Jumat, 12 September 2025

Menpora, Sebuah Catatan Untuk Prabowo Subianto

Oleh: M. Nigara*

SEJAK dilengserkannya Menteri Pemuda dan Olahraga, Senin (8/9/25), hingga Jumat (12/9/25), pos yang sangat penting untuk dunia olahraga, masih tetap belum terisi. Dalam tiga hari terakhir, banyak nama yang berseliweran diprediksi akan menggantikan Dito Ariotejo sebagai Menpora.

Namun sebagai mana dilansir media-media, Kamis (11/9/25), di hadapan para wartawan, Presiden menegaskan: “Ya, nanti tunggu waktunya, ya biar kalian ada semangat!” jawab Presiden usai meresmikan SMAR- 10 (Sekolah Menengah Atas Rakyat) di Jakarta Selatan (detikNews).

Nama-nama yang beredar seluruhnya dari generasi muda, hal itu sama sekali tidak keliru. Namun dari sederet nama, tak seorang pun yang melekat dengan dunia olahraga. Rata-rata mereka dari kalangan partai dan seluruhnya bersentuhan dengan kepemudaan.

Sebagai catatan dan masukan untuk Presiden Prabowo yang memiliki basis keolahragaan kuat, catatan: —Prabowo memimpin IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) sudah 22 tahun dan berkecimpung di olahraga berkuda, jauh lebih lama lagi. Bahkan Prabowo saat masih berpangkat Kolonel, pernah memimpin INKAI DKI, ya Inkai adalah Perguruan Karate berbasis Shotokan—, pasti paham bagai mana olahraga itu berjalan dan dijalankan. Artinya, Prabowo bukan orang asing dalam dunia olahraga nasional.

Sebagai wartawan olahraga senior, hanya ingin memberi masukan saja. Saya tidak mungkin menggarami laut. Jadi, catatan ini hanya sebagai pengingat dan penguat, lalu memberikan saran.

Di atas pun saya sengaja menuliskan kalimat banyak nama anak muda itu yang tak lekat dengan dunia olahraga. Pertama, sebagai pengingat, kepemudaan ada dan diurus oleh sedikitnya 17 kementerian. Kemenpora hanya sebagai _leader_. Dan dalam organisasi Kemenpora saat ini, hanya satu kedeputian yang mengurus kepemudaan. Sementara olahraga, sesuai UU no-3 tahun 2005 lalu diperbaharui menjadi UU no-11 tahun 2022, Kemenpora adalah ‘pemilik tunggal’nya.

Lalu, jika kita melihat betapa orang-orang yang sudah berumur dan tetap sukses. Dan, menjadi arsitek kesuksesan dalam dunia olahraga tidak terkait dengan usia tua. Contoh Djoko Pramono, saat ini berusia 82 tahun.

Djokpram, begitu sapaan akrabnya, mampu membawa Angkat Besi ke tingkat dunia. Angkat besi menjadi langganan peraih medali dalam olimpiade. Ada lagi contoh, Pully Azwar, juga sudah berusia 65an. Ia sukses mengarsiteki dua anaknya untuk menjadi juara dunia jetski. Dan, Prabowo sendiri sebagai mengalami hal itu. Di tangannyalah Silat menyumbangkan 14 medali emas Asian Games.l

Dari fakta itu, saya ingin mengatakan janganlah terlalu terpaku memilih Menpora berdasarkan usia yang muda. Jika memang ada, tidak masalah, tetapi jika dipaksakan padahal sang calon tidak memiliki basis keolahragaan yang mumpuni, saya khawatir dunia olahraga kita justru menjadi mundur.

Indahnya, jika Prabowo memilih mereka yang profesional di bidangnya. Praktisi yang memiliki pengalaman mumpuni. Calon yang sudah teruji dalam bergelut baik sebagai atlet, pengurus, analis, atau mereka yang memang tak terbantahkan bergelimangan fi dunia olahraga.

Saya menutup tulisan ini dengan menyadur sebuah hadist Nabi Muhammad SAW: *”Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.* diriwayatkan dari Abu Hurairah RA:

Semoga Bermanfaat…

——

*Penulis, M. Nigara wartawan olahraga senior

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru