JAKARTA – Pakar Hukum Prof Hieronymus Soerjatisnanta menuturkan, Kejaksaan Agung (Kejagung) bakal menghadapi tembok tebal dan kuat yang menghadang proses hukum terhadap tersangka impor minyak mentah Riza Chalid. Guru Besar Universitas Lampung (Unila) mengakui Kejagung punya banyak prestasi.
“Kejagung boleh punya banyak prestasi. Tapi menghadapi Riza Chalid, dia akan berhadapan dengan tembok tebal dan kuat,” kata Prof Tisna, Rabu (6/8/2025).
Tisna masih melihat peluang untuk memulangkan Riza Chalid sebenarnya masih ada. Terlebih jika memang Riza Chalid posisinya ada di Jepang.
Menurutnya, sejauh ini hubungan Indonesia dengan Jepang cukup baik. Indonesia juga punya perwakilan di Jepang.
“Dan dengan dicabutnya paspor, ruang gerak Riza Chalid juga menjadi terbatas,” jelas dosen pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila) ini.
Hal ini disampaikan Prof Tisna, menanggapi belum bisanya Riza Chalid dipulangkan ke Indonesia.
Dalam kasus ini, pemerintah sudah mencabut paspor Riza Chalid. Namun Riza Chalid yang dikabarkan sudah berganti kewarganegaraan Malaysia, saat ini juga sudah berada di Jepang.
Belum ada informasi resmi dimana Riza Chalid saat ini berada.
Tisna mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan Mutual Legal Assistance (MLA) atau Bantuan Hukum Timbal Balik.
Dengan adanya kesepakatan-kesepakatan internasional dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, kata dia, bisa menjadi peluang untuk memulangkan Riza Chalid.
“Jadi ada kerja sama dengan negara lain agar Riza Chalid bisa diekstradisi ke Indonesia,” ungkap Prof Tisna.
Meski demikian, tantangan Kejagung untuk memproses hukum Riza Chalid sangat berat. Dijelaskannya, Riza bukan orang sembarangan.
Sehingga pasti memiliki jaringan untuk bertahan di negara pelariannya.
“Di Indonesia pun Riza Chalid tidak sendirian. Ada keluarga dan kroni-kroninya di lingkaran kekuasaan,” kata Prof Tisna.
Menurut dia, jika Riza Chalid sudah berganti kewarganegaraan tetap ada peluang memulangkan ke Indonesia.
Diakunya, dulu, dalam kasus Eddy Tansil yang kabur ke China, susah dipulangkan. Namun saat itu, kata Prof Tisna, hubungan dengan China masih kurang kuat. Eddy Tansil juga membawa investasi yang besar sehingga diterima China.
“Kalau Riza Chalid lari ke Jepang, sepertinya tidak akan diterima untuk tempat persembunyian. Pasti dia akan mencari negara lain,” kata dia.
Disinggung tentang penyitaan atau pembekuan aset Riza Chalid, Prof Tisna melihat sebagai hal yang cukup berat. Alasannya, Indonesia belum mengesahkan UU Perampasan Aset.
“Jika ada, gampang itu,” ujarnya.
Akibatnya, aset yang dimilikinya masih tetap likuid dan bisa men-support Riza Chalid. Kroni-kroni Riza Chalid yang tetap menjalankan itu.
“Jadi Riza Chalid bisa bertahan sampai sekarang karena dia punya duit,” pungkasnya. (Web Warouw)