Jumat, 4 Juli 2025

Beginilah Kebangkitan China

Kota Tianjin di Republik Rakyat China. (Ist)

Masih banyak orang bertanya heran dan ketakutan bagaimana China, sebuah negara Komunis yang tertutup, kini bisa menguasai ekonomi dunia. Edward TSE menulis pengalamannya di China dalam buku setebal 304 halaman berjudul ‘CHINA’S  DISRUPTORS’ (‘Gangguan’ Dari China). Penulis buku ini ingin menyampaikan bahwa ekonomi dan bisnis di China merupakan gerakan wirausaha yang begitu besar diseluruh China. Pemerintah menciptakan kondisi bagi tumbuhnya wirausaha dan pebisnis untuk bekerja dan pasti berhasil. Seorang pengamat China, Winoto mengedit penggalan kecil dari buku ini, yang mengisahkan sedikit tentang keberhasilan China. (Redaksi)

Oleh: Edward Tse

SEKITAR dua dekade terakhir, berkat hidup dikawasan Shanghai, Beijing, dan Hongkong, serta bekerja diberagam kota lintas China, sebagai konsultan ekonomi penulis mendapat kesempatan yang nyaris sempurna, untuk menyaksikan transformasi luar biasa dari negeri dengan populasi penduduk terbesar didunia hingga menjadi negara adikuasa yang meraih kejayaan ditingkat global.

Di negeri China, transformasi terjadi berkat ditempa para manusia yang menghuninya.

Pandangan ekonom barat tidak mampu memahami kisah paling dramatis dari sejarah perkembangan dunia bisnis China ini.

Kisah yang punya potensi paling besar yang mampu mengubah dunia –adalah kemunculan sekelompok pemimpin bisnis yang semuanya dari sektor swasta, sebagian besar bekerja tanpa bersinggungan dengan pengaruh atau dukungan dari pemerintah, tetapi seluruhnya berhasil menciptakan transformasi pada industri mereka masing-masing, hingga memenangkan persaingan ditingkat global.

Suatu hal yang pasti,– bisnis yang dikelola oleh swasta memainkan peran paling besar dalam menggerakkan roda perekonomian China. Sekitar dua pertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) disumbang oleh sektor swasta, dan bisa jadi lebih bila melibatkan sekitar 100 juta industri pertanian rumahan yang masing-masing menggerakkan usaha-usaha kecil.

Jumlah Badan usaha milik negara terus berkurang hampir separoh sejak 2004. Tahun 2000 total pendapatan yang dikantongi perusahaan milik negara dan milik swasta terbilang sama, sekitar masing-masing 4 Trilliun Yuan. Tahun 2013, pendapatan perusahaan milik negara meningkat 6 kali lipat, sementara pendapatan perusahaan milik swasta melonjak hingga 18 kali lipat. Sedang keuntungan yang diraup oleh perusahaan milik negara adalah 7 kali lipat, dan keuntungan yang diraih perusahaan swasta sekitar 23 kali lipat.

Perusahaan swasta saat ini bertanggung jawab atas dua pertiga lapangan kerja masyarakat urban China, artinya hampir seluruh pertumbuhan tenaga urban sejak 1978 bersandar pada aktifitas perusahaan swasta.

Perusahaan milik negara berperan menciptakan kondisi global yang menguntungkan bagi berkembangnya perusahaan swasta. Bagaimanapun juga perusahaan-perusahaan terbesar di China –bank dan asuransi, perusahaan minyak dan energi, operator telekomunikasi dan maskapai penerbangan, penghasil baja, otomotif, serta perusahaan konstruksi,— sebagian besar dimiliki oleh negara dan sepenuhnya dikendalikan oleh negara.

Dengan menggunakan $4 triliun uang dari cadangan devisa, banyak perusahaan itu yang menanamkan investasi cukup besar diluar negeri –ibaratnya ‘membeli dunia’. Diawal tahun 2000-an, badan usaha milik negara China, yang dibuat semakin aman dengan dukungan dari bank yang juga milik negara, telah berhasil menguasai pasar hingga senilai multi milyar dolar di Afrika, Amerika Selatan, dan wilayah lain.

China memperoleh akses yang baik dalam hal ketersediaan energi, bahan mentah untuk produksi, serta lahan untuk membangun pabrik. Kemana pun perusahaan milik negara China itu pergi, perusahaan konstruksi yang juga milik negara China terus menyertai dan siap sedia untuk membangun pelabuhan, jalan, serta infrastruktur lain yang dibutuhkan untuk pengiriman barang kembali ke China ataupun mendukung kemajuan ekonomi negara yang dituju. Dan ini semua pasti akan diikuti oleh masuknya perusahaan-perusahaan swasta China diwilayah-wilayah tersebut.

Menjadi tidak penting apakah sebuah bisnis termasuk dalam kategori kepemilikan individu atau model kepemilikan lain, bagaimana bisnis seperti Huawei, Alibaba, Haier, dan Tencent merombak permainan bisnis di China, mengubah proses ekonomi yang terjadi dinegerinya, dan menciptakan pasar yang seiring berjalannya waktu memberikan dampak yang luar biasa pada perekonomian global.

Di China, perkembangan dunia bisnis ini merupakan gerakan Wirausaha yang begitu besar, yang dijalankan dengan penuh resiko, membutuhkan selalu ada inovasi dan perubahan, dan yang paling penting adalah bahwa sosok-sosok penggeraknya merupakan individu-individu yang luar biasa.

Melalui buku ini, penulis ingin memperlihatkan siapa orang-orang itu, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka berpikir dan bertindak. Peran pemimpin politik di China adalah menciptakan kondisi bagi para pebisnis untuk bekerja. Sebaliknya juga pengusaha-pengusaha hebat tersebut jugalah yang menggerakkan negaranya semakin maju melalui setiap keputusan bisnisnya.

Mereka menjalankan bisnis bukan sekedar untuk mengeruk keuntungan berupa uang. Tetapi sebagai ekspresi dan misi yang lebih luas dan besar, yang pada akhirnya akan mendudukkan China sebagai negara terhebat yang menjadi sumber dari gagasan, teknologi dan cara bisnis baru yang menginspirasi dunia.

Bahkan lebih dari itu, penulis meyakini bahwa figur-figur ini mempunyai potensi untuk bukan hanya membantu China, tapi juga membantu seluruh dunia, untuk mengatasi segala masalah di abad 21, yang meliputi masalah energi, pangan, serta perubahan iklim.

Orang-orang kaya, miliuner, triliuner yang bermunculan di China ditakdirkan untuk mampu bertarung dalam iklim bisnis yang terus tumbuh dan berkembang, terus bergerak dan menyesuaikan diri untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen masing-masing.

Ambisi para pengusaha China inilah yang mampu membangun perusahaan-perusahaan yang kini menjadi ‘jantung’ dunia, terutama perusahaan-perusahaan swasta, yang pada akhirnya sekaligus menjadi sumber energi utama yang mendorong negaranya semakin sejahtera.

Di China segalanya berjalan begitu cepat. Hampir setiap hari terjadi perkembangan baru. Sebut saja akuisisi senilai triliunan dolar, jebloknya saham sebuah perusahaan atau peraturan baru yang ditetapkan pemerintah. Misalnya Xiaomi, yang menjadi salah satu bintang saat ini, harus terus menerus berjuang untuk menjadi penjual telepon pintar terbesar di China. Ericsson dari Swedia berusaha menghalangi penjualan Xiaomi dan mengacaukan urusan legalnya di India. Pemerintah Amerika Serikat berusaha mengendalikan kuasa Qualcomm, suplier teknologi terbesar yang komponen perangkatnya digunakan oleh Xiaomi. Dari situasi ini Xiaomi punya dua pilihan : mengepakkan sayapnya dengan lebar dan membawa kekuatan China di pasar Internasional, atau menyerah pada keadaan dan mengakhiri perjuangannya. Dan Xiaomi pun tidak ragu untuk memutus hubungan dengan Qualcomm dan melepaskan diri dari ketergantungan dengan Qualcomm.

Ke arah mana Xiaomi akan berjalan, tidak seorang pun yang tahu. Namun satu hal yang pasti, meskipun misalnya suatu hari nanti Xiaomi bangkrut, perusahaan China lain akan bangkit dan mengambil alih posisinya, entah itu salah satu perusahaan kompetitor Xiaomi saat ini seperti Lenovo, Huawei, Coolpad, ZTE, Oppo, atau bisa saja sebuah perusahaan baru yang saat ini belum pernah kita dengar namanya. Singkatnya, walaupun salah satu perusahaan bintang sekonyong-konyong jatuh terperosok dan berakhir tinggal nama, tapi pesan fundamental yang ingin disampaikan tak akan berubah : masa depan China, dalam hal ekonomi dan sosial, berada ditangan para pengusahanya.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru