JAKARTA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan penentangannya terhadap pembentukan negara Palestina dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, Jumat (26/9/2025) pagi waktu setempat atau pukul 20.00 WIB.
Dalam pidatonya, Netanyahu mengkritik keras negara-negara yang baru-baru ini mengakui Palestina, seperti Kanada, Australia, Inggris, dan Perancis.
Menurut Netanyahu, Otoritas Palestina yang telah berjanji untuk melakukan reformasi selama beberapa dekade, namun tetap “korup sampai ke akar-akarnya”.
Ia juga menegaskan bahwa memberikan negara Palestina di dekat Yerusalem setelah insiden 7 Oktober 2023 sama dengan memberi Al Qaeda negara satu mil dari Kota New York setelah serangan 11 September 2001.
“Ini benar-benar gila dan kami tidak akan melakukannya,” katanya tegas.
Ia juga menyatakan kepada para pemimpin Barat, “Israel tidak akan membiarkan Anda memaksakan negara teror masuk ke wilayah kami”.
Netanyahu menambahkan bahwa penentangannya terhadap pembentukan negara Palestina bukan hanya kebijakan pribadinya atau kebijakan pemerintahannya, melainkan kebijakan negara dan rakyat Israel.
Pidato Benjamin Netanyahu dimulai dengan membahas ancaman dari “kutukan poros teror Iran”, yang menurutnya mengancam perdamaian global, stabilitas kawasan, dan eksistensi negara Israel.
Netanyahu juga memanfaatkan peta Timur Tengah yang ia tunjukkan pada pidato tahun lalu untuk menggambarkan penyebaran ancaman tersebut.
Kuis Netanyahu
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan pada kesempatan yang sama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan tantangan berupa kuis dadakan kepada peserta sidang.
Netanyahu yang sebelumnya telah menunjukkan peta berjudul “Kutukan” di hadapan forum internasional, kemudian memperkenalkan plakat kedua yang berisi pertanyaan.
“Siapa yang meneriakkan matilah Amerika?”, dengan pilihan jawaban sebagai berikut: a) Iran, b) Hamas, c) Hizbullah, d) Houthi, e) semua jawaban di atas.
Suasana di aula menjadi riuh, dan tampaknya delegasi dari Israel dan sekutunya turut memberikan reaksi.
Netanyahu kemudian memilih jawaban “e” , yang berarti bahwa semua pihak tersebut, menurutnya, turut meneriakkan kebencian terhadap Amerika.
Dalam pidatonya, Netanyahu juga menekankan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump lebih memahami daripada pemimpin lainnya bahwa Israel dan Amerika Serikat menghadapi ancaman yang sama.
Ia melanjutkan dengan menyatakan bahwa setelah serangan 7 Oktober 2023, meskipun banyak negara memberikan dukungan kepada Israel, dukungan tersebut kini semakin “menguap”.
Bahkan sekutu Israel seperti beberapa negara Barat juga mulai memberikan pengakuan terhadap negara Palestina. (Web Warouw)