Oleh: Toga Tambunan *
PIRSAWAN BERITA senusantara geger, gregetan dan getun terhadap cawe-cawe Jokowi sekeluarga terkait pra-elektoral pilpres RI 2024, khususnya di fase sekarang diantara tahun politik. Sebutan tahun politik untuk kini, salah nalar. Seakan agenda lainnya kinerja Jokowi dan slagorde pemerintahannya diluar urusan politik.
Betapa ekstrem setingkat mustahil aksinya menaklukkan PT Freeport Macmoran hingga mendefinisikan RI pemilik saham mayoritas, meng-Indonesia-si kembali ladang BBM Rokan dari Stanvac, juga Bontang, ladang gas Mahakam plus Attaka di Kaltim dari Chevron, tambang nikkel dan emas dari Newmont. Kini sedang bertarung keras memiliki saham Vale Inco diatas 50%. Sebelumnya pada 2013 telah mengakuisisi 100% PT Inalum di Sumut.
Jaringan Petral selaku joki kuda legal bagi pemerintah SBY meraup rente import BBM, dibasmi. Skema cukong – legislator di pusat ataupun di daerah merajah APBN atau APBD dengan bersiasat si cukong titip proyek digolkan legislator tertentu, hingga sah masuk APBN; siasat begitu dimusnahkan, sehingga beberapa pengusaha gendut dalam negeri proxy nekolim gigit gigi.
Kini harga BBM sudah sama di seluruh pelosok Indonesia, yang sebelumnya kemelut rumit. Jalan tol ribuan km di semua pulau, proyek kereta api di berbagai daerah, LRT dan KCKI sudah beroperasi, puluhan bandara, puluhan pelabuhan laut, puluhan bendungan, ribuan ha sawah baru.
Destinasi wisatawan dibangun indah memikat keinginan wargs berkunjung menikmati anugerah sang Pencipta.
Tuan tanah guntai yakni tuan tanah cetakan modus rezim Suharto, dihajar wajib mengolah tanah dikuasainya jika tidak pemerintah menarik hak penguasaan tanah yang dimilikinya.
Pembangunan kawasan industri di beberapa tempat al di Morowali, di Gresik, dan lainnya maksimalkan gencar hilirisasi row material nikkel, bauksit dan nantinya atas semua hasil tambang, juga hasil mentah pertanian, perkebunan, kelautan bumi NKRI. Smelterisasi sedang digenjot.
Agenda pembangunan infrastruktur fisik Pancasilais itu menghadapi tantangan berat dari eksponen pewaris rezim Suharto dan kekuatan proksi nekolim. Program besar pembangunan menuju Indonesia emas di 2045 dalam kinerja politik pemerintahan Jokowi ini, dijegal dengan berbagai tindakan mega korupsi. Beberapa menteri, ketum partai, sekjen partai termasuk tadinya bagian koalisasi pemerintah, merampok pundi-pundi negara/pemerintah anggaran pembangunan. Juga dilakukan oknum petinggi ataupun anggota legislator, yudikatif, oknum tinggi militer, kepolisian, serta lainnya lembaga tinggi negara.
Berbarengan melawan
tikaman mega korupsi oleh eksponen pewaris rezim Suharto itu, kinerja pemerintahan Jokowi
bertindak mematikan
gerakan wahabi pengusung bentuk dan sistim negara corak khilafah, terror SARA oleh Jamaah Ansharut Daulah (JAD) cs atau Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) cs serta aksi konspirasi nekolim merangkai revolusi warna seperti dilakukan di jajirah Afrika Utara, Timur Tengah, Afganistan serta kini di Sudan dan Nigeria.
Serentak itu pula menghajar geng narkoba yang diorganiser mafia kartel narkoba, komplotan KKB di Papua yang semuanya adalah proksi nekolim.
Terkait Papua ini pemerintah Jokowi justru langkah tegas membangun infrastruktur di semua propinsi tanah Papua untuk mengalahkan pihak separatis dan komplotan jahat KKB penghasut merdeka, beralasan Jakarta culas dalam referendum / Pepera yang diprakarsai UNTEA, adalah kaki-tangan nekolim.
Jokowi bergeming bahwa Papua bersejarah sama dengan sejarah pulau nusantara lainnya, yang tadinya sesama wilayah Hindia Belanda, dasar otentik obyektif reka-bangun wilayah NKRI. Pepera yang diprakarsai UNTEA sejatinya sekadar teatrikal ritual persyaratan tehnis internasional memulihkan realitas otentik sejarah.
Di bidang kebudayaan Jokowi mempromosikan keanggunan tradisional fesyen, tarian, musik, adat interaksi, panorama Indonesia beragam etnis ke tengah masyarakat dunia via ajang KTT. Ibu negara Iriani dengan tetap bergaya domestik Indonesia leluasa tampil berbusana lumrah perempuan Indonesia, tidak terseret tarikan keras identitas asing berhijab. Memang bu Iriani tidak sendirian bersikap nasionalis itu. Namun selaku ibu negara yang lazimnya go-populis, bu Iriani ternyata lebih erat menampilkan pribadi keasliannya meskipun juga menyandang status hajjah yang tak mewajibkannya mengganti fesyen tradisionalnya dengan fesyen Arab.
Fesyen Jokowi sama sederhana dengan mayoritas warga yang diketahuinya jauh dari sejahtera sedang berjuang keras mengatasi penderitaan.
Survei independen, tentang kinerja Jokowi menyatakan masyarakat yang puas lebih dari 81% warga NKRI.
Seluruh tahun kinerja pemerintahan Jokowi itu merupakan tahun politik agenda patriotik Pancasilais.
Kerinduan massa luas yang sudah puluhan mendambakan lepas dari derita hidup miskin struktural kongkrit ini, pertaruhan besar tatkala berakhir periode jabatan kepresidenannya.
Jokowi-lah yang tahu persis muatan terdapat dalam pikiran dan kalbunya pendampingi Tuhan yang menganugerahinya kebajikan kebijakan.
Setelah menduduki jabatan presiden untuk periode kedua, Jokowi memberi kursi menteri kepada Prabowo Subianto (PS) dan kepada Sandigo Uno (SU). Dunia persilatan politik terperangah. Begitu juga massa luas. Kreasinya itu trans-mainstream dari pakem tertulis yang telah melekat dalam budaya politik.
Apa buahnya melangkah trans-mainstream itu? Pohon keras memang lama waktunya berbuah. Apokat akan berbuah setidaknya setelah empat tahun, apalagi durian!
Jokowi jor-joran di lingkungan internal PDIP mendukung Ganjar Pranowo (GP) terpilih bacapres menyaingi Puan Maharani (PM).
Berikutnya pirsawan mengamati Jokowi lebih akomodatif terhadap PS. Seraya terhadap GP terkadang renggang, juga terkadang erat. Ganjil!
Alasannya bersikap begitu terukir dalam kalbunya saja atau mungkin diketahui selingkar keluarganya doang, sepanjang belum diungkap ke khalayak.
Keterlibatannya cawe-cawe selaku konstitusional kepala negara disamping kepala pemerintah RI dalam pra-elektoral 2024 ini, khususnya fase penentuan alot bawacapres untuk para tiga capres terdeklarasi tiap koalisi, Jokowi selalu bicara “ojo kesusu”.
Apa sesungguhnya makna ojo kesusu itu dalam budaya patrianal meliputi mayoritas warga arus bawah ini? Sementara itu warga guyub patrinal menagih siapa pilihannya atau setidaknya siapa calonnya.
Lagi pula Kaesang Pangarep tiba-tiba telah mengorbit Ketum PSI. Lagi-lagi aksi diluar pakem itu. Dia tidak lagi hanya bisnis jenis kuliner. Maka beruntun peluru cemohan menembakinya.
Gibran Rangkabuming Raka (GRR) ternyata joget trans-mainstream stay diluar pakem pula; berhubung akhir lenggoknya menyambut tawaran PS jadi cawapresnya. Serentak itu pula siliweran lontar cacian, penghinaan kepadanya. Dan bahkan hujatan keatas Jokowi juga. Jokowi tertuduh mengkhianati PDIP, partai yang mendudukkannya hingga di kursi presiden, dua periode. Dan sebelumnya jabat walikota maupun gubernur. Dia dituding membalas madu dengan air tuba.
Jokowi memang pernah berkomentar belum tentu anaknya mau bawacapresnya PS. Ternyata Jokowi telah membiarkan kemauan Gibran, beralasan kebiasaan lumrah layaknya ortu sewajarnya memberkati pilihan hati anak.
