GAZA – Israel kembali mengeluarkan seruan evakuasi bagi penduduk untuk mengungsi dari sebagian wilayah Gaza tengah pada Sabtu (5/10/2024).
Menurut militer Israel, pasukannya bakal bersiap untuk menggunakan kekuatan besar untuk menyerang anggota Hamas di daerah tersebut. Seruan evakuasi tersebut merupakan yang pertama dalam beberapa minggu untuk Gaza. Sebab, militer Israel sebagian besar telah mengalihkan fokusnya untuk memerangi Hizbullah di Lebanon.
“Hamas dan organisasi kelompok bersenjata melanjutkan kegiatannya di wilayah Anda dan sebagai hasilnya, IDF (militer) akan bertindak dengan kekuatan besar terhadap elemen-elemen ini,” begitu isi perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh militer Israel.
Seruan itu juga melampirkan peta-peta yang mencantumkan blok-blok yang akan dievakuasi di Gaza tengah.
Warga Palestina yang tinggal di daerah dekat Koridor Netzarim di Gaza tengah telah diperingatkan untuk mengungsi berdasarkan perintah terbaru yang dikeluarkan Israel pada media sosial X.
Diketahui, Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Usai insiden tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali berjanji untuk mengamankan kemenangan total bagi Israel.
Setahun kemudian, jumlah korban tewas yang dikonfirmasi dari serangan Hamas termasuk sandera yang terbunuh saat ditawan telah mencapai 1.205 di pihak Israel. Korban tewas itu sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP yang didasarkan pada angka resmi Israel.
Sementara itu, Hamas menculik 251 sandera selama serangan itu, 97 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 33 yang menurut militer Israel telah tewas.
Meski demikian, serangan balasan dari Israel telah menewaskan setidaknya 41.825 orang. Sebagian besar dari mereka adalah wanita atau anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengakui angka-angka tersebut dapat diandalkan.
Militer Israel sering kembali ke daerah-daerah tempat mereka sebelumnya melakukan operasi sebagai tanggapan atas adanya laporan mengenai aktivitas Hamas yang kembali bangkit.
Uni Eropa Frustrasi
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dari Brussel, Uni Eropa (UE) frustrasi tidak memiliki kendali atas situasi di Timur Tengah dan tidak dapat memengaruhi keputusan Israel untuk menyerang Iran. Financial Times melaporkan hal itu pada hari Jumat (4/10/2024), mengutip beberapa diplomat UE.
Awal pekan ini, Iran menembakkan ratusan rudal ke Israel sebagai balasan atas serangan Negara Zionis itu ke Lebanon dan pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah serta seorang jenderal Iran yang berada di negara itu. Israel sejak itu bersumpah membalas sebagai tanggapan atas serangan itu “di mana pun, kapan pun, dan dengan cara apa pun” yang dipilihnya, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengklaim Iran membuat “kesalahan besar” dan “akan membayarnya.”
Pejabat Amerika Serikat (AS) dan UE telah meminta kedua belah pihak yang berkonflik untuk menahan diri, tetapi kekhawatiran telah berkembang bahwa Washington dan Brussels memiliki sedikit pengaruh atas pemerintah Israel. Seorang diplomat Eropa mengatakan kepada Financial Times bahwa Israel telah diminta berhenti menyerang infrastruktur minyak atau nuklir Iran tetapi tidak diberi jaminan Israel akan memenuhi permintaan itu.
Diplomat senior Uni Eropa lainnya juga mengatakan kepada media tersebut bahwa “sangat menyedihkan melihat betapa kecilnya pengaruh kita terhadap peristiwa ini” dan hal itu “menyuntikkan sedikit pesimisme, sedikit fatalisme ke dalam diskusi kita tentang hal itu.”
Pada Kamis, Politico juga melaporkan, mengutip dua pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya, bahwa Presiden AS Joe Biden semakin frustrasi karena dia tidak dapat memengaruhi perilaku militer Israel dan percakapan teleponnya dengan Netanyahu “semakin berubah menjadi adu mulut.”
Majalah tersebut mengklaim mengingat ketidakmampuan Biden untuk mencegah “perang regional” di Timur Tengah, Washington terpaksa puas dengan “membatasi respons Israel” daripada mencegahnya sepenuhnya.
Menurut seorang diplomat Amerika yang berbicara kepada Financial Times, pejabat AS dan Israel sudah membahas potensi serangan terhadap target militer dan infrastruktur energi Iran, tetapi Washington tidak berharap berpartisipasi dalam serangan ini.
Pejabat itu menambahkan Israel bermaksud mengirim “sinyal kuat ke Iran” dan mengakhiri konflik tetapi mencatat belum ada keputusan akhir yang dibuat pemerintah Israel.
Sementara itu, Korps Garda Revolusi Islam telah memperingatkan jika Israel memutuskan menanggapi serangan hari Selasa maka serangan Teheran berikutnya akan “lebih merusak.” (Web Warouw)