Senin, 18 Agustus 2025

CIE CIEE..PUTIN SANJUNG TRUMP..! Ini ‘Bocoran’ Isi Pertemuan Trump-Putin 3 Jam di Alaska

JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah melaksanakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (18/5).

Pertemuan itu menjadi pertama dalam tujuh tahun terakhir setelah Putin dan Trump bertemu di Helsinki, dan berlangsung selama dua jam pada 2018.

Dalam pertemuan terbaru, Trump-Putin membahas upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Mereka sama-sama menyebut pertemuan itu berjalan konstruktif.

Kedua kepala negara itu bahkan saling melontarkan pujian. Trump menyebut Putin sopan dan tangguh, sementara Presiden Rusia itu menyatakan tak akan ada perang jika politikus Republik tersebut jadi presiden AS pada 2022.

Berikut isi ‘bocoran’ pertemuan Trump-Putin dalam pertemuan puncak di Alaska.

Format pertemuan 3-3

Pertemuan itu berlangsung dalam format tiga-tiga dan tertutup. Artinya tak cuma Putin dan Trump yang hadir dalam rapat.

Dari pihak Rusia ada Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, penasihat presiden Yury Ushakov. Sedangkan di pihak AS ada Menlu Marco Rubio serta utusan AS untuk Timur Tengah Steeve Witkoff.

Para jurnalis dipersilakan mengambil foto dan video sebelum pembicaraan dimulai. beberapa wartawan meneriakkan beberapa pertanyaan ke Putin soal perang Ukraina. Setelah itu, pihak terkait meminta para jurnalis keluar.

Dalam laporan TASS, presiden dan para delegasi terkejut dengan pertanyaan-pertanyaan jurnalis.

Bahas Perang di Ukraina

Ukraina tentu menjadi topik dalam pertemuan puncak Trump-Putin. Presiden Rusia ini berharap kesepahaman yang sudah tercapai bisa membuka jalan damai di Ukraina.

Putin mengatakan telah menjalin hubungan bisnis yang baik dan saling percaya dengan Trump.

“Saya punya banyak alasan untuk percaya bahwa, dengan bergerak di jalur ini, kami dapat mencapai akhir konflik di Ukraina lebih cepat daripada yang diharapkan,” ujar dia.

Rekonsiliasi AS-Rusia

Putin juga mencatat dalam beberapa tahun terakhir terutama usai dia meluncurkan invasi ke Ukraina hubungan Rusia-AS berada dalam titik terendah.

Dia menyarankan kedua negara perlu merekonsiliasi hubungan.

“Perlu untuk memperbaiki situasi, beralih dari konfrontasi ke dialog,” kata Putin.

Ada Kemajuan, Tanpa Kesepakatan Gencatan

Trump mengatakan pertemuan itu membuat kemajuan dalam upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

Namun, pertemuan tersebut tak menghasilkan kesepakatan signifikan soal gencatan senjata

“Ada banyak poin yang kami sepakati. Saya ingin mengatakan ada beberapa poin penting yang belum sepenuhnya kami capai, tapi kami telah membuat beberapa kemajuan,” ujar dia.

Potensi Pertemuan Berlanjut

Jelang akhir pernyataan bersama, Putin mengatakan Moskow siap menjadi tuan rumah pertemuan selanjutnya.

“Nanti di Moskow,” kata Putin .

Respons Putin menjawab ucapan terima kasih Trump sekaligus harapan untuk bisa bertemu kembali.

“Oh, itu menarik,” jawab Trump.

“Saya akan sedikit mengkritiknya, tapi saya bisa melihat kemungkinan itu akan terjadi.”

Putin Sanjung Trump

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Presiden Rusia Vladimir Putin memuji Donald Trump setinggi langit dengan mengatakan tidak akan perang di Ukraina jika dia menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2022. Operasi militer khusus Rusia ke Ukraina dimulai 24 Februari 2022.

Pujian itu disampaikan saat Putin bertemu Trump di Alaska pada Jumat (15/8) sore waktu setempat.

“Saya ingin mengingatkan kembali kepada Anda pada 2022, dalam kontak terakhir dengan pemerintahan sebelumnya, saya mencoba meyakinkan mantan kolega Amerika saya bahwa situasi ini tidak boleh dibawa ke titik yang tidak bisa dikembalikan lagi, ketika akhirnya berujung pada permusuhan,” kata Putin saat konferensi pers bersama Trump di Alaska, dikutip media pemerintah Rusia, TASS.

Putin mengatakan jika apa yang dikhawatirkan terjadi maka itu menjadi kesalahan besar.

“Hari ini, saat Presiden Trump mengatakan jika beliau menjadi presiden saat itu, tak akan ada perang. Saya cukup yakin itu memang akan terjadi. Saya bisa mengonfirmasi hal itu,” ujar Putin.

Rusia melakukan operasi militwr khusus di Ukraina pada Februari 2022. Putin berulang kali klaim langkah itu diambil untuk mempertahankan keamanan Negeri Beruang Merah.

Dia juga mewanti-wanti Ukraina untuk melepaskan ambisinya bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pemerintahan Putin meyakini negara itu bisa menjadi pangkalan rudal blok tersebut yang disinyalir bisa menargetkan atau membahayakan Rusia.

Setelah operasi militer, komunitas internasional berulang kali menyerukan gencatan senjata permanen, tetapi hingga kini belum terlaksana.

Di masa awal operasi militer, Trump juga sesumbar perang semacam itu tak akan terjadi jika dia menjadi presiden. Lalu, di masa kampanye pemilihan presiden 2024, dia mengatakan bisa menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina dalam waktu singkat. Namun, tujuh bulan usai resmi dilantik menjadi presiden, retorika itu juga belum terlaksana. Upaya negosiasi gencatan senjata yang digalakkan AS kerap buntu hingga KTT di Alaska juga tak membuahkan kesepakatan konkret.

Trump juga berulang kali menyampaikan rasa frustrasinya terhadap Putin. Presiden AS ini juga sempat murka ke Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih karena tak sepakat usulan dia untuk mengakhiri perang.

Trump sempat mengusulkan Ukraina memberikan wilayah yang dicaplok ke Rusia, tetapi Zelensky menolak. Dia teguh akan mempertahankan kedaulatan negara. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru