JAKARTA – Sejumlah diplomat dari 14 negara, termasuk Indonesia, melakukan kunjungan ke Daerah Otonomi Xinjiang pada 24-28 April atas undangan Kementerian Luar Negeri China (MFA).
Para konsul jenderal dari 14 negara, seperti Brazil, Iran, Indonesia, Pakistan, Ekuador, dan Senegal, yang bertugas di berbagai daerah di China mengunjungi beberapa kota di Xinjiang, di antaranya Urumqi, Kashgar, dan Turban.
Konsul Jenderal RI di Guangzhou Ben Perkasa Drajat mengatakan bahwa umat Islam di Xinjiang bebas melakukan ibadah di masjid.
“Berita dari media Barat bahwa pemerintah China tidak mengizinkan umat Islam melakukan kegiatan keagamaan adalah tidak benar,” kata Ben dikutip People’s Daily, media arus utama China, dimuat Bergelora.com di Jakarta, Selasa (2/5).
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, lanjut Ben, Indonesia dengan tegas menentang kekuatan luar yang memanipulasi masalah Xinjiang dan mencampuri urusan dalam negeri China.
Dia berharap Indonesia dan China dapat terus meningkatkan hubungan kerja sama dan mendorong beberapa tokoh dari Indonesia mengunjungi daerah otonomi yang mayoritas penduduknya dari kalangan etnis minoritas Muslim Uighur itu.
Dalam lawatannya itu, para utusan khusus dari 14 negara mendatangi kota tua Kashgar yang sedang dipadati wisatawan menjelang puncak musim liburan Hari Buruh.
Negara-negara Barat menuduh Beijing melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang, mulai dari penahanan warga setempat di kamp konsentrasi, genosida, hingga kerja paksa.
Konsul jenderal dari 14 negara, seperti Brazil, Iran, Indonesia, Pakistan, Ekuador, dan Senegal, yang bertugas di berbagai daerah di China.
Untuk menjawab tuduhan tersebut, Beijing rajin mengundang diplomat dan utusan asing mengunjungi Xinjiang. Bahkan, pimpinan Komisi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah mengunjungi daerah itu.
Belum lama ini, Menlu Gambia Mamadou Tangara juga mengunjungi daerah setingkat provinsi di wilayah barat laut daratan Tiongkok itu.
Kunjungan Delegasi Komunitas Muslim
Sebelumnya, Januari 2023 lalu dilaporkan lebih dari 30 tokoh dan akademisi Islam dari 14 negara berkunjung ke Daerah Otonomi Xinjiang, demikian dilaporkan media China, Senin (9/1).
Laman berita Global Times menyebutkan kunjungan itu dilakukan delegasi Islam dari berbagai negara, seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, Suriah, Bahrain, Tunisia, dan Bosnia Harzegovina pada Minggu (8/1).
Para delegasi dipimpin oleh Ketua Dewan Komunitas Muslim Dunia (WMCC) Ali Rashid Abdullah Ali Alnuaimi dan mereka disambut oleh Ketua Partai Komunis China (CPC) Xinjiang Ma Xingrui.
Lawatan delegasi asing tersebut merupakan kunjungan pertama pada 2023 ke wilayah di China barat laut itu, yang paling banyak dihuni etnis minoritas Muslim Uighur.
Para delegasi diajak mengunjungi ruang pamer di Kota Urumqi, yang menyimpan berbagai barang yang diklaim sebagai bukti tindak kekerasan berbau terorisme dan ekstremisme di Xinjiang selama periode 1990-2016.
“Menurut saya, apa yang kami lihat hari ini menunjukkan kenyataan yang terjadi di lapangan,” kata Ali, seperti dikutip media yang berafiliasi dengan pemerintah China itu.
“Siapa pun yang berkunjung ke daerah ini seharusnya datang dan menyaksikan ini karena bagian dari sejarah. Tidak hanya China, seluruh dunia pun menderita akibat terorisme dan ekstremisme,” ujarnya.
Ia memuji langkah-langkah pemerintah daerah setempat dalam melawan terorisme dan ekstremisme, juga masyarakat lokal yang telah berkontribusi pada stabilitas dan pembangunan di kawasan.
Para delegasi juga berkesempatan mengunjungi kantor Asosiasi Islam Xinjiang, Xinjiang Islamic Institute (XII), dan beberapa masjid di Urumqi. Mereka juga serta bertemu warga lokal di pusat keramaian Grand Bazaar.
Dalam simposium di XII, para delegasi mendapatkan penjelasan dari Rektor XII Abdurraqib Turmuniyaz tentang pendidikan Islam di wilayahnya.
Abdurraqib mengatakan bahwa kebebasan beragama umat Islam telah dilindungi sepenuhnya dan tidak ada seorang pun di wilayahnya yang diperlakukan tidak adil karena persoalan agama, menurut laporan Global Times. (Muff)