Minggu, 7 Desember 2025

LANGKAHI TENGKULAK..! Bulog Targetkan Serap Gabag Langsung Beli ke Petani: Ini Jalurnya

LANGKAHI TENGKULAK..! Bulog Targetkan Serap Gabag Langsung Beli ke Petani: Ini Jalurnya

JAKARTA – Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani mengungkapkan target serapan untuk cadangan beras pemerintah tahun 2026 nanti masih menunggu keputusan resmi pemerintah melalui Instruksi Presiden (Inpres). Namun, ia memastikan Bulog sudah menyiapkan seluruh infrastruktur dan gudang agar siap jika penyerapan ditingkatkan.

“Untuk target ke depan, kami sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur), Bulog itu adalah operator. Jadi regulatornya adalah Bapanas dengan hasil Rakortas. Nah biasanya dari hasil Rakortas nanti ada ratas dengan Bapak Presiden,” ujar Rizal dikutip Bergelora.com di Jakarta,  Sabtu (25/10/2025).

Ia menjelaskan, keputusan resmi mengenai target serapan beras nasional akan keluar setelah rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto.

Nah, nanti dari ratas itu biasanya ada keluar Inpres. Dalam Inpres itu ditentukan, dalam setahun harus menyerap berapa. Kalau tahun lalu kami 3 juta ton, tahun depan kita belum tahu,” kata dia.

Menurut Rizal, penetapan target serapan juga akan mempertimbangkan banyak faktor, mulai dari kondisi cuaca hingga situasi geopolitik global.

“Nanti kebijakan dari Bapak Presiden, mungkin dengan Bapak Menteri Pertanian dan Menteri-Menteri yang lain, juga mengingat perkembangan situasi cuaca. Jadi juga tidak langsung menentukan berapa yang harus diserap, tapi juga memprediksikan hasil,” jelasnya.

Ketika ditanya kapan target itu akan diumumkan, Rizal menyebut biasanya Inpres baru keluar pada awal tahun.

“Biasanya menjelang masuk di bulan Januari nanti. Nanti keluar Inpresnya, baru nanti kita melakukan penyerapan,” ucapnya.

Ia menambahkan, faktor-faktor seperti ancaman El Nino juga menjadi pertimbangan penting dalam menentukan volume penyerapan.

“Nah itu dengan menimbang perkembangan situasi geopolitik, kalau ada El Nino seperti apa, itu juga dipertimbangkan. Supaya penyerapannya itu juga tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sesuai dengan cakupannya, hasil panennya,” tutur Rizal.

Meski angka pastinya belum ditetapkan, Rizal menyebut Bulog telah bersiap mengantisipasi kemungkinan target yang tidak jauh berbeda dengan tahun ini.

“Kalau kami mengantisipasi, ya tidak lebih dan tidak kurang dari yang kemarin. Kami antisipasi seperti itu saja,” katanya.

Sebagai langkah persiapan, Bulog kini tengah merapikan dan memperbaiki gudang-gudang penyimpanan agar siap digunakan saat musim panen tiba.

“Kami sudah siapkan kepada seluruh gudang-gudang, juga yang sekarang juga sudah kami rapi-rapikan, kami perbaiki yang rusak-rusak ringan, sehingga nanti pada saat tahun depan harus menyerap banyak pun gudang sudah siap,” pungkas Rizal.

Ilustrasi petani panen padi. (Ist)

Langkahi Tengkulak

Sebelumnya dilaporkan, petani kini bisa benar-benar merasakan harga Gabah Kering Panen (GKP) sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram. Hal ini terjadi karena Perum Bulog memastikan pembelian gabah dilakukan langsung dari petani tanpa melalui tengkulak atau perantara.

Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani mengatakan sistem baru ini dibuat agar petani memperoleh harga yang layak dan pembayaran tunai di tempat.

“Mulai dari proses penyerapan gabah di lapangan itu, kita mempermudah kepada para petani. Jadi petani itu nanti kan sudah dikoordinir oleh masing-masing Poktan (kelompok tani). Nah Poktan itu nanti lapor ke PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan),” kata Rizal dalam wawancara eksklusif bersama CNBC Indonesia, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (25/10/2025).

Menurutnya, komunikasi antara petani dan Bulog kini berlangsung cepat dan transparan melalui sistem digital dan koordinasi langsung di lapangan.

“Nah kita sudah punya grup WhatsApp (WA) gitu biasanya. Petani itu biasa punya grup WA, grup WA-nya dengan PPL, para Babinsa (Bintara Pembina Desa) termasuk dengan teman-teman Bulog yang ada di lapangan. Nanti laporan di grup WA itu. ‘Pak, kami desa ini panen hari ini sekian’. Nah dengan itu langsung teman-teman Bulog turun ke lapangan,” jelasnya.

Bulog juga telah mengintegrasikan sistem ini ke dalam aplikasi resmi untuk memudahkan pelaporan dan pemantauan kondisi panen. Begitu menerima laporan panen, tim Bulog langsung turun ke lapangan untuk memastikan kondisi padi apakah betul sudah siap panen.

“Nah dicek apakah padi itu betul-betul siap panen atau tidak. Nah nanti dicek sudah oke, siap panen, dipanen,” ucap dia.

Proses panen pun kini lebih modern. “Sekarang panen sudah tidak manual lagi pakai arit gitu, tapi sudah pakai combined harvester. Nah itu langsung masuk karung, langsung timbang,” tutur Rizal.

Setelah ditimbang, Bulog langsung melakukan pembayaran tunai di lokasi tanpa melalui tengkulak ataupun sistem ijon.

“Timbang, naik kendaraan, langsung cash and carry di tempat. Kita tidak ada lagi yang sifatnya ijon dan lain sebagainya tidak ada, langsung cash and carry,” tegasnya.

Ketika ditanya apakah langkah tersebut benar-benar memotong peran tengkulak atau middleman, Rizal menjawab lugas. “Betul. Supaya masyarakat, para petani itu menikmati harga yang Rp6.500 per kg GKP itu minimalnya. Itu yang khusus penyerapan,” katanya.

Dalam proses pengangkutan, Bulog juga memberikan dua pilihan bagi petani. “Satu, bisa diangkut sendiri oleh teman-teman petani. Nanti kita bayar biaya pemberangkatannya. Atau yang kedua, kami sendiri yang menyiapkan armadanya, jemput sendiri. Ada dua opsinya,” ujar Rizal.

Setelah sampai di gudang, gabah hasil panen langsung masuk ke tahap pengolahan.

“Nanti sampai di gudang, langsung masuk ke dryer. Masuk di dryer, dikeringkan. Atau masuk ke silo dulu sebelum ke dryer. Kalau ada silo-nya. Kalau tidak ada silo-nya, langsung ke dryer,” jelasnya.

“Dari dryer langsung ke RMU atau rice milling unit. Setelah rice milling unit baru diolah, kemudian baru jadilah beras,” pungkas Rizal. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru