Senin, 7 Oktober 2024

DEMI KEJAYAAN NATO..! 2 Tahun Perang, Pasukan Ukraina Kini di Ambang Kelelahan, 70.000 Tewas

KYIV – Perang melawan Rusia yang berlangsung hampir dua tahun membuat pasukan Ukraina di ambang kelelahan.

Apalagi saat ini suhu di luar mencapai -8 derajat celsius disertai turunnya salju. Selain itu, pasukan Ukraina juga harus melawan rasa dingin.

Dikutip dari AFP pada Sabtu (27/1/2024), ada cerita dari salah satu pasukan Ukraina yang berada di garis depan pertahanan Ukraina.

Setelah menghabiskan satu malam bertugas jaga, seorang tentara Ukraina di dekat front timur laut negara itu terjatuh di tempat tidur di dalam ruang istirahatnya.

Hal itu menandakan dia sangat kelelahan. Apalagi harus bertugas atau berjaga-jaga saat musim dingin ini.

“Ini sulit, tapi kami bertahan,” kata Vadim, seorang anggota brigade berusia 31 tahun, seraya mengatakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain.

Perang parit yang tak henti-hentinya selama hampir dua tahun telah mendorong pasukan Ukraina ke ambang kelelahan.

Tentaranya sedang berjuang untuk menemukan orang-orang di garis depan, berbeda dengan banyaknya sukarelawan patriotik pada awal perang.

Ukraina merahasiakan kerugiannya, namun perkiraan terbaru AS yang diterbitkan pada bulan Agustus oleh New York Times menyebutkan jumlah korban tewas hampir 70.000 dan jumlah korban luka mencapai 120.000.

Kota Kupiansk dan wilayah sekitar Kharkiv dibebaskan dari pendudukan Rusia pada September 2022, menyusul serangan kilat dari Ukraina.

Namun sejak musim panas, pasukan Rusia kembali melakukan serangan di Kharkiv tanpa membuat kemajuan besar.

“Mereka terus-menerus melakukan serangan dan bergerak maju,” kata Vadim.

Di tahun pertama mereka masih semangat berjuang tanpa takut apa pun, tetapi kini mereka merasa lelah.

“Tetapi sekarang, kami lelah. Karena dua tahun berlalu, kami belum melihat titik terang,” tutur dia.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dari Kyiv, bagi tentara yang telah berjuang untuk mengisi barisannya, apalagi memulihkan pasukan garis depan yang telah lama mengabdi, ini merupakan pukulan yang menyakitkan.

“Tentu saja kami menginginkan demobilisasi, karena itu sulit. Saya sudah enam bulan tidak bertemu keluarga saya,” ungkap Vadim.

“Ini bukan masalah mereka memberi kita waktu 10 hari. Itu tidak akan ada gunanya. Istirahat macam apa itu?”. Kalau mereka memberi kami libur minimal enam bulan, itu lebih baik,” tegas dia.

“Para tentara sudah lelah. Secara mental, fisik, mereka tidak tahan lagi,” ujarnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru