JAKARTA- Para ahli mulai mempertanyakan kepentingan dibalik deklarasi Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menyatakan Darurat Kesehatan Global pada wabah cacar monyet.
Mayoritas 9 orang anggota komite ahli WHO menentang pernyataan tersebut dengan 6 orang yang mendukung. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Michel Chossudovsky dari Global Research dan dikutip Bergelora.com di Jakarta, Rabu (27/7).
“Buktinya sedikit, motivasinya politis. Tujuan tak terucapkan adalah untuk mempertahankan kampanye ketakutan,” demikian Prof. Michel Chossudovsky.
Bloomberg menuliskan bahwa deklarasi Tedros tersebut telah menegaskan perpecahan dalam WHO tentang tingkat keparahan ancaman.
Rapat kedua WHO, di Jenewa, Kamis (21/7) lalu tentang International Health Regulations (IHR) (2005) oleh Emergency Committee yang membahas wabah cacar monyet diberbagai negara itu sebenarnya gagal mencapai kesepakatan bersama untuk menentukan keadaan Darurat Kesehatan Global pada Cacar Monyet.
https://www.who.int/news/item/23-07-2022-second-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-(ihr)-emergency-committee-regarding-the-multi-country-outbreak-of-monkeypox
Prof. Michel Chossudovsky mempertanyakan kepentingan Dr. Tedros sehingga bertentangan dengan komite dokter dan ilmuwan medis di WHO sendiri?
Tes PCR Serbaguna
Prof. Michel Chossudovsky juga mengungkap bahwa tes PCR yang dinyatakan CDC tidak valid untuk mendeteksi SARS-CoV-2 (Covid-19),– sekarang digunakan juga untuk mendeteksi patogen cacar monyet.
Ia mengutip penasihat CDC Juli 2021 terkait dengan kegagalan tes RT-PCR berbunyi sebagai berikut:
“CDC mendorong laboratorium untuk mempertimbangkan adopsi metode multipleks yang dapat memfasilitasi deteksi dan diferensiasi SARS-CoV-2 dan influenza”.
Dan sekarang CDC telah mengajukan prosedur “yang digunakan untuk mendeteksi DNA virus Monkeypox dalam spesimen klinis dengan PCR”:
“Pengujian [RT-PCR] ini mendeteksi DNA pada berbagai konsentrasi, memberikan hasil kualitatif baik positif, negatif, atau tidak meyakinkan dalam identifikasi infeksi virus Monkeypox.” (CDC)
Jadi jika tes PCR positif untuk Covid-19, mungkin “salah” ditabulasi sebagai infeksi virus Monkeypox “positif”.
Maka tes PCR itu serba guna, bisa untuk tes SARS-CoV-2 (Covid-19), Influenza, MonkeyPox. Ini juga diterapkan untuk mendeteksi varian omicron Covid yang “berbahaya” dan sub-varian BA 4 dan 5. Apakah ini untuk mengejar keuntungan hanya dari produksi alat tes PCR? (Web Warouw)