Siapa koreografer joget kontemporer GRR? Kreasi kontemporer senantiasa berpijak pada temuan analisa anyar atas kondisi lingkungannya. Tentu pengkreasi tersebut berani seminimalnya mampu menerobos pagar lingkungan masyarakat dan melompati pagar parpolnya. Pengkreasi entitas kontemporer tentu berkarakter berani songsong trajektori (arah) ke tonggak perjalanannya.
Jokowi ternyata menyatakan mendukung semua paslon pilpres, tidak menunjuk paslon tertentu. Tidak mempengaruhi para fansnya yang guyup patrianal itu agar memilih anaknya.
Karakter pemerintahan Jokowi sangat berbeda dari karakter pemerintah paska Presiden Soekarno. Bukan hanya karakter berbeda, juga pola tehnik politik lain dari angkatan sebelumnya. Tentunya beliau memiliki analisa mantap tak sembarangan jadi pijakan aksinya. Wajar kita menaksir demikian.
Merespon problema politik ajang internasional, pun Jokowi tampilkan keunikan. Terhadap ancaman presiden John Biden tidak akan hadir di KTT G20 jika Putin datang, serangkain politik intimidasi terhadap Jokowi menghasut kucilkan Putin, blokade Rusia, presiden Jokowi justru mengundang Putin seraya bertaktik mengundang juga Zelensky, gengnya Biden, sekalipun bukan termasuk G20. Kreasi berani kontemporer trans-mainstream.
Taktik Jokowi mengundang Vladimir Putin seraya juga untuk Zelensky itu berdampak paksa John Biden pukul kepalanya telan ludah sendiri. Dia muncul di KTT G20, padahal Putin atau yang biasa mewakilinya, Lavrov, Menlu Rusia, tampil berperan disana.
Menekuk IMF dengan membeli 10% saham IMF, sehingga IMF mengaku sempat keliru mengikuti Uni Eropa melawan hilirisasi nikel Jokowi. NKRI melalui Jokowi tidak minta bantuan negara lain menegur IMF. Faktanya beliau tangkas berani, membimbing kita sebangsanya tampil berani.
Bebek lumpuh itu, seturut sebutan Amien Rais, sanggup mempenyokkan kedaulatan ekonomi geng rezim Suharto, tanpa libatkan tenaga ekstra.
Dukungan Jokowi terhadap semua paslon dalam pilpres 2024 ini, mendidik warga arus bawah berpolitik sikap mandiri atas pilihannya di bilik. suara setelah mengkaji perangai realistik calon, yang berarti membuang sikap manut terhadapnya atau atasan selazimnya budaya patrianal. Jokowi memberangus perangai patrianal.
Langkah Jokowi itu mendidik warga berpandangan juang menata kuasanya lewat pemilu & pilpres ini. Yaitu menata konsolidasi figur penyelenggara negara mendatang untuk akselerasi hilirisasi, smelterisasi, politik kedaulatan pangan, berpolitik keutuhan NKRI tetap berdasar Pancasila RI, untuk mencapai tingkat Negara maju, setidaknya pada 2024 yang teguh berpendirian berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dengan metode itu Jokowi membimbing, massa luas berani melawan serangan yang sogok, yang diguyur komplotan nekolim.
Metode trans-mainstreamnya ini, nampaknya Jokowi punya analisa
mengenai segala butir pengkondisi kontemporer tidak baik-baik saja dewasa ini, persaingan parpol dan kontingen politik di masyarakat dan memiliki analisa sospolekbudhamkam-nas kondisi unik masyarakat Indonesia, berbeda dari lektur mainstream yang umum dikenal.
Amandemen konstitusi itu positif berlaku, maka formatnya wajib dipatuhi. Bersamaan itu tuntutan kesejahteraan warga, faktor utama wajib jdiwujudkan. Ketegangan ini Jokowi nampaknya temukan jalan pemecahannya, dengan pola trajektori dalam langkah tehnikal kebajikan kebijakan politiknya
Keanehan metode langkahnya, mudeng bagi khalayak, sehingga pengidolanya pun menuduhnya moral bejat, akibat emosi kesusu yang dipancing lawannya Jokowi.
Kasus-kasus kebijakan Jokowi trans-mainstream itu, jika selama ditelisik tanpa trajektorinya, alamat seperti buruh yang hidupnya akan direstorasi, menolak Undang-undang Omnibus Law Cipta kerja.
