Minggu, 7 Desember 2025

TERMASUK WHOOSH NIH..! Ini 15 Proyek Raksasa Dunia yang Dibiayai China

JAKARTA – Polemik utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh yang saat ini dioperasikan oleh Kereta Cepat Jakarta China (KCIC) menjadi perdebatan panas di Indonesia Pasalnya, PT KCIC menanggung kerugian triliunan rupiah karena terbebani utang dan bunga yang harus dibayarkan kepada China.

Utang proyek KCJB atau Whoosh kian membengkak hingga menembus Rp 116 triliun atau sekitar 7,2 miliar dollar AS.

Beban itu membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan konsorsium BUMN yang terlibat kewalahan menanggung kerugian.

KCJB atau Whoosh sendiri menjadi salah satu megaproyek yang didanai oleh China. Dilansir dari situs KCIC, proyek Whoosh mendapat pinjaman modal luar negeri dari China Development Bank sebesar 75 persen.

Melalui program Belt and Road Initiative (BRI), ada berbagai proyek raksasa di dunia yang digarap oleh “Negeri Panda” yang menelan biaya sangat besar. Laporan lembaga riset AidData memperkirakan, total utang negara-negara yang ada proyek BRI telah mencapai lebih dari 1 triliun dollar AS (sekitar Rp 16.582 triliun).

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan berikut daftar 15 proyek raksasa terbesar yang dibiayai China di bawah BRI, sebagaimana dilansir Yahoo Finance.

1. Vietnam: Cat Linh–Ha Dong Sky Train (868 juta dollar AS)

Vietnam resmi memiliki jalur metro pertamanya di Hanoi pada November 2021 dengan nama Cat Linh–Ha Dong Sky Train. Proyek sepanjang 13 kilometer dengan 12 stasiun ini awalnya dijadwalkan selesai pada 2015, namun berbagai hambatan membuat pembangunannya molor hingga satu dekade.

Selain persoalan teknis, hubungan politik antara Vietnam dan China yang sempat memanas pada 2014 akibat sengketa Laut China Selatan turut memperlambat proyek ini. Biaya proyek pun melonjak dari 553 juta menjadi 868 juta dollar AS, dan pemerintah Vietnam terpaksa mengambil tambahan pinjaman dari bank-bank China untuk menyelesaikannya.

2. Tanzania–Zambia: Jalur Kereta TAZARA (1 miliar dollar AS)

Rel kereta Tanzania Zambia Railway Authority (TAZARA) merupakan simbol kerja sama awal antara Afrika dan China. Pembangunannya dimulai sejak 1970 dengan pinjaman tanpa bunga selama 30 tahun dari pemerintah China. Rel sepanjang 1.860 kilometer ini menghubungkan pelabuhan Dar es Salaam di Tanzania dengan Kapiri Mposhi di Zambia, melintasi 320 jembatan, 22 terowongan, dan lebih dari 2.000 gorong-gorong.

Kini, setelah puluhan tahun mengalami penurunan operasional, China kembali menanamkan investasi sekitar 1 miliar dollar AS untuk merevitalisasi jaringan ini dengan target penyelesaian pada 2027.

 

3. Sri Lanka: Pelabuhan Hambantota (1 miliar dollar AS)

Pelabuhan dalam di Hambantota merupakan proyek ambisius Sri Lanka yang dibangun dengan pinjaman besar dari China. Sejak dibuka pada 2012, pelabuhan ini gagal menarik cukup banyak kapal meski lokasinya strategis di jalur perdagangan internasional.

Akibat kesulitan membayar utang, pemerintah Sri Lanka akhirnya menyerahkan kendali pelabuhan beserta 15.000 hektar lahan sekitarnya kepada perusahaan China melalui perjanjian sewa 99 tahun pada 2017.

 

4. Peru: Pelabuhan Chancay (1,3 miliar dollar AS)

Pelabuhan Chancay di Peru diresmikan pada November 2024 sebagai megaproyek pelabuhan terbesar di Amerika Selatan. Pelabuhan ini dibangun dan dioperasikan oleh BUMN China, Cosco Shipping Ports, dengan nilai investasi awal mencapai 1,3 miliar dollar AS.

Proyek ini dirancang untuk menampung kapal kontainer terbesar di dunia dan menjadi pusat logistik utama jalur perdagangan antara Asia dan Amerika Selatan.

Namun, warga lokal menilai proyek ini merusak lingkungan pesisir dan mengganggu kehidupan nelayan di sekitar Chancay.

5. Bangladesh: Terowongan Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman (1,6 miliar dollar AS)

Terowongan bawah Sungai Karnaphuli sepanjang 3,4 kilometer diresmikan pada Oktober 2023. Dibangun oleh perusahaan China dengan dukungan pinjaman 705 juta dollar AS, terowongan ini diharapkan memperlancar lalu lintas di kota pelabuhan Chattogram.

Namun, pendapatan dari tarif tol jauh di bawah perkiraan. Dalam setahun pertama, hanya 3.910 kendaraan per hari yang melintas, jauh dari target 18.500. Penerimaan tol hanya mencapai 87.000 dollar AS, atau sepertiga dari biaya operasional. B

6. Uganda: PLTA Karuma (1,7 miliar dollar AS)

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Karuma Hydropower Station di Sungai Nil Putih mulai beroperasi pada Juni 2024 setelah enam tahun tertunda. China menyalurkan pinjaman sebesar 1,4 miliar dollar AS dari total biaya 1,7 miliar dollar AS. Ironisnya, Uganda harus mulai membayar cicilan pinjaman sejak 2022, sebelum pembangkit listrik selesai dibangun.

7. Nigeria: Jalur Biru Lagos (1,8 miliar dollar AS)

China membangun jaringan kereta ringan pertama di Afrika Barat melalui proyek Lagos Blue Line sepanjang 13 kilometer dengan lima stasiun. Jalur ini resmi beroperasi pada Oktober 2023. Saat perencanaan pada 2010, biaya proyek diperkirakan 1,2 miliar dollar AS, namun meningkat menjadi 1,8 miliar dollar AS setelah lebih dari satu dekade pembangunan.

Sebagai lanjutan, pemerintah China juga mendanai jalur Red Line senilai 2,5 miliar dollar AS, yang mulai beroperasi penuh pada 2024.

8. Iran: Jalur Kereta Cepat Qom–Esfahan (2 miliar dollar AS)

Kereta cepat sepanjang 240 kilometer yang menghubungkan Qom dan Esfahan dibangun oleh kontraktor China sejak 2015. Nilai proyek ini mencapai 1,9 miliar dollar AS, namun diperkirakan meningkat karena perluasan cakupan.

Proyek sempat tertunda akibat sanksi internasional terhadap Iran dan keterbatasan dana. Kini, penyelesaiannya dijadwalkan pada 2025, dengan pinjaman senilai 2 miliar dollar AS dari China.

Kritikus menilai proyek ini tidak layak secara ekonomi dan berisiko menambah ketergantungan Iran terhadap Beijing.

9. Kenya: Jalur Kereta Mombasa–Nairobi (4 miliar dollar AS)

Proyek Standard Gauge Railway (SGR) di Kenya merupakan salah satu ikon BRI di Afrika. Rel sepanjang 480 kilometer yang menghubungkan pelabuhan Mombasa dengan Nairobi menelan biaya sekitar 4 miliar dollar AS, dengan 85 persen pembiayaan berasal dari pinjaman China.

Meski ramai penumpang sejak diresmikan pada 2017, pengangkutan barang yang seharusnya menjadi sumber utama pendapatan justru lesu. Pada November 2024, Kenya resmi gagal membayar pinjaman 1,3 miliar dollar AS kepada China akibat defisit operasional.

10. Uzbekistan: Pabrik Oltin Yo’l GTL (4,3 miliar dollar AS)

Proyek Oltin Yo’l Gas-to-Liquid (GTL) mengubah gas alam menjadi bahan bakar cair seperti diesel dan avtur. Nilai investasinya mencapai 4,3 miliar dollar AS dengan 2,4 miliar dollar berasal dari pinjaman bank-bank China.

Pembangunan dimulai pada 2017 dan rampung pada 2021. Namun, sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap bank Rusia yang turut mendanai proyek ini sempat menghambat pembayaran cicilan dalam dollar AS.

Kendati begitu, perusahaan menyatakan pinjaman telah dilunasi pada 2023.

11. Laos: Jalur Kereta Cepat Boten–Vientiane (6 miliar dollar AS)

Proyek kereta cepat sepanjang 414 kilometer ini memangkas waktu perjalanan dari Vientiane ke perbatasan China dari 15 jam menjadi hanya empat jam. China memegang 70 persen kepemilikan proyek senilai 6 miliar dollar AS ini, sementara Laos menanggung 30 persen sisanya melalui pinjaman dari bank China.

Nilai pinjaman setara sepertiga PDB Laos, sehingga negara tersebut kini masuk kategori berisiko tinggi dalam daftar utang global.

Selain itu, arus perdagangan masih didominasi oleh ekspor China, sementara produk Laos belum mampu menembus pasar tetangga secara signifikan.

12. Indonesia: KCJB atau Whoosh (7,3 miliar dollar AS)

Proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini menelan biaya 7,3 miliar dollar AS. Sebagian besar dibiayai melalui pinjaman China Development Bank senilai hampir 5 miliar dollar AS. Kenaikan biaya hingga 1,5 miliar dollar membuat pemerintah Indonesia harus menambah modal melalui APBN.

Meski sempat menuai kritik, proyek ini akhirnya diresmikan pada Oktober 2023 dan menjadi simbol kerja sama strategis Indonesia–China.

13. Malaysia: East Coast Rail Link (18,5 miliar dollar AS)

Proyek jalur rel pantai timur–barat Malaysia sepanjang 640 kilometer ini dimulai pada 2015 dengan pembiayaan utama dari bank milik China.

Pekerjaan sempat dihentikan selama satu tahun karena skandal korupsi yang melibatkan mantan Perdana Menteri Najib Razak. Setelah renegosiasi, proyek kembali berjalan dan ditargetkan selesai pada 2027.

Total biaya yang semula diperkirakan 18,5 miliar dollar AS diperkirakan naik seiring penyesuaian rute dan inflasi konstruksi.

14. Mesir: Ibu Kota Baru (59 miliar dollar AS)

Untuk mengurangi kepadatan Kairo, pemerintah Mesir membangun ibu kota baru di gurun 40 kilometer sebelah timur kota lama. Nilai proyek mencapai 59 miliar dollar AS dengan pendanaan besar dari perusahaan China.

China State Construction Engineering Corporation membangun pusat pemerintahan dan Iconic Tower, gedung tertinggi di Afrika setinggi 394 meter.

Meski sebagian kawasan sudah selesai, kota baru ini masih sepi penghuni di tengah inflasi tinggi dan nilai mata uang Mesir yang melemah.

15. Pakistan: Koridor Ekonomi China–Pakistan (62 miliar dollar AS)

Koridor Ekonomi China–Pakistan (CPEC) merupakan proyek terbesar dalam kerangka BRI dengan nilai investasi 62 miliar dollar AS.

Koridor ini menghubungkan pelabuhan Gwadar di Laut Arab dengan kota Kashgar di wilayah barat China melalui jaringan jalan raya, rel kereta, dan pipa energi.

CPEC diharapkan menjadi jalur dagang utama antara Timur Tengah dan Asia. Namun, proyek yang semula dijadwalkan selesai pada 2020 kini tertunda hingga 2030 karena persoalan keamanan dan beban utang Pakistan yang membengkak. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru