Rabu, 29 Oktober 2025

CARACAS SIAPKAN 5.000 RUDAL..! Misi Rahasia CIA di Venezuela Terbongkar, AS Langsung Terbangkan Pengebom

JAKARTA – Pemerintah Venezuela mengeklaim menggagalkan rencana serangan yang dibuat-buat terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) di kawasan Karibia selatan. Caracas menuduh aksi itu dirancang oleh komplotan yang didanai Badan Intelijen Pusat (CIA) AS.

Menteri Dalam Negeri Venezuela Diosdado Cabello pada Senin (27/10/2025) mengatakan, pihaknya menangkap empat orang yang disebut berencana menyerang USS Gravely, kapal perusak berpeluru kendali milik AS.

Kapal tersebut berlabuh di Trinidad & Tobago pada Minggu (26/10/2025), tidak jauh dari perairan Venezuela.

Kapal perang AS USS Gravely disiapkan menyerbu Venezuela. (Ist)

“Komplotan ini didanai oleh CIA dan bertujuan menjebak Caracas dengan serangan palsu terhadap kapal perang AS,” ujar Cabello tanpa merinci identitas para tersangka, dikutip dari kantor berita AFP.

Kedatangan USS Gravely di wilayah itu memicu kemarahan Caracas. Pemerintah Venezuela menyebut langkah AS sebagai provokasi, dan menuding Washington ingin memancing perang di Karibia.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro bahkan menangguhkan perjanjian gas dengan Trinidad & Tobago.

Ia menuduh Perdana Menteri Kamla Persad-Bissessar mengubah negaranya menjadi kapal induk kekaisaran Amerika melawan Venezuela.

Krisis diplomatik ini memperburuk hubungan kedua negara bertetangga tersebut. Persad-Bissessar menolak tuduhan Maduro dan menyebut langkah Venezuela sebagai bentuk pemerasan.

Dia menegaskan, Trinidad-Tobago tetap berkomitmen pada kerja sama energi dan keamanan kawasan.

Pesawat pengebom AS, B 1b menuhu clCaracas. (Ist)
Pesawat pengebom AS, B -1B menuju Caracas, Venezuela. (Ist)

Washington sebelumnya memberi izin bagi Trinidad & Tobago untuk mengeksploitasi ladang gas Dragon di perairan Venezuela, meski embargo minyak AS terhadap Caracas masih berlaku.

Sementara itu, pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan tekanan militer terhadap Venezuela dengan mengerahkan tujuh kapal perang ke Karibia, dan satu ke Teluk Meksiko. Armada itu termasuk kapal induk terbesar di dunia, USS Gerald R Ford.

Selain pengerahan kapal, dua pesawat pengebom strategis B-1B terlihat terbang di atas Laut Karibia dekat Venezuela pada Senin (27/10/2025), dalam unjuk kekuatan ketiga AS dalam beberapa pekan terakhir.

Kian Panas

Kepada Bergelora.com.di Jakarta.dilaporkan, setidaknya satu pesawat pengebom B-1B milik Amerika Serikat (AS) mengudara di atas Laut Karibia, tepatnya di lepas pantai Venezuela, pada Kamis (23/10) waktu setempat. Ini menjadi aksi pamer kekuatan kedua oleh pesawat militer AS di kawasan Karibia dalam sepekan terakhir.

Presiden AS Donald Trump mengklaim laporan pengerahan pesawat pengebom B-1B ke wilayah dekat Venezuela itu tidak benar.

Namun, data pelacakan penerbangan dari situs Flightradar24, seperti dilansir AFP, Jumat (24/10/2025), menunjukkan sebuah pesawat pengebom B-1B terbang menuju ke pantai Venezuela pada Kamis (23/10) sore, sebelum berbalik arah dan bergerak menuju ke arah utara, lalu menghilang dari pandangan.

Penerbangan pesawat pengebom AS di lepas pantai Venezuela itu dilakukan saat Washington mengerahkan kampanye militer terhadap para terduga pengedar narkoba di kawasan Karibia, dengan mengerahkan aset militer yang memicu kekhawatiran di Caracas bahwa perubahan rezim adalah tujuan akhir AS.

Saat ditanya wartawan di sela-sela acara di Gedung Putih tentang laporan media yang menyebut AS mengirimkan pesawat pengebom B-1B ke dekat Venezuela, Trump menjawab: “Tidak, itu tidak benar”.

Tetapi Trump mengatakan bahwa Washington “sangat tidak senang dengan Venezuela karena berbagai alasan”.

Dia kemudian menambahkan bahwa akan segera ada “aksi darat” di Venezuela.

Penerbangan pesawat pengebom B-1B itu terdeteksi sekitar seminggu setelah pesawat pengebom AS lainnya, jenis B-52, yang berbasis di AS terdeteksi terbang berputar-putar di atas lepas pantai Venezuela selama beberapa jam.

Militer AS, pada saat itu, menggambarkan misi tersebut sebagai demonstrasi komitmen Washington “untuk secara proaktif mencegah ancaman musuh, meningkatkan pelatihan awak, dan memastikan kesiapan pasukan global yang diperlukan untuk merespons setiap kontingensi atau tantangan”.

AS telah mengerahkan pesawat-pesawat tempur siluman dan kapal-kapal Angkatan Laut sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai upaya menangkal perdagangan narkoba di kawasan Karibia. Namun sejauh ini, Washington belum merilis bukti bahwa target-targetnya — delapan kapal dan sebuah kapal semi-submersible — sedang menyelundupkan narkoba saat diserang.

Serangan-serangan AS yang dimulai sejak 2 September lalu, menurut penghitungan AFP berdasarkan data AS, telah menewaskan sedikitnya 37 orang.

Ketegangan regional telah meningkat akibat kampanye tersebut, dengan Venezuela menuduh AS berkomplot untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro. Pada Rabu (22/10), Maduro mengatakan negaranya memiliki 5.000 rudal darat-ke-udara portabel buatan AS untuk melawan pasukan AS.

Venezuela Siagakan 5.000 Rudal Respons  

Sebelumnya dilaporkan,.Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyiagakan setidaknya 5.000 rudal darat-ke-udara merespons aktivitas militer Amerika Serikat (AS) di Karibia. Rudal-rudal itu dirancang untuk menembak jatuh pesawat terbang rendah.
Washington telah mengerahkan pesawat-pesawat tempur siluman dan kapal-kapal Angkatan Laut di Karibia. AS mengklaim hal itu merupakan upaya antinarkotika.

Sejauh ini, militer AS telah menghancurkan setidaknya delapan kapal yang disebut-sebut menyelundupkan narkoba dari Venezuela ke Amerika Serikat. Venezuela menganggap aktivitas militer itu sebagai gladi resik untuk operasi penggulingan Maduro.

Merespons hal itu, Maduro juga telah menyiagakan rudal jarak pendek portabel buatan Rusia yang dikenal sebagai Igla-S yang jumlahnya tidak kurang dari 5.000 unit.

“Tidak kurang dari 5.000 di posisi-posisi pertahanan udara penting untuk memastikan perdamaian,” ujar Maduro, dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/10/2025).

Diketahui, Pentagon telah memberi tahu Kongres bahwa AS sedang berada dalam “konflik bersenjata” dengan kartel-kartel narkoba Amerika Latin.

Pentagon menetapkan mereka sebagai kelompok teroris dan menyebut para tersangka penyelundup sebagai “pejuang yang melanggar hukum.”

Aktivitas militer AS juga memicu ketegangan di wilayah Amerika Latin. Terbaru, Kolombia menarik duta besarnya untuk Washington di tengah perselisihan sengit antara presiden sayap kirinya, Gustavo Petro, dan Presiden Donald Trump.

Namun, Trump kepada pada Rabu (22/10) mengatakan pengerahan pasukan itu telah mengurangi perdagangan narkoba melalui laut secara drastis. Trump menyebut AS pun siap untuk menyerang para pengedar narkoba yang beroperasi di darat. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru