JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, fokus utama kementeriannya bergeser dari mengobati orang sakit menjadi menjaga agar masyarakat tetap sehat. Hal ini diucapkan Budi dalam sambutannya ketika menjadi pembina upacara pada Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 yang digelar di Kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Rabu (12/11/2025).
“Fokus kita bergeser dari mengobati orang sakit, menjadi menjaga agar orang tetap sehat,” kata Budi di lokasi, Rabu.
Untuk itu, Budi memerintahkan jajarannya agar transformasi kesehatan harus digerakkan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
“Dengan akses yang mudah, kualitas yang baik, dan biaya yang terjangkau,” ucapnya.
Menurut Budi, dalam waktu satu tahun terakhir ini, Kemenkes telah menjalankan tiga program hasil terbaik cepat atau program Quick Win sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.
“Lebih dari 52 juta orang menyadari pentingnya deteksi dini penyakit dengan mengikuti program cek kesehatan gratis,” kata dia.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran cek kesehatan gratis, Menkes mengeklaim bahwa cakupan skrining tuberkulosis juga ikut berdampak.
“Peningkatan cakupan skrining tuberkulosis hingga menjangkau lebih dari 20 juta orang,” imbuhnya.
Sejalan dengan itu, Kemenkes juga berupaya meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
“Pembangunan dan peningkatan rumah sakit di seluruh daerah terus berjalan demi mewujudkan kualitas layanan kesehatan yang merata.
Di tahun 2025, 32 dari 66 lokus rumah sakit daerah tipe D akan ditingkatkan menjadi tipe C,” bebernya.
Ia berharap, di peringatan HKN ke-61, Kemenkes semakin memperkuat komitmen dan menumbuhkan optimisme untuk melanjutkan transformasi kesehatan Indonesia.
“Dari individu dan keluarga yang sehat raga dan jiwa akan lahir masyarakat yang kuat demi menyongsong tercapainya Indonesia Emas 2045,” jelasnya.
Enam Pilar Transformasi Kesehatan
Menkes mengatakan upaya itu suatu bentuk pergeseran fokus dari pendekatan kuratif ke preventif dan promotif guna menjaga orang tetap sehat.
“84 juta anak Indonesia hari ini akan mencapai usia produktif pada 2045, tepat satu abad Indonesia merdeka. Kita hanya memiliki dua dekade lagi untuk memastikan mereka tumbuh sebagai generasi yang sehat, tangguh, dan unggul,” terang Menkes, Rabu (12/11/2025).
Untuk mencapai hal itu, katanya, tiga program hasil terbaik cepat (PHTC) dilaksanakan.
Selain itu, dalam empat tahun terakhir, Indonesia melaksanakan transformasi kesehatan guna memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mudah diakses, dengan biaya terjangkau, sebagai fondasi guna menuju masa depan itu.
Menkes mengatakan capaian dalam enam pilar transformasi kesehatan menunjukkan bukti nyata kerja keras dan kolaborasi seluruh insan kesehatan Indonesia.
Ia mencontohkan pada pilar pertama, yakni transformasi layanan primer, 8.349 puskesmas telah menerapkan integrasi layanan primer.
Selain itu, sistem surveilans penyakit kini lebih cepat dan terintegrasi, dengan kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat yang meningkat di seluruh provinsi
“Untuk pertama kalinya, prevalensi stunting balita turun di bawah 20 persen, yaitu mencapai 19,8 persen,” ujar Menkes.
Pada pilar kedua, yakni transformasi layanan rujukan dengan fokus peningkatan mutu dan pelayanan rumah sakit, saat ini 29 provinsi sudah mampu melakukan bedah jantung terbuka, 29 provinsi sudah mampu melakukan clipping dan delapan provinsi sudah mampu melakukan STA-MCA Bypass pada kasus stroke.
Pada pilar ketiga, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan menunjang ketersediaan obat, vaksin, dan alat kesehatan di dalam negeri, 10 dari 14 antigen vaksin program imunisasi rutin telah mampu diproduksi dalam negeri.
Pilar keempat, yaitu transformasi pembiayaan kesehatan, 268 juta penduduk atau 98 persen telah dijangkau oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tarif layanan JKN disesuaikan guna meningkatkan kualitas layanan.
Pada 2024, katanya, asuransi menyumbang 36,3 persen dari total belanja kesehatan nasional, terdiri atas 30,9 persen asuransi kesehatan sosial (JKN) dan 5,4 persen asuransi swasta.
