Rabu, 26 November 2025

SIKAT SISA FASILITAS MILITER NIH..! Israel Luncurkan 61 Rudal ke Suriah, HTS Larang Melawan

DAMASKUS – Tidak hanya menyerang kelompok Hamas di Jalur Gaza, militer Israel juga menyerang beberapa lokasi di Suriah. Semalam atau Sabtu (14/12/2024) malam, Israel menyerang puluhan lokasi di Suriah dengan serangan udara. Tercatat ada 61 rudal yang ditembakkan Israel ke lokasi militer Suriah. Meski ada serangan dari Israel, pemimpin kelompok Suriah, Abu Mohammed Al Julani, mengatakan, kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) miliknya tidak tertarik untuk berkonflik dengan Israel.

Dikutip dari The Guardian, serangan udara terbaru itu menyusul pernyataan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz. Yakni pasukan Israel, yang merebut zona penyangga Dataran Tinggi Golan dengan Suriah minggu lalu akan tetap berada di Gunung Hermon selama musim dingin di posisi yang mereka duduki minggu lalu.

“Mengingat apa yang terjadi di Suriah, ada kepentingan keamanan yang sangat besar bagi kami untuk mempertahankan puncak gunung itu,” bunyi pernyataan Kemenhan Israel.

Sementara itu, Abu Mohammed Al Julani, nama samaran yang digunakan oleh Ahmed Al Sharaa, juga memberikan pernyataan kepada media pemerintah Suriah.

“Tidak ada alasan untuk intervensi asing di Suriah sekarang setelah Iran pergi. Kami tidak sedang dalam proses terlibat dalam konflik dengan Israel,” terangnya.

Julani mengatakan Israel menggunakan dalih palsu untuk membenarkan serangannya terhadap Suriah.

Tetapi ia tidak tertarik terlibat dalam konflik baru karena negara itu sedang berfokus pada pembangunan kembali setelah berakhirnya pemerintahan Bashar Al Assad.

Ia menambahkan, solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan stabilitas, bukan petualangan militer yang tidak dipikirkan dengan matang.

“Argumen Israel telah menjadi lemah dan tidak lagi membenarkan pelanggaran mereka baru-baru ini. Israel telah dengan jelas melewati batas keterlibatan di Suriah, yang menimbulkan ancaman eskalasi yang tidak beralasan di wilayah tersebut,” terang Julani.

“Kondisi Suriah yang lelah karena perang, setelah bertahun-tahun konflik dan perang, tidak memungkinkan terjadinya konfrontasi baru. Prioritas pada tahap ini adalah rekonstruksi dan stabilitas, bukan terseret ke dalam perselisihan yang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut,” tegas dia.

Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan Israel menembakkan 61 rudal ke lokasi militer Suriah dalam waktu kurang dari lima jam pada Sabtu malam.

Serangan udara Israel menghantam pangkalan, senjata berat, lokasi yang terkait dengan program rudal dan senjata kimia rezim Assad sebelumnya, dan menghancurkan pasukan angkatan laut Suriah yang kecil di pelabuhan Latakia.

Serangan yang terus berlanjut telah memicu kekhawatiran yang meningkat di kalangan diplomat dan pejabat internasional yang khawatir atas apa yang mereka khawatirkan sebagai pendudukan baru yang tidak terbatas di wilayah Suriah.

PBB telah meminta Israel untuk menarik diri dari zona penyangga, yang terletak di antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

HTS Larang Melawan Israel

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dari Damaskus, sekelompok orang mengibarkan bendera oposisi di Suriah pada hari Sabtu, 13 Desember 2024, setelah rezim Presiden Bashar al-Assad digulingkan.

Kapal perang Israel meluncurkan beberapa rudal ke pantai Suriah, menggunakan proyektil untuk pertama kalinya untuk menargetkan pusat militer Suriah. (Ist)

Serangan-serangan Israel ke Suriah direspons dengan hujatan oleh negara-negara Arab. Qatar, Irak, Arab Saudi, dan Iran menyebut serangan Israel itu sebagai aksi perampasan wilayah Suriah.

“(Serangan Israel) perkembangan yang membayakan dan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan persatuan Suriah serta jelas merupakan pelanggaran hukum internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar hari Senin, (9/12/2024), dikutip dari Al Jazeera.

Qatar menyebut upaya Israel menduduki wilayah Suriah akan makin memperburuk kekerasan dan ketegangan di Suriah.

Seperti Qatar, Arab Saudi pada hari yang sama mengecam keras aksi Israel.

“Mengonfirmasi pelanggaran hukum internasional yang terus dilanjutkan oleh Israel dan tekad Israel untuk menyabotase peluang Suriah mengembalikan keamanan, stabilitas, dan integritas wilayahnya,” kata Kementerlian Luar Negeri Arab Saudi.

Arab Saudi juga meminta masyarakat dunia untuk turut mengecam serangan Israel. Menurut Arab Saudi, Golan adalah tanah Arab yang dirampas Israel.

Irak tak ketinggalan. Negara itu berujar Israel telah melakukan “pelanggaran sangat besar” menurut hukum internasional.

Menurut Irak, penting untuk menjaga kedaulatan dan integritas Suriah dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk menegakkan kewajibannya dan mengecam agresi Israel.

Pernyataan adanya pelanggaran oleh Israel turut disuarakan oleh Iran.

“Agresi ini pelanggaran secara terang-terangan terhadap Piagam PBB,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei dalam pernyataannya hari Senin.

Netanyahu minta Israel merampas zona penyangga
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyu mengaku telah meminta IDF untuk menduduki zona penyangga antara Israel dan Suriah. Zona itu dibentuk saat gencatan senjata 1974 dengan Suriah.

Pada hari Senin, Netanyahu dengan tegas mengatakan Golan akan tetap bersama Israel untuk selamanya.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bicara peluang gencatan senjata di Gaza setelah sebelumnya terjadi di front Lebanon melawan Hizbullah.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bicara peluang gencatan senjata di Gaza setelah sebelumnya terjadi di front Lebanon melawan Hizbullah.

Perdana menteri sayap kanan itu kemudian berterima kasih kepada Presiden AS terpilih Donald Trump yang mengakui klaim Israel atas Golan pada masa kepemimpinannya yang pertama.

Padahal, hukum internasional sudah secara tegas melarang pencaplokan wilayah dengan kekerasan/paksaan.

Dia menyebut tumbangnya rezim Assad adalah “akibat langsung dari serangan besar yang dilakukan Israel terhadap Hamas, Hizbullah, dan Iran”.

Israel Basmi Tentara dan Fasilitas Militer yang Tersisa

Sebelumnya, Israel melayangkan ancaman terhadap oposisi suriah, Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS). Hal ini disampaikan jurnalis dan analis politik Israel, Barak Ravid, dalam wawancara dengan CNN.

Pemimpin Hayat Tahrir Al Sham (HTS), Abu Mohammed Al Julani. (Ist)

Ravid mengatakan pesan ancaman itu disampaikan Israel kepada HTS lewat tiga pihak.

Israel, kata Ravid, memperingatkan HTS untuk tidak mendekati perbatasan.

“Kami (tentara pendudukan Israel) tak akan tinggal diam jika HTS mendekati perbatasan,” ujar Ravid menirukan pesan itu, Sabtu (14/12/2024).

Ia menambahkan, Israel memiliki hubungan dekat dengan beberapa kelompok di Suriah, terutama kelompok Kurdi di wilayah utara negara itu.

Ravid juga menyebut Israel akrab dengan komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan Suriah.

“Terkait dengan Druze di Suriah, Israel telah memberi tahu Druze di Israel, Mereka (Druze di Israel) akan melakukan intervensi jika komunitas Druze di Suriah terancam,” ungkap Ravid.

Ravid mencatat, Israel menunjukkan keraguan besar terhadap HTS. Keraguan itu jauh lebih besar dibanding yang ditunjukkan oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, atau negara-negara Eropa terhadap kelompok tersebut.

Ia menyatakan Israel saat ini berupaya melemahkan kemampuan tentara Suriah yang tersisa.

Ia juga menekankan, Israel akan terus mengebom fasilitas-fasilitas militer yang tersisa dalam beberapa hari mendatang, yang mencerminkan tujuan rezim Zionis untuk melemahkan tentara Suriah.

Ravid menyatakan Israel bermaksud memanfaatkan situasi saat ini untuk memastikan pihak manapun yang menguasai Suriah dalam beberapa tahun mendatang, akan membutuhkan waktu lama untuk membangun kembali tentaranya.

Israel Kuasai Sebagian Wilayah Udara Suriah

Sebelumnya, Israel dilaporkan telah menjatuhkan 1.800 bom di sekitar 500 target di Suriah. Komando militer Israel mengatakan telah menghancurkan sebagian besar pertahanan udara Suriah.

Saat ini, Angkatan Udara (AU) Israel mampu melakukan operasi secara aman di wilayah udara Suriah, setelah menguasai sebagian besar wilayah udara negara tersebut.

Media Israel melaporkan, jatuhnya rezim Bashar al-Assad memungkinkan militer Israel menggunakan wilayah udara Suriah untuk menyerang Iran lewat jarak jauh.

Diketahui, pertahanan udara Suriah digambarkan sebagai salah satu yang terkuat di Timur Tengah. Tetapi, dengan jatuhnya rezim Assad, militer Israel secara cepat melanggar kedaulatan dan melancarkan operasi udara besar-besaran terhadap Suriah.

Serangan-serangan Israel di Suriah dianggap melanggar hukum oleh para ahli PBB, yang mengatakan rezim Netanyahu telah melanggar hukum internasional.

Surat kabar Israel, Maariv, melaporkan militer Israel telah menyerang sekitar 400 target pertahanan strategis di Suriah selama beberapa hari terakhir.

Sementara, sekitar 350 serangan udara menargetkan sistem pertahanan udara dan puluhan fasilitas produksi di Damaskus, Homs, Tartus, Latakia, dan Palmyra. Serangan udara lainnya menargetkan rudal balistik Suriah, rudal jelajah, pesawat nirawak, jet tempur, helikopter serang, radar, tank, dan hanggar.

Operasi yang diberi nama “Panah Bashan” ini merujuk pada wilayah Alkitab yang meliputi Dataran Tinggi Golan dan sebagian wilayah barat daya Suriah. Skala serangan secara luas ditafsirkan sebagai cerminan ambisi ekspansi rezim Israel yang lebih luas. Tindakan ini dipandang sebagai indikasi yang jelas, ketika diberi kesempatan, “Israel” berupaya menduduki wilayah di Suriah.

Tumbangnya Rezim al-Assad

Diketahui, rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tumbang setelah puluhan tahun berkuasa, Minggu(7/12/2024), ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.

Kelompok oposisi bersenjata terlibat dalam perjuangan panjang dalam upaya menjatuhkan rezim al-Assad, dikutip dari Middle East Monitor.

Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan banyak kendali atas banyak wilayah, mulai Aleppo, Idlib, hingga Hama.

Akhirnya, saat rakyat turun ke jalanan di Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan.

Sementara, kelompok oposisi mempererat cengkeraman mereka di pusat kota.
Dengan diserahkannya Damaskus ke oposisi, rezim al-Assad selama 61 tahun resmi berakhir.

Al-Assad bersama keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah, usai oposisi menguasai Damaskus.

Rezim al-Assad dimulai ketika Partai Baath Sosialis Arab berkuasa di Suriah pada 1963, lewat kudeta.

Pada 1970, ayah al-Assad, Hafez al-Assad, merebut kekuasaan dalam kudeta internal partai. Setahun setelahnya, Hafez al-Assad resmi menjadi Presiden Suriah. Ia terus berkuasa hingga kematiannya di tahun 2000, yang kemudian dilanjutkan oleh al-Assad. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru