asia.
Korea Selatan akhirnya harus bersatu kembali dengan Korea Utara untuk mendapatkan akses ke jutaan pekerja tambahan. Untuk itu Korea Selatan harus menyiapkan anggaran penyatuan antara wilayah kaya di selatan dengan yang miskin di utara.
Memprediksi masa depan salah satu daerah yang paling bergejolak di dunia selalu memiliki resiko kesalahan. Seperti lelucon lama para ekonom,– mereka hanya diciptakan untuk membuat ramalan cuaca terlihat baik. Sementara kecepatan kebangkitan Asia masih bisa diperdebatkan,– ekspansi ekonomi terus berlanjut muncul tak terbendung untuk beberapa waktu ke depan. (Enrico N. Abdielli)