Oleh: Erizeli Jely Bandaro**
INDONESIA itu adalah negeri yang dibancakin oleh sistem kesehatan international. Sistem dan prosedur yang ditetapkan WHO kita aminkan begitu saja.NATO, no alternatif to objection. Bayangkan. Penduduk terbesar ke empat di dunia, kita tidak mampu membuat vaksin sendiri. Jadi sistem keamanan nasional kita memang sangat renta. Terlelau beresiko hidup kita di negeri ini. Para pemimpin kita sejak era awal merdeka sampai kini hanya omong doang. Karena mereka juga kumpulan orang lemah.
“97% obat-obatan yang di jual di Indonesia adalah produk impor.”
Jangan kata produk vaksin anak negeri, untuk hal yang sederhana saja, mengutamakan obat herbal bagi sisakit, dan menempatkan herbal dalam deretan obat premium, engga berani. Pasti alasannya akademis. Tapi tahu dampak dari alasan akademis itu ? 97% obat-obatan yang di jual di Indonesia adalah produk impor. Hanya 3% obat-obatan yang kini di produksi di dalam negeri. Benar benar, negara kita terbelakang dalam hal management national interest.
Saya yakin karena alasan akademis, sampai mati kita tidak akan mandiri dalam hal pharmasi. Itu sudah sama dengan Standar Industri Nasional, yang bikin keok inovasi rekayasa industri lokal. Akhirnya lebih 1000 triliun rupiah uang APBN dan BUMN belanja impor. Jadi sebenarnya secara esensi kita tidak bergerak kemana mana sejak merdeka. Kita hanya jadi negara konsumen. Terjajah secara intelek dan mindset. Mengapa ? karena negara dikelola dengan visi sebesar sempak. Hanya banyak onani dan retorika doang.
Makanya , saya tidak terkejut bila Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) merekomendasikan ke IDI agar Dokter Terawan dipecat sebagai dokter. Hebatnya keputusan itu dasarnya sikap Dr. Terawan sejak tahun 2018. Itu saat dia masih jadi Menteri Kesehatan. Kalau ditanya apa alasannya? pasti benar secara akademis dan procedural. Tetapi faktanya karena alasan akademis dan prosedural itu sejak awal merdeka sampai kini, kita tidak bisa mandiri.
Lantas apa arti akademis dan prosedural, kita tidak bisa mandiri. Hanya menjadikan kita terjajah secara sistem global. Mau protes? Lah gimana? IDI itu organisasi profesi yang diberikan kewenangan cukup luas oleh UU Praktik Kedokteran. Tapi sebagaimana kekuasaan. Tidak selalu utopia. Kekuasaan tetaplah kekuasaan. Semua karena terisolasi oleh asas normatif dan prosedural. Sehingga niat baik terabaikan. Niat baik kemandirian, tidak penting. Inovasi omong kosong dihadapan kartel obat. Dah gitu aja.
*Tulisan ini diambil dari akun FB Erizeli Jely Bandaro dengan judul asli Dr. Terawan
** Penulis Erizeli Jely Bandaro seorang pemerhati ekonomi politik dan pelaku bisnis.