Oleh: Mayjen TNI (Purn) Sahurip Kadi
Sesungguhnya nasionalisme adalah sebuah tatanan universal dunia abad modern. Tatanan itu dirangkai dengan sistem keuangan global dimana mata uang adalah bendera setiap negara untuk alat transaksi yang disepakati. Dewasa ini mata uang bukan lagi sebagai alat persatuan antar negara dalam merumuskan dunia bersama, namun kini menjadi alat pertempuran seperti Perang Dunia III dalam era globalisasi.
Maka pemimpin cerdas dari negara-negara berbenah untuk kepentingan bangsanya dengan kemunculan pemimpin kuat yang bisa memanfaatkan kondisi globalisasi dunia tersebut. Sesungguhnya banyak kesamaan terjadi di banyak negara yang bisa dijadikan pelajaran. Munculnya BRIC (Brazilia Rusia India China) adalah sebuah contoh nyata. Berikut ringkasan kejadian pemimpin yang merombak secara mendasar sehingga suatu negara bangkit dari Asia sampai Amerika Latin.
Hu Jin Tao, RRC
RRC dibawah Hu Jin Tao tidak menganut demand and supply theory, piring theory dan model Ekonomi ala Barat yang diajarkan di universitas. Yang penting bagi RRC adalah rakyat bekerja dari jam 8 sampai jam 17 memproduksi apa saja dari peniti sampai dengan satelit. Ini mengakibatkan banjir barang China ke seluruh dunia. Barang tidak ada harganya. Yang penting cuci gudang karena rakyatnya terus berproduksi.
RRC menguasai 86% top ten money market dunia sehingga cadangan devisanya mencapai US$ 3 triliun. Caranya mengefektifkan marketing coorporation nya di negara-negara Eropah dan USA untuk barang-barang China lalu coorporation itu masuk bursa saham. Terakhir, RRC menantang Yuan sebagai mata uang global karena USA berhutang kepada RRC.
Mahatir Mohammad, Malaysia
Dibawah Mahatir Mohammad, Malaysia melakukan perombakan Konstitusi menjadi Malaysia Incorporated dengan melakukan tata ulang pada tata ruang dan tata uang.
Peran pemerintah direstrukturisasi sebagai pelayan publik dan berperan sebagai Business Leader dengan membukakan peluang bisnis global bagi sebanyak mungkin pebisnis berangkat terutama ke Timur Tengah dan negara-negara Islam, termasuk Indonesia.
Untuk menjadikan Malaysia sebagai sasaran turisme di Asia Pasifik, dibangun lapangan udara kelas dunia. Membangun penerbangan Air Asia yang penjualan tiketnya online langsung terhubung ke bursa saham. Air Asia menjadi top ten money market sehingga menaikan harga saham. Harga tiket dari Jakarta-Surabaya hanya Rp. 99.000 dibandingkan harga tiket Kereta Api yang Rp 390.000.
Malaysia melakukan uji coba percontohan di negeri Kelantan berupa Gold-based Economy Model dimana 50% gaji PNS Kelantan dibayarkan dalam bentuk emas. Jaringan Ar Rahn (Pegadaian) dijadikan outlet untuk penjualan (money changer) mata uang baru (dinar dirham).
Dibangun Pasar Islam yang prinsipnya seperti mesjid yaitu tidak ada kepemilikan privat. Siapa datang duluan silakan memilih tempat yang terbaik dengan caravan model. Diharapkan sentra-sentra produksi mendapat tempat berdagang secara adil dan tidak monopolistis.
Thaksin Shinawatra, Thailand
Saat Thaksin Shinawatra memimpin Thailand, perombakan konstitusi menjadikan Thailand Incorporated melalui program OTOP, one tamboon one product.
Restrukturisasi peran pemerintah sebagai pelayan publik dan berperan sebagai pengatur distribusi pembangunan yang merata. Misalnya, Provinsi Pichit sebagai pusat logistik nasional dengan membangun Rice Mill terbesar karena letaknya di tengah.
Thaksin mengembangkan agribisnis tingkat dunia. Pertanian, peternakan, perikanan dimantapkan sebagai sektor unggulan rakyat yang produknya semua dibeli oleh pemerintah untuk pasar global dan domestik. Jaminan Pemerintah (Government Guarantee) untuk semua produk komoditas.
Thailand juga mengembangkan gagasan Asian Curency seperti Euro dengan pusat keuangan kawasan Asia Pasifik diharapkan di Thailand.
Lula Da Silva, Brazil
Brazil dipimpin Lula memperbaharui semua kontrak dengan IMF. Kurang dari 2 tahun melunasi Hutang IMF melalui restrukturisasi keuangan negara dan menggalakkan produksi dalam negeri seperti perkebunan tebu dan pabrik gula, perkebunan kedelai dan lain lain. Sehingga dalam dua tahun sudah kelebihan dana dibandingkan janji yang ditulis ke IMF.
Program kesejahteraan seperti Bolsa Familia (family allowance), Bolsa Escola (school allowance) dan Fome Zero (Zero hunger) dijalankan secara terpadu dengan sistim pajak yang dipantau secara online dengan real time kondisi keluarga miskin.
Lula melaksanakan program Growth Acceleration yakni program investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di bidang infrastruktur, reduksi pajak, energi baru dan hijau, swasembada pangan, dan lainnya.
Awalnya sebagai negara pengutang kemudian menjadi negara donor tahun 2008. Bank Sentral mencatat pemerintahan Lula tidak defisit anggaran alias untung dan mulai memberi pinjaman kepada negara-negara lain. Jumlah kelas menengah meningkat mencapai 50%.
Brazil kemudian masuk dalam BRIC (Brazil, Rusia, India, China) dan aktif memperjuangkan tata dunia baru yang lebih seimbang bersama Iran dan China.
Rafael Correa, Ekuador
Hutang nasional Ekuador dimasa Correa dinyatakan tidak legitimate karena dilakukan oleh rezim korup. EKuador lantas melawan para kreditor di Mahkamah Internasional. Kemudian berhasil menurunkan jumlah hutang secara drastis.
Dalam kebijakan energi khususnya minyak dan gas bumi dilakukan renegosiasi bagi hasil semula 20% untuk negara 80% untuk operator asing, dibalik menjadi sebaliknya 80% untuk negara dan 20% untuk operator asing.
Ekuador juga menerapkan hidrokarbon law dengan melakukan reformasi produksi hidrokarbon. Semua perusahaan asing yang beroperasi di wilayah Ekuador wajib mematuhinya atau pilih angkat kaki dari Ekuador.
Energy shifting policy dilakukan dengan mengembangkan Microhidro, yaitu mini hidro di tiap daerah yang memiliki sumberdaya air. Ekuador menghentikan eksploitasi ladang minyak terbesar Yasuni National Park dan mengubahnya menjadi hutan konservasi dengan cara barter 1.000 juta barrel dengan kredit karbon US$ 350juta/tahun.
Hugo Chaves, Venezuela
Chaves juga memberlakukan Hidrokarbon Law dengan jalan melakukan nasionalisasi minimal 51% perusahaan minyak menjadi milik negara, Repatriasi Dana minyak dan gas dengan royalti dari 16,6% naik menjadi 30%. CITGO milik USA dilikuidasi karena menolak aturan baru. Dana repatriasi digunakan untuk program sosial, lapangan kerja dan UMKM. Pemerintah sebagai garantor kredit usaha rakyat dan koperasi. Di bentuk Communal Council (Dewan-dewan Rakyat) di tiap wilayah. Dana untuk program tersebut sebesar US$ 4miliar dari total US$ 15miliar berasal dari dana repatriasi migas.
Chavez juga melakukan kontrol harga sejumlah 400 bahan pokok. Landreform dilakukan. Awalnya 75% tanah milik 5% elit, sementara 75% rakyat hanya memiliki 6% tanah. Sejumlah 2,7 juta hektar untuk 180 ribu keluarga petani. Sebesar US$ 7,6 miliar kredit petani, asuransi gagal panen dijamin oleh pemerintah.
Penulis adalah Mantan Asisten Teritorial Kepala Staf TNI Angkatan Darat