MAKASSAR- Presiden meminta para rektor anggota Forum Rektor Indonesia agar tidak terjebak pada rutinitas yang monoton. Hal ini ditegas Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) 2018, di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (15/2) sore
“Harus berani melakukan perubahan, harus berani melakukan inovasi,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden menambahkan, dirinya sudah menegur Menristekdikti agar fakultas-fakultas yang sudah berpuluh tahun tidak mengubah diri, segera diubah, karena dunia ini betul-betul sudah berubah dengan sangat cepatnya.
“Saya minta Menristekdikti untuk melakukan deregulasi dan debirokratisasi di Kementerian Ristekdikti. Saya enggak mau lagi dengar nanti Rektor masih ngurus ini, ngurus itu,” sambung Presiden.
Presiden meminta Menristekdikti duduk bareng dengan menteri-menteri terkait untuk mengembangkan sistem informasi yang handal, membangun aplikasi-aplikasi yang simpel yang menyederhanakan pekerjaan administrasi.
“Ini akan menjadi contoh bagi kementerian yang lain. Karena biasanya yang cepat mengubah dan berubah itu memang perguruan tinggi, dan dimulai dari Kementerian Ristekdikti dahulu. Ini sebetulnya mudah asal niat, asal mau,” tutur Presiden Jokowi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa, Indonesia harus mengejar dua hal, yaitu investasi di bidang infrastruktur, dan investasi di bidang SDM. Karena di dua hal inilah, menurut Presiden, Bangsa Indonesia tertinggal dari negara-negara lain.
Menurut Presiden, stok infrastruktur Indonesia itu baru pada angka 38%, sangat rendah sekali, inilah yang ingin dikejar. Sementara di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), sebagaimana dilakukannya pada sidang-sidang kabinet, Presiden meminta para menteri untuk memikirkan terobosan yang signifikan.
“Terobosan-terobosan besar harus kita lakukan di bidang pengembangan sumber daya manusia, terutama di bidang pendidikan, lebih spesifik lagi, dalam pendidikan tinggi. Terobosan di bidang pendidikan harus lebih signifikan dibanding dengan terobosan di bidang infrastruktur,” tegas Presiden.
Terobosan besar dalam pengembangan sumber daya manusia, terobosan besar dalam pengembangan pendidikan tinggi, lanjut Presiden, harus dilakukan secara serius. Artinya, tegas Presiden, para rektor harus bekerja keras lagi.
“Kita mati-matian mengubah infrastruktur kita, begitu pun juga SDM kita, akan mati-matian kita mengubah konsep, cara, keputusan lapangan, semuanya akan kita ubah,” tegas Kepala Negara.
Meskipun sudah menyampaikan berkali-kali, Presiden menegaskan, dirinya tidak akan pernah bosan untuk mengulangi terus, bahwa dalam bekerja semua harus fokus, harus punya prioritas, apa yang ingin dikerjakan, tidak mungkin seperti yang lalu-lalu. Ia menyampaikan bahwa ada anggaran diecer-ecer di semua tempat.
“Sudah bertahun-tahun kita melakukan itu dan hasilnya enggak terasa, mengontrolnya secara manajemen juga sulit. Duitnya hilang, hasilnya enggak kelihatan sama sekali. Baunya saja kadang-kadang enggak kelihatan, apalagi fisiknya,” terang Presiden.
Perguruan Tinggi Asing
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memahami rencana Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) mewacanakan kemungkinan mengizinkan masuknya perguruan tinggi dari luar negeri ke Indonesia sebagai upaya meningkatkan kompetisi (persaingan) di antara perguruan-perguruan tinggi di tanah air.
Namun Presiden meminta, sebelum hal itu dilakukan agar Menristekdikti terlebih dahulu berbicara dengan para rektor di tanah air, baik rektor perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta.
“Semuanya diajak bicara dulu. Kalau tanpa diberi kompetitor sudah berubah ya enggak usah. Tapi kalau kita tunggu enggak berubah-ubah, ya kita beri,” kata Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) 2018, di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (15/2) sore.
Presiden memahami bahwa perguruan tinggi anggota Forum Rektor Indonesia kondisinya sangat beragam, situasinya juga tidak sama. Ia menambahkan bahwa ada yang memang sudah bisa dikatakan World Class University, tapi juga ada perguruan tinggi baru yang masih dihadapkan pada permasalahan-permasalahan dasar, meskipun dua-duanya punya potensi yang sama untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat.
“Ada yang fokus kontribusinya pada masyarakat lokal, dan ada yang levelnya sudah nasional maupun internasional,” kata Presiden.
Namun Presiden Jokowi mengingatkan, tidak semua universitas perlu menjadi word class, tapi semua universitas perlu menjadi relevan, perlu berkontribusi kepada masyarakat dan sekitarnya.
Ia memberi contoh misalnya, sebuah universitas yang berdiri di daerah pesisir atau kepulauan bisa memberikan nilai lebih atas keberadaan pantai atau laut di daerahnya, melalui inovasi pembudidayaan ikan, pengolahan hasil hasil laut, pelestarian budaya bahari dan lainnya.
Begitu juga dengan universitas yang berada di daerah pertanian, menurut Presiden, perlu inovasi pengelolaan lahan yang efektif dan efisien, teknologi peningkatan hasil peternakan dan industri, pengolahan penyediaan air dan energi yang efisien dan inovatif, dan masih banyak lagi.
Adapun bagi perguruan tinggi yang besar yang sudah masuk dalam arena kompetisi global, Presiden Jokowi meminta agar mampu bersaing memenangkan kompetisi global, mengembangkan program studi atau departemen atau fakultas baru yang inovatif yang memanfaatkan peluang lanskap ekonomi global.
“Sekali lagi kuncinya adalah relevansi dan inovasi. Jangan lagi terjebak pada rutinitas. Cara-cara baru harus dikembangkan, keinginan mahasiswa dan dosen untuk berinovasi harus ditumbuhkan, kreasi-kreasi baru harus difasilitasi dan dikembangkan,” tutur Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Ibu Negara Iriana, Menristekdikti M. Nasir, Mensesneg Pratikno, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Ketua Forum Rektor RI Prof Suyatno, dan Rektor Unhas Prof Dwia Ariestina Pulubuhu. (Aslan)