JAKARTA- Sekitar 27.000 orang Indonesia meninggal dunia karena keracunan timbal pada 2019. Cat menjadi salah satu barang yang mengandung timbal dan perlu diwaspadai. Mirisnya, cat dengan kandungan timbal tinggi masih beredar luas. Bahkan, berdasarkan studi terbaru, lebih dari setengah rumah tangga Indonesia menggunakan cat bertimbal.
Tidak hanya itu, sebagian merek cat terkenal pun ditemukan mengandung timbal yang berbahaya bagi tubuh. Temuan tersebut terangkum melalui studi dalam World Bank Policy Research Working Papers yang diterbitkan pada Senin (28/10/2024).
Studi ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui survei rumah tangga representatif secara nasional di Indonesia pada November hingga Desember 2023.
Survei dilakukan secara langsung terhadap 5.056 rumah tangga yang terdiri dari 17.455 individu di seluruh Indonesia.
57,9 Persen Rumah Pakai Cat Timbal
Pengujian timbal terhadap sampel rumah tangga menemukan, 44,8 persen penduduk Indonesia tinggal di rumah dengan cat bertimbal.
Sebagian besar, sekitar 57,9 persen rumah tangga yang dilengkapi cat interior atau cat untuk bagian dalam bangunan, ditemukan mengandung timbal.
Anak-anak Indonesia juga tak kalah berisiko terpapar logam berbahaya timbal. Hasil studi menunjukkan, 10,2 juta anak atau sekitar 46 persen anak berusia 5 tahun ke bawah tinggal di rumah dengan cat bertimbal.
Berdasarkan wilayahnya, cat dengan kandungan timbal paling banyak ditemukan di Maluku dan Papua, sekitar 77 persen rumah tangga.
Di posisi kedua, ada Sumatera dengan sekitar 76 persen rumah tangga yang menggunakan cat terpapar timbal.
Di Kalimantan, 64 persen dari sampel rumah tangga positif mengandung timbal, sedangkan Sulawesi sekitar 61 persen.
Sekitar 51 persen dari sampel rumah tangga di Jawa-Bali positif timbal, disusul Nusa Tenggara dengan prevalensi terendah di antara wilayah lain, sekitar 46 persen.
Hasil penelitian turut menunjukkan adanya kesenjangan sosial ekonomi yang besar dalam hal paparan cat dengan kandungan timbal.
Rumah tangga yang lebih miskin lebih mungkin tinggal di rumah-rumah yang memiliki kondisi cat bertimbal buruk dan mengalami paparan debu beracun yang lebih besar.
77 Persen Merek Cat Terkenal Mengandung Timbal
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, selain survei rumah tangga, penelitian juga menguji produk cat yang tersedia di pasar lokal di seluruh Indonesia. Toko cat terbesar di pusat kabupaten/kota di setiap provinsi di Indonesia dipilih untuk menilai kandungan timbal dalam cat yang tersedia di pasar saat ini.
Petugas survei mengumpulkan informasi mengenai dua kombinasi merek dan warna cat yang paling populer di 68 toko. Sampel dari kedua cat tersebut kemudian dibeli dan diuji. Hasilnya, 105 dari total 136 pengujian yang dilakukan positif mengandung timbal.
Sekitar 77 persen merek cat populer yang saat ini tersedia di toko dan diuji ditemukan mengandung timbal.
Selain itu, studi menemukan, tidak ada warna cat yang ditemukan bebas timbal secara sistematis, termasuk 136 pengujian dari 26 merek.
Dari 10 pengujian yang dilakukan terhadap warna biru, 9 di antaranya dinyatakan positif mengandung timbal. Dari 48 pengujian terhadap warna putih, peneliti menemukan 36 di antaranya positif mengandung timbal. Hasil pengujian tersebut serupa dengan studi pengujian cat di laboratorium oleh Nexus3 Foundation pada 2021.
Pengujian itu menunjukkan, dari 120 cat yang dianalisis, 73 persen mengandung timbal dengan konsentrasi di atas 90 ppm, batas aman yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bahkan, 39 persen di antaranya dilaporkan memiliki konsentrasi yang sangat tinggi, yaitu di atas 10.000 ppm.
“Hasilnya menunjukkan bahwa risiko keracunan dari cat timbal tinggi dan tersebar luas di Indonesia, dan rantai pasokan cat yang terkontaminasi timbal tetap dominan,” tulis penulis.
Bahaya Paparan Timbal
Sayangnya, batasan kadar timbal dalam cat belum diatur secara tegas oleh pemerintah, meski memiliki dampak yang serius bagi kesehatan.
Logam beracun ini dapat mengganggu sistem saraf serta menurunkan kecerdasan atau IQ, terutama pada anak. Pada wanita hamil, timbal dapat melewati penghalang plasenta, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan masalah perkembangan pada janin.
Paparan timbal pada orang dewasa pun berpotensi menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kerusakan ginjal, dan peningkatan risiko stroke.
Senior Advisor Nexus3 Foundation Yuyun Ismawati mengatakan, salah satu tantangan mewujudkan upaya cat bebas timbal adalah mendorong pemerintah agar mengeluarkan peraturan resmi.
Menurut dia, peraturan yang sekarang berlaku hanya mengatur standar penggunaan timbal secara terbatas. Standar ini pun tidak bersifat mengikat, tetapi sukarela.
“Pemerintah wajib melindungi otak generasi penerus Indonesia dan melarang penggunaan logam beracun dalam produksi cat,” kata dia, Minggu (23/10/2022).
Standardisasi yang dimaksud Yuyun adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 8011 Tahun 2014 yang mengatur batas kadar timbal dalam cat sebanyak 600 ppm pada produk cat.
Padahal, standar kandungan timbal maksimal yang ditetapkan WHO sebesar 90 ppm, jauh lebih rendah dari ketentuan pemerintah Indonesia.
“Kandungan timbal di atas 90 ppm itu sudah berbahaya, seharusnya standarnya tidak melebihi 90 ppm,” ujarnya. (Web Warouw)