JAKARTA – Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengungkapkan potensi cekungan minyak dan gas bumi (migas) masih banyak. Namun, masih banyak cekungan yang belum tereksplorasi.
Sebelumnya, SKK Migas mengatakan saat ini terdata ada 128 cekungan. Dari jumlah tersebut sebanyak 65 cekungan belum tereksplorasi.
Djoko menyampaikan salah satu kendala belum dieksplorasi nya cekungan tersebut karena ada berbagai tantangan, di antaranya terkait fiskal term, perizinan dan anggaran untuk kegiatan eksplorasi yang masih minim. Meski, kata Djoko, pemerintah telah memperbaiki hambatan-hambatan yang ada.
Djoko juga mengatakan, tak ada satupun bank dalam negeri yang mau membiayai kegiatan eksplorasi karena risikonya besar.
“Perizinan juga dipercepat dan paling penting adalah anggaran eksplorasi Pak. Karena tidak ada satupun bank dalam negeri yang mau membiayai untuk eksplorasi. Karena resikonya besar,” kata Djoko dalam RDP dengan Komisi XII DPR RI, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Padahal, kata Djoko, saat ini tingkat keberhasilan Indonesia dalam hal kegiatan eksplorasi sudah lebih baik. Ia menyampaikan saat ini jika kegiatan eksplorasi dilakukan di 10 lokasi, maka potensi mendapatkan temuan cadangan migasnya mencapai tiga.
“Meskipun di Indonesia, indeks 1:10 sudah 30%. Jadi probabilitas untuk ditemukan migasnya sudah 30% dari kegiatan ekplorasi. Jadi kalau kita ngebor sumur 10 insyaallah 3 discovery pak,” katanya.
“Kendalanya adalah anggaran. Nah kami mengusulkan ke depan, barangkali nanti ada pembahasan RUU (Migas), bagaimana belajar dari Inggris dan Malaysia itu pernah suatu ketika seluruh revenue daripada hulu migasnya digunakan eksplorasi,” tambahnya.
Susahnya Cari Minyak di RI: Ngebor 10, yang Ketemu 3
Kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia masih memiliki resiko yang besar. Hal ini lah yang membuat perbankan nasional belum mau membiayai kegiatan tersebut.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengatakan bahwa tingkat keberhasilan kegiatan eksplorasi di Indonesia sudah mengalami peningkatan. Ia menyampaikan tadinya indeks kegiatan eksplorasi 1 banding 10. Jadi, untuk 10 kali pengeboran hanya ketemu 1.
Namun, Djoko mengatakan, tingkat keberhasilan kegiatan eksplorasi migas di Indonesia sudah naik menjadi 30%.
“Yang paling penting adalah anggaran untuk eksplorasi, Pak. Karena tidak satupun bank dalam negeri yang mau membiayai untuk eksplorasi karena risikonya besar. Meskipun di Indonesia yang tadinya indeksnya adalah 1 banding 10, sekarang sudah 30%, Pak. Jadi probabilitas untuk ditemukannya migas itu sudah 30% dari kegiatan eksplorasi,” katanya.
“Jadi kalau misalnya kita ngebor sumur 10, insyaallah 3 discovery, Pak. Kendalanya adalah anggaran,” katanya.
Oleh karena itu, Djoko mengusulkan pendapatan atau revenue dari sektor hulu migas digunakan kembali untuk kegiatan eksplorasi. Langkah ini telah ditempuh Inggris dan Malaysia.
Dia mengatakan, salah satu hambatan utama dalam kegiatan eksplorasi ialah anggaran yang minim. Djoko mengatakan saat ini anggaran untuk kegiatan eksplorasi hanya sekitar US$ 1 miliar yang menurutnya masih minim.
“Kendalanya adalah anggaran. Nah kami mengusulkan ke depan, barangkali nanti ada pembahasan RUU (Migas), bagaimana belajar dari Inggris dan Malaysia itu pernah suatu ketika seluruh revenue daripada hulu migasnya digunakan eksplorasi,” kata Djoko. (Web Warouw)