Nampaknya, untuk pemilu & pilpres 2024 Jokowi menata masyarakat terbagi hanya terdiri dari dua kelompok: kontingen pro Jokowi yaitu pemilih paslon GP & MMD plus pemilih paslon PS & GRR menyaingi kontingen yang anti Jokowi yaitu pemilih paslon AMIs.
Reaksi pihak anti Jokowi terhadap kandungan politik trans-mainstream Jokowi ini menggelontorkan pengamatan sebatas landskap tehnik kasuistis dalam tindakan politik itu yang bukan substansinya. Yaitu anamnese pendeskripsi prognosa terbatas pendek sempit berdasar takaran politik lama terkait peran dan kontak sesana lembaga tinggi negara kontak yang dinilai buruk untuk propaganda mendongkrak elektibilitas paslon AMIs. Sudah selayaknya begitu. Mungkin sekali justru substansi politik Jokowi diketahui tepat pihak anti Jokowi, tapi dipendam. Karena substansi kandungan trans-mainstream itulah sasaran utama dijegal anti Jokowi dalam negri pun luar negeri.
Nampaknya pengidola Jokowi termakan agitasi koalisi paslon AMIs. Koalisi paslon GP & MMD maupun koalisi paslon PS & RKK nampaknya juga menelisik metode Jokowi ini kasuistik tehnik anamnese doang sehingga trajektori atau arah metode ini terabaikan.
Padahal trajektori manuver Jokowi itulah substansi utama dikandung metode trans-mainstream ini. Yaitu trajektori pasti kinerja pemerintahan Jokowi sehingga periode kedepan adalah periode lanjut kinerja Jokowi alias periode ketiga. Substansi ini impian bung Karno dan para pejuang perintis dan pergerakan kemerdekaan yang selama ini masih belum tunai: pemindahan kekuasaan secara seksama dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Taktik Jokowi ini tidak masalah yang mana saja diantara paslon GP & MMD atau paslon PS & GRR yang menang, jaminan akan melanjutkan kinerja pemerintahan Jokowi. Yang putih atau kecoklatan sama saja, asalkan kerbau menanduk mati harimau; meminjam ibarat Tong Xiao Ping.
Terkait strategie itu amat urgen keanggotaan GRR tetap dalam PDIP.
Inilah tehnik Jokowi memenuhi tuntutan massa pengidolanya akan pemerintahan Jokowi berkelanjutan. Maka sejak awal diingatkan “ojo kesusu”, artinya tingkatkan kesadaran politik patriotisme dengan menolak tradisi salah sentimen patrianal.
NED & IRI (NGO tangan nekolim) akan terus penetrasi halus tertutup kombinasi nyata terbuka pasti keras menjegalnya, maka bukanlah mudah melawannya. Kontingen pro Jokowi wajib saling bergandengan, di koridor trajektori Jokowi, akan dapat bikin keok NED & IRI yang berjoki paslon AMIs itu.
Paslon AMIS ini tidak mudah dikalahkan, berhubung massa arus bawah mayoritas, asal bisa beli beras akan terima sogokan. Apalagi konstituen usia muda, asal bisa beli rokok atau bensin speda motor atau kuota lihat tiktok, oke saja transaksi pilihannya.
Amien Rais cs pasti memblow-up perbuatan pidana para oknum pejabat pemerintah mengagitasi anti Jokowi mendongkrak elektabilitas paslon AMIS. Padahal korupsi itu sebenarnya jaringan bubuhannya disponsori nekolim mensabot program Jokowi.
Mengatasi agitasi negatif anti Jokowi, amat perlu sering mempopulerkan produk kinerja Jokowi.
Konstituen pro Jokowi menang pilpres ini asalkan gencar bunyikan kinerja Jokowi selama dua periode ini. Itulah alasannya sengaja kutulis kinerja Jokowi meski hanya sebagian dan pendek seperti diatas.
Apakah langkah berani politik kontemporer Jokowi trans-mainstream ini, berbuah ciamik atau blunder akan ditentukan seusai ajang pemilu dan pilpres 2024. Begitu juga apakah Jokowi seorang maestro politik atau bukan, akan ditentukan nanti.
Nampaknya kans atau kalkulasi menang paling besar masih pada paslon GP & MMD.
Cobloslah paslon Ganjar Pranowo & Mahfud MD!
Merdeka!
Bekasi, 27 Oktober 2023
*Penulis Toga Tambunan, pengamat sosial politik