Rabu, 21 Mei 2025

BENER NIH…! Prof Nidom: Vaksinasi Jangan Mubazir dan PHP, Segera Moratorium Vaksin Covid

JAKARTA- Saat ini yang terpenting adalah mengevaluasi ulang apakah vaksin-vaksin yang digunakan diseluruh belahan dunia dapat menghadapi covid varian baru yang terus berkembang dengan cepat. Hal ini ditegaskan oleh Profesor Nidom dari Surabaya, kepada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (7/5).

“Dan yang paling penting bahwa (apakah-red) varian baru tersebut dapat menghindari cekaman Antibodi baik yang digertak dari varian lama (Wuhan) atau dari vaksinasi,” tegasnya.

Jadi varian-varian baru tersebut mengharuskan untuk menguji apakah vaksin-vaksin yang diberikan masih bisa melawan varian-varian baru

“Kalau tidak bisa melawan, berarti vaksin-vaksin tersebut (harus-red) segera dihentikan (moratorium) untuk dicari vaksin yang sesuai dengan varian-varian baru tersebut,” tegasnya menanggapi pernyataan WHO yang telah mencatat 3 jenis ‘variant of concern’ atau varian Corona yang mutasinya lebih ganas dari lainnya.

Varian ini menunjukkan sejumlah peningkatan dalam penularannya, keparahan penyakit misalnya peningkatan rawat inap atau kematian, penurunan signifikan dalam netralisasi antibodi, hingga penurunan efektivitas dalam pengobatan.

“Tapi jika tetap diteruskan berarti mubadzir, seperti memberi PHP (Pemberi Harapan Palsu). Kondisi ini lebih memperpanjang situasi pandemi ini,” ujarnya.

Nidom mengatakan pernyataan WHO bisa dimungkinkan, karena kalau bicara pandemi, maka bicara global. Artinya bagi virus Covid tidak ada batas wilayah suatu negara atau daerah.

“Upaya lockdown atau PSBB dan lainnya itu adalah suatu upaya yang kita buat karena ketidakberdayaan kita dalam mengantisipasi pergerakan virus Covid. Oleh karena itu dicoba membatasi pergeraan inang (host), yaitu manusia yang banyak kepentingan-kepentingannya, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, bahkan aspek kejenuhan,” jelasnya.

Nidom mempertanyakan, apa upaya tersebut meyakinkan bisa menghalangi virus Covid?

“Nah disinilah asumsi yang harus kita bangun, bahwa peristiwa mutasi virus di ujung dunia, maka ujung dunia lain harus mengganggap virus sudah sampai di tempatnya. Memang dikatakan kalau varian baru lebih ganas dan lebih cepat menular, itu kalau masuk ke dalam tubuh, tapi kalau tidak masuk tubuh, (termasuk-red) apakah virus Wuhan atau varian baru,– tidak ada bedanya. Oleh karena itu upaya yang paling utama adalah disiplin dalam penggunaan masker dan menjaga jarak,” tegasnya.

Pengumuman WHO

Bersama dengan sejumlah peneliti, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganalisis adanya sejumlah perubahan pada varianSARS-COV-2 yang merupakan penyebab virus corona.

Sejumlah faktor seperti perubahan dalam penularan, gejala klinis dan keparahan, atau pelaksanaan tindakan pencegahan juga turut diteliti oleh sejumlah peneliti.

Hingga saat ini, WHO telah mencatat 3 jenis ‘variant of concern’ atau varian Corona yang mutasinya lebih ganas dari lainnya.

Varian ini menunjukkan sejumlah peningkatan dalam penularannya, keparahan penyakit misalnya peningkatan rawat inap atau kematian, penurunan signifikan dalam netralisasi antibodi, hingga penurunan efektivitas dalam pengobatan.

Sejumlah faktor yang jadi pertimbangan diantaranya,

-Adanya bukti berdampak pada diagnostik, perawatan, atau vaksin

-Mengganggu uji diagnostik

-Bukti penurunan netralisasi yang signifikan oleh antibodi yang dihasilkan selama infeksi atau -vaksinasi sebelumnya

-Bukti berkurangnya perlindungan akibat vaksin dari penyakit parah

-Adanya peningkatan penularan dan keparahan penyakit.

Berikut 3 varian mutasi ‘ganas’ COVID-19 yang jadi perhatian WHO adalah:

B117

Pertama kali terdeteksi: Inggris

  • Adanya peningkatan transmisi sebesar 50 persen
  • Potensi peningkatan keparahan berdasarkan tingkat rawat inap dan angka kematian kasus
  • Dampak minimal pada netralisasi dengan plasma konvaselen dan pasca vaksinasi

Varian ini diperkirakan sudah masuk ke Indonesia per Januari 2021

P.1

Pertama kali terdeteksi: Brazil

  • Terdapat bukti varian ini mempengaruhi penularan dan kemampuan antobodi yang dihasilkan baik dari

infeksi maupun vaksinasi untuk menetralkan virus

  • Penurunan kerentanan yang signifikan terhadap pengobatan antibodi monoklonal
  • Dampak minimal pada netralisasi antibodi dengan plasma konvaselen dan pasca vaksinasi

B1351

Pertama kali terdeteksi: Afrika Selatan

  • Mempengaruhi netralisasi yang cukup signifikan terhadap pengobatan antibodi monoklonal

Varian yang satu ini diperkirakan sudah masuk ke Indonesia pertengahan April 2021. Perlu upaya yang lebih masif dan luas untuk mengendalikan penyebaran, peningkatan pengujian, dan penelitian untuk menentukan efektivitas vaksin dan pengobatan pada varian tersebut. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru