TAHUNA- Menjelang Natal, Jumat (24/12) rakyat Pulau Sangihe, Sulawesi Utara mengirim surat terbuka kepada Presiden RI, Joko Widodo.
“Tolong cabut IUP PT.TMS!!,” tegas Jull Takaliuang dari Save Sangihe Island (SSI) dalam surat terbukanya yang diterima Bergelora.com di Tahuna, Senin (27/12).
Dibawah ini surat terbuka lengkap di malam Natal 24 Desember 2021 tersebut:
Yang terhormat :
Presiden RI Bapak Joko Widodo
Dengan hormat,
Semestinya dari sore hingga malam ini, kami masyarakat Kampung Bowone, Salurang, Bentung dan Binebas, Laine, Pananaru, Kaluwatu, Kalinda dan Menggawa sedang khusuk beribadah di gereja merayakan Natal.
Tapi, dengan penuh kesadaran, kami memilih menuju lokasi di pelabuhan Ferry di kampung Pananaru untuk memastikan dimuatnya kembali alat-alat berat PT. Tambang Mas Sangihe, yang dipaksakan diturunkan dengan kapal LCT 4 hari lalu. Kapasitas pelabuhan Ferry Pananaru juga sesungguhnya tidak memadai digunakan untuk menurunkan alat bor (drilling) tersebut. Tetapi dengan pegawalan ketat aparat kepolisian dari Polres Sangihe dan aparat TNI sebuah tronton yang penuh muatan dipaksa melintasi satu-satunya jalan lingkar Sangihe yang juga belum memadai untuk kendaraan tronton dengan muatan berat peralatan operasi tambang seperti itu.
Kemarin, 23 Desember 2021, kami mencegah mobilisasi tronton lain yang akan mengangkut mesin bor PT.TMS ke Bowone dimana Kamp PT.TMS berada, karena mereka berencana akan beroperasi di sekitar wilayah itu. Sejak pagi sampai tengah malam hujan mengguyur tubuh kami Pak. Kami tidak peduli. Yang kami mau, mesin bor PT.TMS harus dinaikan ke kapal lagi dan dikembalikan ke Surabaya atau tempat asalnya. Ratusan masyarakat bertahan sejak pagi sampai tengah malam. Negosiasi tercapai, bahwa semua alat PT.TMS akan dinaikan dan dipulangkan kembali dengan menggunakan LCT yang sama. Kami tidak peduli dibawa ke mana. Kami hanya mau kapal itu pergi dari pulau kami.
Hari ini, tanggal 24 Desember 2021, kami masyarakat Sangihe, kembali berkumpul di pelabuhan Pananaru. Karena tronton dan mesin bor belum termuat. Kami akan menunggu. Sambil menunggu, alat yang sudah sempat dibawa ke Bowone tiba di pelabuhan Pananaru dan juga dinaikan ke atas LCT.
Sesungguhnya, kami sangat sedih dan gundah karena tidak bisa saling mengucapkan selamat natal kepada sanak saudara kami seusai ibadah natal di gereja seperti biasanya. Sangat sedih. Natal ini menjadi sangat berbeda bagi kami hanya karena kehadiran PT.TMS yang berpotensi merusak ruang hidup kami.
Pak Presiden yang kami hormati, tolong dengarkan keluhan kami, masyarakat pulau Sangihe. Pulau kecil yang luasnya hanya 73,600 ha. Pak Presiden sudah pernah datang ke pulau kami. 42.000 ha yang artinya 57% luas daratan pulau kami akan dikeruk oleh PT.TMS untuk menggali emas. Larangan menambang di pulau kecil dalam UU no.1 tahun 2014 pasal 35 huruf k, sangat jelas. Sampai hari ini pun Kementerian KKP tidak memberikan Izin pemanfaatan pulau kepada PT.TMS. fakta ini jelas dibaca oleh masyarakat, bahwa PT.TMS melanggar hukum. Tidak boleh beroperasi di Sangihe!!
Kecintaan kami terhadap ruang hidup di pulau kami melebihi kecintaan kami terhadap nyawa kami sekalipun. Karena secara adat turun-turun, kami diharuskan menjaga kelestarian dan keberlanjutan kehidupan di pulau ini.
Oleh sebab itu, kami memohon kepada Bapak Presiden, untuk segera mencabut Ijin Usaha Operasi Produksi PT.TMS.
Kehidupan kami sangat nyaman dan aman Pak Presiden, sekalipun dalam kesahajaan dan kesederhanaan. Kami merasakan harmonisasi hidup dengan sumber saya alam yang dikaruniakan Tuhan untuk dinikmati oleh semua generasi yang lahir dari rahim pulau ini.
Tolonglah kami Pak Presiden, kami mau merayakan tahun baru dan hari-hari depan kami dengan damai dan bahagia, tanpa perpecahan dan adu domba akibat hadirnya PT.TMS di pulau kami.
Sumber utama kehidupan kami, adalah laut dan tanah serta semua keindahan alamiahnya. Investasi yang kami butuhkan adalah investasi yang menghidupkan dan meningkatkan roda ekonomi rakyat yakni sektor kelautan, pertanian, perkebunan dan pariwisata. Bukan tambang. Tambang akan membawa malapetaka bagi kami. Apalagi PT.TMS menggunakan metode open pit yang akan melakukan pengeboman untuk membongkar bumi kami,.
PT. TMS sangat berpotensi mematikan sumber hidup kami. Kami tidak makan tambang, tapi kami makan ikan, umbi-umbian, sagu dan pangan lain yang kami hasilkan secara mandiri. Jika Presiden tidak mencabut IUP PT.TMS, berarti negara ini dengan sengaja menggali kuburan bagi kami masyarakat Sangihe, yang menjadi beranda luar Indonesia menghadap ke negara Philipine.
Tolonglah kami Pak Presiden, malam natal yang sudah kami korbankan, ibadah perayaan pohon terang yang penuh sukacita di gereja sudah kami tinggalkan demi keselamatan ruang hidup kami.
Tolong cabut IUP PT.TMS!!
Demikian permohonan kami. Semoga Pak Presiden berkenan mendengarkan keluh kesah kami.
Hormat kami,
a.n
Save Sangihe Island (SSI)
Jull Takaliuang
(EDL)