Oleh: Sugeng Bahagijo *
MENJAWAB Cak Imin Bersama siapa adalah menimbang dan mengukur sejauh mana peta politik dan lebih khusus peta politik persaingan pilpres 2024. Sejauh mana urgensi pemenangan pemilu dan apa saja factor utamanya. Dengan kata lain, seberapa jauh urgensi mengajak Gus Imin PKB dalam arena pemilu Presiden tahun 2024 – bagi semua Capres Prabowo, Ganjar dan Anies,
Peta politik menurut berbagai survei menunjukkan bahwa Selisih perolehan suara diantara para capres adalah tidak terlalu besar atau sangat tipis. Dalam banyak survei, jumlah undecided respondent selalu besar diantara 20-30 persen. Sehingga masih mustahil suara menebak suara mayoritas akan kemana. Sehingga, kemungkinan terbuka peluang pilpres 2024 akan berjalan dua putaran.
Karena suasana kebebasan, demokrasi dan sosial media, tampaknya pemilih Indonesia semakin rasional dan pragmatis (apa yang akan saya dapat jika memilih si A atau B). Pemilih Indonesia semakin menghargai diri sendiri termasuk mengendalikan niat dan pilihannya untuk tidak dibagi kepada publik.
Ini berkaitan dengan trend lainnya. Meluasnya junlah Kelompok Milenial dan Gen Z, maka jumlah Swing voters atau pemilih yang belum menentukan pilihannya lumayan tinggi – diantara 30-40 persen. Swing voters dialami oleh semua parpol besar, termasuk PDIP, Golkar, Gerindra dan PKB. Sehingga para capres harus bekerja keras hingga detik detik terakhir untuk menggiring pilihan pemilih.
Jika suara Swing voters adalah 30 persen, maka suara pendukung Jokowi bisa berkontribusi hingga 15-20 persen suara. Cukup besar untuk melewati atau mengatasi selisih suara diantara Capres. Tidak heran jika dukungan Pak Jokowi akan ikut menentukan.
Dengan Peta Politik semacam itu, peran Calon wakil presiden bukan saja berperan sekadar memberi simbol dukungan dan kepercayaan bagi capres. Tetapi juga harus menyediakan Jumlah suara pemilih nyata dalam jumlah yang memadai- 15-30 persen.
Implikasinya, para capres harus berhitung dan mengajak tokoh politik yang mampu mendeliver suara pemilih nyata. Tokoh Politik dan organisasi politik yang terbukti menjamin perolehan suara besar di kantong kantong suara besar. Tidak heran jika Gus Imin dan PKB menjadi pilihan para Capres. Gus IMIN dan PKB menjadi kunci dan penentu kemenangan.
Faktor lain yang penting pada hari hari ini adalah suara pendukung Presiden Jokowi. Jika rerata survei adalah 5-6 persen, maka suara pendukung Jokowi akan memastikan marjin itu akan dicover oleh suara pendukung Jokowi. Faktor lain tentu saja adalah Cawapres harus mampu menyiapkan kombinasi antara kekuatan elektoral dan logistik kampanye pemilu untuk menjamin kemenangan.
Pada sisi lain, dalam arti kedua, “Menjawab Cak Imin Bersama siapa “ adalah membuka diri kepada tiga kualitas dalam arena politik elektoral. Khususnya potensi nyata dan peluang Gus Imin menjadi penjamin perolehan suara yang mampu mengajak suara suara Swing Voters.
Pertama, peran dan kontribusi Cak Imin dan PKB dalam pemilu 2024. Kinerja PKB dan Gus Imin adalah sebuah trend pasa naik. Bukan menurun. Trend kenaikan peroleh suara dalam 4 pemilu terakhir membuktikan kekuatan dan kesanggupan nyata PKB di bawah Gus Imin. Keduanya entitas tak terpisahkan sehingga siapa saja yang hendak menarik kekuatan elektoral Cak Imin harus meyakinkan jajaran PKB..
Dengan kata lain Gus Imin sebagai Ketua umum PKB menggaransi kohesi organisasi PKB dari pusat sampai daerah. Sementara para Capres dan Cawapres lain belum tentu memiliki kekuatan organisasi dan daya paksa sebesar itu, maka kedudukan dan modal sosial Gus Imin tidak bisa dipandang ringan.
Berbeda dengan relawan maka organisasi partai menjamin agar semua elemen organisasi bergiat aktif dan bekerja melaksanakan target target organisasi. Maka tingkat kesalahan akan lebih kecil ketimbang niat baik relawan.
Kedua, mengapresiasi daya jelajah dan diplomasi politik Cak Imin kepada berbagai capres dan kekuatan politik lain. Kehadiran Puan PDIP di kediaman Cak Imin dan pertemuan sebelumnya dengan Ganjar Pranowo Capres PDIP menjelang Harlah PKB di Solo adalah sedikit contoh dari kulitas tersebut. Sebelumnya, membentuk koalisi bersama Gerindra memperlihatkan kreativitas daya jelajah. 11 bulan Bersama Gerinda.
Ketiga. Kebijakan PKB sebagai Partai Terbuka. Di bawah Gus Imin secara perlahan PKB menjadi partai terbuka. Semakin hari semakin banyak tokoh tokoh professional menjadi warga dan caleg caleg PKB 2024. Termasuk dari kalangan Pengusaha dan kalangan pensiunan TNI Polri. Semakin hari semakin banyak orang muda menjadi Jubir PKB. Dan jangan lupa, semakin banyak luas wilayah sosial PKB dengan dukungan nyata para tokoh di daerah daerah Indonesia Timur, termasuk NTT, Papua dan Maluku.
Dalam berbagai statemen dan programnya, PKB menjadi parpol yang menggaransi kebhinekaan NKRI di masa kini dan masa depan, PKB menunjukkan tekad nya sebagai partai yang menjamin mobilitas sosial kaum milenial dan Gen Z.
Keempat. Cak Imin adalah gelandang serang. Jika dalam sepakbola peran striker menjadi menonjol, karena membuat tim produktif atau tidak dalam menciptakan gol gol. Maka jangan dilupakan peran gelandang serang. Striker bisa mandul dan loyo, tetapi gelandang serang wajib berlari, mencari bola, dan menciptakan peluang peluang bersih untuk membuat gol.
Gelandang penyerang mampu mengubah jalan permainan. Jaman dulu ada Ricardo Kaka yang bermain untuk AC Milan. Hari ini ada pemain seperti Alexis Mc.Calister yang membantu Argentina merebut Piala Dunia dan Kevin de Bruyne gelandang bertenaga dari Manchester City. Mereka memang bukan striker utama. Tetapi mereka mampu membuat goyah sistem pertahanan lawan, membuka krisis di area pertahanan lawan dan menjebol gawang. Karena kedudukan dan bakat, mereka mampu merubah permainan.
Mereka jago memecah kebuntuan dan stagnasi. menjadi dinamisasi dan permainan terbuka. Menggeser keseimbangan permainan, dari posisi bertahan menjadi menyerang, menemukan celah celah kosong dan melemahkan pilar-pilar pertahanan lawan. Intinya mereka memiliki kecakapan khusus membuat perbedaan. Dalam dunia bisnis mereka disebut sebagai Game changer. Schumpeter menyebutnya sebagai pelaku dan penggerak disrupsi ekonomi.
*Penulis Oleh Sugeng Bahagijo, Direktur Rumah Politik Kesejahteraan