Pada pilar kelima, transformasi SDM kesehatan, 61 persen puskesmas sudah memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan sesuai standar.
Sebanyak 74 rumah sakit umum daerah (RSUD) telah dilengkapi dengan tujuh dokter spesialis dasar.
Penguatan SDM kesehatan terus berlanjut melalui sejumlah upaya, seperti pengadaan aparatur sipil negara (ASN), penugasan khusus di puskesmas dan RS, beasiswa, pendidikan dokter spesialis berbasis RS, pelatihan dan fellowship, magang, kemudahan praktik bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan lulusan luar negeri.
Pada pilar keenam, transformasi teknologi kesehatan, sebagian besar fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) telah terintegrasi dan mengirimkan data ke SATUSEHAT.
“Pemanfaatan teknologi kesehatan berbasis AI, seperti pada X-ray dan CT-scan, mampu mendeteksi berbagai penyakit dengan cepat dan akurat, antara lain kanker paru, TB, stroke, dan lainnya,” terang Menkes.
Selain itu, pengembangan layanan kedokteran presisi melalui program Biomedical and Genome Science Initiative (BGSI) telah mencapai 17.099 atau 89,5 persen peserta.
Menkes mengatakan layanan kedokteran presisi terus dikembangkan di 10 Hub BGSI, antara lain Non Invasive Prenatal Testing (NIPT), pemeriksaan risiko kanker, jantung, diabetes, kolesterol tinggi karena keturunan, deteksi TB resisten obat, penyakit langka, serta penentuan obat presisi untuk kanker, penyakit jantung, stroke, dan skizofrenia.
“Terakhir, yang tidak kalah penting, transformasi kesehatan tidak dapat diwujudkan tanpa transformasi budaya kerja para insan kesehatan –pilar transformasi ke-7,” kata Menkes.
Ia menilai perjalanan menuju Indonesia sehat sebagai perjalanan panjang, menantang, dan penuh harapan.
Dengan tekad dan kerja sama, katanya, semua dapat mewujudkan generasi sehat yang menjadi fondasi masa depan bangsa yang hebat.
Dalam kesempatan itu, Menkes juga memberikan penghargaan kepada seluruh insan kesehatan Indonesia, mulai dari tenaga medis, tenaga kesehatan, akademisi, dunia usaha, organisasi masyarakat, media, serta para kader di setiap pelosok negeri, yang dengan dedikasi tinggi telah menjaga nyawa, menebar harapan, dan menegakkan martabat bangsa.
“Mari jadikan Hari Kesehatan Nasional ke-61 ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen, menumbuhkan optimisme, dan melanjutkan transformasi kesehatan Indonesia,” pungkas Menkes.
Ia mengingatkan tentang pentingnya terus membangun kesehatan jiwa dan raga dimulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, di tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi, hingga seluruh Indonesia, guna mencapai Indonesia Emas 2045.
Angka Stunting Turun?
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa angka stunting turun selama 10 tahun terakhir. Hal ini dipaparkannya di hadapan Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Nasional Percepatan Penurunan Stunting di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, Rabu (12/11/2025).
“Pada hari ini kita juga merasa bangga karena angka stunting kita sejak tahun 2013, Bapak Wakil Presiden, yang angkanya 37 persen, untuk pertama kalinya tahun 2024 kemarin, sesudah 10 tahun akhirnya bisa turun pertama kali di bawah 20 persen, 19 persenan,” papar Menkes RI.
Budi turut menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait, khususnya kepada seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.
Di Hari Kesehatan ini, ia juga mengingatkan agar semua pihak terkait terus mengupayakan menekan angka stunting hingga mencapai target yang ditetapkan pemerintah.
“Dan titip, jangan lupa targetnya 5 tahun ke depan harus mencapai 14 persen,” ucap dia.
Dia mengajak semua pihak, mulai dari tenaga kesehatan hingga pemerintah pusat dan daerah, untuk bersama-sama mengejar target angka 14 persen ini.
“Sehingga nanti anak-anak kita di tahun 2045 semuanya sehat, tidak ada yang stunting, pintar-pintar semua, sehingga bisa menjadi bangsa yang mencapai target Bapak Presiden, yaitu Indonesia emas tahun 2045,” paparnya. (Web Warouw)

