Sabtu, 5 Juli 2025

Dari Desiderata ke Rendra, Soal Prabowo Subianto

Pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat pidato usai putusan MK, di Jakarta, Kamis (27/6). (Ist)

Pidato Prabowo Subianto mensikapi putusan Mahkamah Konstitusi, Kamis (27/6) menjadi sorotan publik. Ada kegamangan dan kegetiran tersirat, yang membuatnya sulit menyikapi kekalahan dalan Pilpres 2019. Maria Pakpahan, seorang penulis, aktivis dan feminis menyorotinya dari di Edinburgh, Scotlandia untuk Prabowo Subianto dan dimuat Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh: Maria Pakpahan

PERNAH saya melihat wawancara Prabowo Subianto dengan seorang wartawan di TV dan saat itu saya menangkap ada poster Desiderata tergantung di dinding ruangan kediaman atau mungkin ruang kerja Prabowo. Saya berpikir Desiderata yang prosa ditulis  Max Erhmann https://allpoetry.com/Desiderata—Words-for-Life

Desiderata kata dalam bahasa latin. Artinya secara umum adalah,– hal-hal yang diharapkan, diinginkan atau didamba.

Semalam setelah pengumuman keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan Paslon Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden RI 02 Prabowo-Sandi secara keseluruhan,– Prabowo Subianto merespon dengan statement mengucapkan terima kasih kepada seluruh pendukungnya dari partai, alim ulama, purnawirawan, emak-emak, para perawat, petani, nelayan, para dokter, anak-anak muda yang telah secara iklas dan total mendukung dirinya.

Terbaca jelas bahwa Prabowo menghormati hasil mahkamah konstitusi tersebut. Hanya saja dirinya tidak faham hal yang sudah terang benderang yakni keputusan MK adalah final dan binding,– artinya mutlak dan mengikat. Menjadi aneh pada kesempatan yang sama juga Prabowo masih menyebutkan akan berkonsultasi dengan tim hukumnya,– apakah masih ada langkah-langkah hukum lainnya, yang konstitusional yang mungkin  dapat ditempuh. Juga ia sebutkan akan ada musyawarah diantara koalisi pendukungnya untuk langkah-langkah ke depan. Ah..Mau apa lagi Prabowo-Sandi?

Maria Pakpahan. (Ist)

Tentu bisa dipahami bahwa keputusan Majelis MK sangat mengecewakan bagi Prabowo-Sandi. Ini sesungguhnya konsekwensi dari sebuah kompetisi dalam Pemilu,– ada yang menang dan ada yang kalah. Ada yang terpilih sebagai presiden dan ada yang harus menerima realita,– keinginannya kandas.

Bicara soal keinginan, dambaan  Desiderata menjadi bergaung. Jelas dalam prosa Desiderata tertulis,– “And whether or not it is clear to you, no doubt the universe is unfolding as it should”.

Cobalah Prabowo membaca dengan cermat kata-kata di atas. Memaknai dan mengamininya akan membantu Prabowo menelan pil pahit getir hasil Pemilu 2019. Tidak sulit bagi Prabowo yang lama tinggal diluar negeri mengerti terjemahan kata-kata di atas,–“Apakah hal ini jelas atau tidak bagimu, tanpa terbantah semesta telah terbuka, terungkap sebagai mana mestinya.”

Semoga Prabowo bisa menangkap bahwa semesta nusantara memutuskan Jokowi-Ma’aruf lah yang mendapat mandat rakyat Indonesia. Putusan MK sudah semestinya, ada singkronisasi semesta.

Jika Prabowo benar-benar memaknai pidatonya semalam, semestinya tidak menjadi soal mengucapkan selamat kepada pasangan Jokowi- Maaruf dengan tulus. Simaklah,– banyak sekali kesamaan soal perjuangan yang disebut Prabowo semalam,– mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur, Indonesia yang sungguh-sungguh merdeka secara politik,secara ekonomi dan secara budaya. Menghentikan kekayaan Indonesia lari ke luar negeri dan tidak jadi embel-embel bangsa asing dan seterusnya. Semacam “Desiderata politik” Prabowo,–Kita ingin….kita ingin..!

Saya miris karena pidato keinginan yang diucapkan Prabowo semalam, juga tidak banyak berbeda dengan keinginan Capres 01 Jokowi-Maaruf. Jadi semestinya bangsa Indonesia bisa maju dengan langkah selanjutnya, membangun Indonesia, mewujudkan keinginan-keinginan tersebut.

Keinginan Prabowo menjadi presiden RI bagaikan broken dreams. Tatapi sesungguhnya jika keinginan-keinginanannya yang dilistnya dalam pidato semalam masih bisa diperjuangkan, diwujudkan lewat kader-kader partainya di DPR misalnya. Gerindra kekuatan politik yang memiliki jumlah wakil rakyat yang tidak bisa diabaikan, belum lagi partai-partai koalisi pendukungnya. Seorang jenderal seperti Prabowo seharusnya tidak sulit berpikir baik-baik dan dalam seperti ini.

Melihat kekalahan di MK bukanlah akhir suatu keinginan-keinginannya. Saya mengingat Jokowi-Maaruf juga ingin Indonesia maju, rakyat sejahtera, adil makmur. Jadi mustinya, tidak ada soal dalam visi karena ada kesamaan.

Memang, yang menjadi soal adalah dalam praktek. Misalnya praktek, sikap mengakui realitas dan mengapresiasi pihak yang memenangkan Pemilu Presiden 2019. Perlu digarisbawahi, Prabowo-Sandi tidak menyebutkan hal ini. Ada kegetiran dalam dirinya saat mensikapi kemenangan Jokowi-Ma’aruf. Ini kegagalan bersikap gallantry, considerate behaviour towards others.

Sebaliknya, justru semua itu yang dilakukan Jokowi-Maaruf yang jelas-jelas menyebut Prabowo sebagai sahabat dan tidak ada lagi 01 atau 02. Yang ada adalahPersatuan Indonesia, Sila ke 3 di Pancasila! Alangkah eloknya jika Prabowo bisa benar-benar tulus dan kembali membaca Desiderata,–

“Avoid loud and aggressive persons,

they are vexations to the spirit.

If you compare yourself with others,

you may become vain and bitter;

for always there will be greater and lesser persons than yourself.”

Buat apa prosa beken Desiderata ini digantung jika lupa dibaca dan hanya menjadi hiasan dinding. Tahun 60-an dan 70-an prosa ini sempat jadi hit. Mungkin di penghujung Juni 2019 ini Desiderata bisa kembali dibaca dengan mata,–mata hati!

Atau lupakan Desiderata dan lanjutlah baca  “The Waste Land” karya TS Eliot,– puisi sangat penting dan jelas bukan untuk dipajang.

Mungkin lebih baik saya sitirkan puisi terakhir dari W.S Rendra untuk menutup,

“Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar,

cukuplah menjadi JALAN SETAPAK

yang dapat dilalui orang,

Bila kita tidak dapat menjadi matahari,

cukuplah menjadi LENTERA

yang dapat menerangi sekitar kita,

Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang,

maka BERDOALAH untuk

kebaikan”

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru