JAKARTA — Produsen mobil asal China kini menjadi ancaman paling serius bagi industri otomotif Amerika Serikat. Setidaknya itu yang disampaikan CEO Ford, Jim Farley.
Menurutnya, kekuatan industri otomotif China bahkan jauh lebih besar dibandingkan gelombang Jepang pada 1980-an.
Farley menilai, keunggulan teknologi mobil listrik (EV) buatan China kini melampaui sebagian besar pabrikan Barat, sementara kapasitas produksinya sangat besar dan berpotensi menguasai pasar Amerika Utara.
“Saya pikir situasinya sama seperti saat Jepang bangkit dulu, tapi sekarang versi lebih ekstrem,” ujar Farley, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Senin (3/11). dari Carscoops,

“Mereka punya kapasitas pabrik di China yang cukup untuk memenuhi seluruh pasar Amerika Utara dan membuat kami semua gulung tikar. Jepang dulu tidak punya kemampuan sebesar itu. Jadi ini adalah tingkat risiko yang benar-benar berbeda bagi industri kami,” katanya.
Farley mengakui bahwa China kini jauh lebih unggul dalam hal teknologi kendaraan listrik, terutama dalam integrasi sistem digital di mobil.
Produsen seperti Huawei dan Xiaomi membawa pengalaman baru yang sulit disaingi oleh pabrikan Amerika.
“Mereka punya teknologi dalam mobil yang jauh lebih canggih. Huawei dan Xiaomi ada di setiap mobil. Begitu Anda masuk, ponsel tak perlu disambungkan. Seluruh kehidupan digital Anda langsung tecermin di sistem mobil,” kata Farley.
Namun, Farley menegaskan bahwa persaingan mobil-mobil China saat ini bukan hanya soal mobil listrik, tetapi juga soal dominasi teknologi secara global.
“Kami sedang bersaing secara global dengan China, dan ini bukan hanya tentang EV. Kalau kami kalah dalam hal ini, tidak akan ada masa depan untuk Ford,” katanya.
“China adalah ‘gorila 700 pon’ di industri kendaraan listrik. Mereka benar-benar mendominasi pasar global dan semakin kuat di luar negeri,” ungkap Farley.
Kebijakan AS Saat ini, mobil listrik asal China masih dilarang dijual di Amerika Serikat, sehingga merek lokal masih terlindungi untuk sementara waktu. Namun, bagi Ford yang beroperasi secara global, perlindungan itu tidak cukup untuk menahan dampak dari kemajuan teknologi China.
Kebijakan era Donald Trump, seperti penghapusan insentif pajak kendaraan listrik senilai hingga 7.500 dollar AS, juga berdampak pada menurunnya permintaan mobil listrik di Amerika.
Meski demikian, Farley optimistis perlambatan pasar EV di AS hanya bersifat sementara. Ia memperkirakan porsi kendaraan listrik akan bertahan di sekitar 5 persen dalam waktu dekat, sebelum meningkat lagi seiring hadirnya model dengan harga lebih terjangkau.
Banjiri Pasar Global
Chief Executive Officer (CEO) Honda Motor Company (HMC), Toshihiro Mibe, buka suara soal ancaman mobil listrik China di pasar global. Dia menegaskan, pihaknya tak mau diam saja dan hanya menjadi penonton.
Mibe sadar, sejak beberapa tahun terakhir, produsen China melesat cepat di segmen electric vehicle (EV). Namun, di era penuh persaingan seperti sekarang, Honda harus adaptif dengan mengembangkan teknologi yang lebih canggih. Bukan hanya listrik, melainkan juga hidrogen.
“Honda terus mengembangkan teknologi baterai dan kendaraan listrik untuk menutup kesenjangan dengan produsen asal Tiongkok,” ujar Toshihiro Mibe saat forum diskusi bersama rombongan jurnalis asal Asia Tenggara di Minato, Tokyo, Jepang, baru-baru ini dikutip Bergelora.com di Jakarta, Senin (3/11).
“Kami juga melanjutkan penelitian panjang kami di bidang fuel cell, dengan penerapan yang disesuaikan terhadap perkembangan infrastruktur dan biaya hidrogen di setiap wilayah,” tambahnya.
Mibe juga menyanggah ketika ada pihak yang menyebut Honda bergerak lambat dalam pengembangan dan pemasaran mobil listrik di pasar global. Dia justru memastikan, Honda belakangan mempercepat transisi energi demi menuju netralitas karbon.
“Pada Mei 2024, Honda menyesuaikan komposisi penjualan jangka menengah dengan memperbesar porsi HEV hingga 2030, menyesuaikan dengan melambatnya pertumbuhan pasar EV global,” tuturnya lagi.
“Namun, pengembangan EV justru terus dipercepat karena teknologi ini tetap menjadi pilar utama dalam upaya Honda menuju carbon neutrality,” kata dia menambahkan.
Sebagai catatan, keseriusan Honda menggarap mobil listrik sebenarnya bisa terlihat melalui pameran Japan Mobility Show 2025. Sebab, pada acara tersebut mereka membawa banyak produk konsep di segmen tersebut, misalnya seperti Honda 0 Alpha, Honda 0 SUV, Honda 0 Saloon dan Honda Super One. (Web Warouw)

